Liputan6.com, Jakarta Mengamati perkembangan kecerdasan anak sejak usia dini dapat memberikan wawasan berharga bagi orang tua mengenai potensi dan kebutuhan anak mereka. Kecerdasan tidak hanya diukur melalui kemampuan akademis, tetapi juga melalui berbagai indikator seperti keterampilan sosial, emosional, dan kognitif yang muncul seiring pertumbuhan anak.
Mulai dari bayi hingga balita, orang tua dapat memperhatikan tanda-tanda awal yang menunjukkan potensi kecerdasan anak, yang dapat membantu dalam mendukung perkembangan mereka secara optimal. Penelitian menunjukkan bahwa kemampuan anak untuk mengendalikan diri dan menunda kepuasan dapat menjadi indikator penting dari kecerdasan mereka di masa depan.
Baca Juga
Sebagai contoh, sebuah studi sederhana yang melibatkan balita dan kismis menunjukkan bahwa anak-anak yang mampu menahan diri untuk tidak menyentuh kismis selama satu menit cenderung memiliki skor IQ yang lebih tinggi di usia delapan tahun, dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber, Sabtu (9/11/2024).
Advertisement
1. Bayi Baru Lahir, Berat Badan Meningkat
Sebuah studi yang diterbitkan dalam British Medical Journal menunjukkan bahwa bayi yang lahir dengan berat badan lebih tinggi cenderung memiliki tingkat kecerdasan yang lebih baik. Penelitian ini melibatkan lebih dari 3.000 bayi dan menemukan bahwa bayi dengan berat badan lebih tinggi mendapatkan nutrisi yang lebih baik selama kehamilan, yang berdampak positif pada perkembangan otak mereka.
Bayi yang lahir dengan berat lebih besar biasanya menunjukkan perkembangan fisik dan kognitif yang lebih cepat dibandingkan dengan bayi dengan berat lahir lebih rendah. Asupan nutrisi yang cukup selama kehamilan dianggap penting untuk mendukung pertumbuhan otak yang optimal, sehingga meningkatkan kemampuan kognitif sejak awal kehidupan.
Advertisement
2. Anak 1-2 Tahun, Mengenal Banyak Bahasa
Berdasarkan jurnal ilmiah Child Development, berbicara kepada balita dalam berbagai bahasa dapat memberikan dorongan signifikan pada perkembangan otak mereka. Anak-anak yang terbiasa mendengar lebih dari satu bahasa cenderung menunjukkan kemampuan kognitif yang lebih baik. Penelitian ini menunjukkan bahwa paparan terhadap berbagai bahasa meningkatkan kemampuan anak dalam menyerap informasi dan menyelesaikan masalah dengan lebih efektif.
Anak-anak yang terbiasa mendengar berbagai bahasa juga memiliki kemampuan multitasking yang lebih baik serta keterampilan komunikasi yang lebih maju. Kemampuan-kemampuan ini tidak hanya mempermudah mereka dalam berkomunikasi, tetapi juga membantu mereka dalam memahami konsep-konsep yang kompleks di masa depan.
3. Balita 3 Tahun, Lebih Tinggi dari Teman Sebaya Umumnya
Penelitian dari Biro Riset Ekonomi Nasional menunjukkan bahwa anak-anak yang lebih tinggi seringkali mendapatkan nilai ujian yang lebih baik. Bahkan pada usia 3 tahun, sebelum pengaruh pendidikan formal, anak-anak dengan tinggi badan lebih menunjukkan hasil tes kognitif yang lebih baik, menurut para peneliti. Tinggi badan dianggap sebagai indikator perkembangan fisik yang sehat, yang memiliki hubungan erat dengan perkembangan otak yang optimal.
Secara umum, anak-anak yang lebih tinggi memiliki koordinasi motorik yang lebih baik dan kemampuan untuk memahami instruksi yang lebih rumit. Kemampuan ini mendukung mereka dalam situasi pembelajaran, baik formal maupun informal, yang pada akhirnya meningkatkan prestasi akademis mereka.
Advertisement
4. Balita 4 Tahun, Melukis Figur Orang
Para peneliti di King's College London menemukan bahwa anak-anak yang dapat menggambar sosok manusia dengan realistis pada usia 4 tahun cenderung memiliki IQ lebih tinggi saat mereka mencapai usia remaja. Studi ini meneliti 15.000 gambar anak-anak dan mendapati bahwa kemampuan menggambar dengan detail sangat terkait dengan tingkat kognitif yang lebih tinggi.
Menggambar membutuhkan koordinasi yang baik antara tangan dan mata serta kemampuan memvisualisasikan objek dalam pikiran, yang menjadi indikator kemampuan kognitif yang lebih maju. Anak-anak yang memperlihatkan keterampilan ini sejak dini biasanya memiliki potensi akademis yang lebih besar di masa depan.
5. Usia 5 Tahun, Tidak Jujur
Sebuah studi yang dilakukan oleh Institute of Child Study di Universitas Toronto menunjukkan bahwa anak-anak yang mampu berbohong sejak usia 5 tahun cenderung memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi. Para peneliti menyatakan bahwa kemampuan untuk menciptakan cerita yang rumit adalah indikator yang baik dari IQ anak. Untuk dapat berbohong, anak-anak harus bisa memahami perspektif orang lain dan memiliki keterampilan komunikasi yang baik.
Anak-anak yang mahir dalam berbohong umumnya menunjukkan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah yang lebih unggul. Ini mengindikasikan bahwa mereka dapat memproses informasi dengan cara yang lebih kompleks dan strategis, yang merupakan tanda kecerdasan yang lebih tinggi.
Advertisement