7 Cara Agar Rupiah Menguat dan Dampak Positifnya bagi Ekonomi RI

Paham cara agar rupiah menguat bisa membawa dampak positif bagi ekonomi nasional.

oleh Laudia Tysara diperbarui 14 Nov 2024, 14:15 WIB
Diterbitkan 14 Nov 2024, 14:15 WIB
Donald Trump Kalah Pilpres AS, Rupiah Menguat
Petugas menghitung uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Senin (9/11/2020). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergerak menguat pada perdagangan di awal pekan ini Salah satu sentimen pendorong penguatan rupiah kali ini adalah kemenangan Joe Biden atas Donald Trump. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia dan sejumlah lembaga keuangan berupaya mencari cara agar Rupiah menguat di tengah tantangan ekonomi global.

Melansir dari Indonesia Baik, langkah-langkah ini diharapkan dapat menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) dan menurunkan defisit neraca berjalan yang semakin melebar. Upaya ini melibatkan Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan instansi terkait lainnya.

Melemahnya nilai Rupiah disebabkan tingginya angka impor sepanjang tahun, yang berkontribusi pada defisit neraca perdagangan. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah telah menetapkan beberapa kebijakan, seperti kenaikan pajak penghasilan (PPh) atas barang impor dan promosi penggunaan biodiesel 20% atau B20 yang memanfaatkan minyak kelapa sawit (CPO) produksi dalam negeri.

Kebijakan ini diharapkan mampu mengurangi kebutuhan impor minyak dan menambah pendapatan negara.

BI juga berperan penting dalam menjaga stabilitas Rupiah melalui kebijakan intervensi ganda di pasar valuta asing dan Surat Berharga Negara (SBN) dari pasar sekunder.

Melansir dari OJK, beberapa langkah praktis yang dapat dilakukan masyarakat adalah mendukung produk dalam negeri, tidak menimbun dolar, dan memperkuat potensi ekspor melalui usaha lokal. Kombinasi strategi pemerintah dan partisipasi masyarakat, cara agar Rupiah menguat bisa tercapai dan membawa dampak positif bagi ekonomi nasional. Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya, Kamis (14/11/2024).

1. Dukung Produk Dalam Negeri

FOTO: Akhir Tahun, Nilai Tukar Rupiah Ditutup Menguat
Karyawan menunjukkan uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Mendukung produk dalam negeri mengurangi ketergantungan pada barang impor, yang dapat memperkuat nilai rupiah. Menurut OJK, konsumsi produk lokal dapat membantu stabilisasi ekonomi dalam negeri, mengurangi defisit neraca perdagangan, dan memperkuat daya saing produsen dalam negeri.

Contoh praktik: Masyarakat membeli produk-produk lokal, mendorong UKM untuk terus berkembang, mengurangi impor barang konsumsi, dan menciptakan lebih banyak lapangan kerja.

2. Kurangi Impor Bahan Bakar dengan Penggunaan B20

Pemerintah telah menerapkan kebijakan penggunaan biodiesel 20% (B20) untuk mengurangi ketergantungan impor minyak dan meningkatkan penggunaan CPO lokal. Kebijakan ini juga mengurangi defisit perdagangan.

Contoh praktik: Penggunaan B20 pada kendaraan umum, pengurangan subsidi BBM, dukungan pada program energi hijau, pengurangan penggunaan kendaraan pribadi, dan perluasan program biodiesel di sektor industri.

3. Kendalikan Pembelian Dolar Secara Spekulatif

Menyimpan atau menimbun dolar dapat membuat nilai rupiah melemah karena pasokan dolar di pasar berkurang. Larangan spekulasi dolar dapat mengurangi volatilitas pasar dan membantu nilai tukar rupiah tetap stabil.

Contoh praktik: Pembatasan pembelian dolar untuk individu, larangan spekulasi, edukasi masyarakat tentang dampak menimbun dolar, sosialisasi pentingnya penggunaan rupiah, dan penyediaan alternatif investasi lain di dalam negeri.

 

4. Dorong Potensi Ekspor melalui UMKM

Penguatan UMKM membantu meningkatkan ekspor dan menarik devisa ke dalam negeri. Produk lokal seperti kerajinan tangan, makanan, dan fashion Indonesia memiliki pasar besar di luar negeri.

Contoh praktik: Dukungan pada UMKM, bantuan modal ekspor, promosi produk lokal di luar negeri, kemudahan akses perizinan ekspor, dan peningkatan kualitas produk.

5. Genjot Sektor Pariwisata Domestik

Meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara menambah devisa negara dan mengurangi ketergantungan pada mata uang asing. Sektor pariwisata yang maju dapat menggerakkan ekonomi lokal dan memperkuat cadangan devisa.

Contoh praktik: Promosi wisata, pengembangan destinasi wisata, pelatihan industri pariwisata, festival budaya nasional, dan kerja sama dengan agen pariwisata asing.

6. Gunakan Transportasi Umum untuk Mengurangi Konsumsi BBM

Menggunakan transportasi umum secara luas akan mengurangi konsumsi BBM dalam negeri. Pengurangan ini dapat menurunkan impor bahan bakar, yang berdampak positif pada nilai rupiah.

Contoh praktik: Peningkatan infrastruktur transportasi umum, diskon tarif transportasi, promosi kendaraan umum ramah lingkungan, pembatasan kendaraan pribadi, dan penyediaan fasilitas angkutan massal.

7. Investasi dalam Instrumen Keuangan Domestik

Berinvestasi di instrumen keuangan dalam negeri dapat menjaga stabilitas keuangan negara. Pemerintah melalui OJK menawarkan berbagai instrumen investasi seperti SUN (Surat Utang Negara) yang memberikan keuntungan dalam jangka panjang dan membantu penguatan nilai rupiah.

Contoh praktik: Membeli Surat Berharga Negara (SBN), berinvestasi di saham lokal, membeli produk reksa dana, mendukung startup dalam negeri, dan menghindari investasi dolar saat kurs rupiah rendah.

 

Dampak Rupiah Menguat

FOTO: Akhir Tahun, Nilai Tukar Rupiah Ditutup Menguat
Karyawan menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

1. Stabilitas Harga Barang dan Jasa yang Lebih Terjaga

Ketika nilai tukar rupiah menguat, harga barang dan jasa yang bergantung pada bahan baku impor menjadi lebih stabil karena biaya impor berkurang. Dampak ini dirasakan secara langsung oleh masyarakat, terutama pada harga kebutuhan pokok yang sebagian besar masih tergantung impor.

Stabilitas harga ini membantu menjaga daya beli masyarakat, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa khawatir akan fluktuasi harga yang ekstrem.

Contoh praktik: Harga pangan impor seperti gandum tetap terjangkau, stabilitas harga barang elektronik, perlindungan daya beli konsumen, pengendalian inflasi, dan kestabilan harga barang manufaktur.

2. Meningkatkan Kepercayaan Investor Asing terhadap Ekonomi Indonesia

Kurs rupiah yang kuat meningkatkan minat investor asing untuk menanamkan modal di Indonesia. Investor cenderung mencari negara dengan mata uang yang stabil untuk memastikan nilai investasinya tetap terjaga dalam jangka panjang.

Penguatan ini menciptakan persepsi positif terhadap iklim investasi Indonesia, menarik lebih banyak aliran dana asing yang sangat berperan dalam membuka lapangan kerja dan memperkuat cadangan devisa negara.

Contoh praktik: Penambahan jumlah perusahaan asing di Indonesia, peningkatan investasi portofolio asing di pasar modal, pembukaan pabrik asing di dalam negeri, lebih banyaknya mitra dagang internasional, dan peningkatan nilai investasi dalam sektor infrastruktur.

3. Penguatan Daya Beli Masyarakat dan Ekonomi Domestik yang Lebih Tangguh

Rupiah yang stabil membuat harga barang impor lebih terjangkau, sehingga masyarakat bisa membeli lebih banyak barang dengan harga yang lebih stabil. Penguatan daya beli ini membantu sektor ritel dan perdagangan lokal karena masyarakat memiliki kemampuan untuk membeli barang dan jasa dengan lebih leluasa.

Ekonomi domestik menjadi lebih tangguh dengan berkurangnya ketergantungan terhadap impor, terutama pada barang konsumsi.

Contoh praktik: Masyarakat dapat membeli elektronik dan gadget impor dengan harga lebih rendah, daya beli meningkat pada barang-barang konsumsi, peningkatan transaksi di pusat perbelanjaan, bertambahnya penjualan produk lokal yang berdaya saing tinggi, dan lebih banyak masyarakat yang bisa berinvestasi dalam aset properti atau emas.

4. Mengurangi Beban Utang Luar Negeri bagi Pemerintah dan Swasta

Ketika rupiah menguat, beban utang dalam bentuk dolar atau valuta asing lain menjadi lebih ringan karena konversi ke rupiah menjadi lebih rendah.

Pemerintah dan perusahaan yang memiliki utang luar negeri dapat mengalokasikan dana untuk pengeluaran produktif lainnya karena cicilan utang yang lebih ringan. Hal ini berperan besar dalam meningkatkan alokasi anggaran negara untuk pembangunan dan mengurangi tekanan finansial pada sektor korporasi.

Contoh praktik: Pemerintah dapat mengalokasikan dana dari penghematan utang untuk pembangunan infrastruktur, perusahaan lebih fokus pada ekspansi bisnis, pengurangan anggaran subsidi bunga utang, peningkatan anggaran pada pendidikan dan kesehatan, dan pelunasan utang luar negeri dalam jangka lebih pendek.

 

 

5. Memperkuat Daya Saing Produk Ekspor di Pasar Global

Rupiah yang kuat memungkinkan produsen lokal untuk menekan biaya produksi, terutama untuk bahan baku yang sebelumnya harus diimpor dengan harga tinggi. Produk lokal menjadi lebih kompetitif di pasar global karena produsen dapat mengatur harga ekspor tanpa harus menanggung beban kurs yang tinggi.

Daya saing yang meningkat ini tidak hanya menguntungkan perusahaan ekspor tetapi juga meningkatkan pendapatan devisa negara yang berasal dari penjualan produk-produk unggulan Indonesia.

Contoh praktik: Penjualan produk kerajinan tangan dan fashion Indonesia meningkat di pasar Eropa, ekspor komoditas pangan seperti kopi dan rempah menjadi lebih terjangkau, meningkatnya daya saing produk otomotif buatan Indonesia di pasar ASEAN, penguatan jaringan distribusi produk lokal di Amerika dan Eropa, dan bertambahnya penjualan produk-produk furnitur ke pasar Timur Tengah.

6. Memperluas Cadangan Devisa dan Memperkuat Stabilitas Ekonomi Makro

Penguatan rupiah turut memperluas cadangan devisa negara karena pendapatan ekspor dapat dikonversi menjadi rupiah dengan nilai lebih tinggi. Cadangan devisa yang kuat adalah fondasi penting bagi stabilitas ekonomi makro karena menjadi sumber daya yang dapat diandalkan ketika terjadi fluktuasi ekonomi global atau gejolak di pasar internasional.

Adanya cadangan devisa yang cukup, pemerintah memiliki ruang yang lebih besar untuk melakukan intervensi dalam menjaga stabilitas ekonomi.

Contoh praktik: Peningkatan cadangan devisa dari ekspor CPO dan batu bara, ketahanan ekonomi terhadap krisis ekonomi global, stabilitas moneter yang terjaga, kemampuan BI untuk mengintervensi nilai tukar saat terjadi volatilitas, dan penguatan peran devisa dalam pengelolaan anggaran negara.

7. Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Melalui Pertumbuhan Ekonomi yang Lebih Stabil

Kekuatan rupiah yang konsisten mendorong pertumbuhan ekonomi yang stabil karena sektor industri dan investasi dapat berjalan dengan tenang tanpa kekhawatiran terhadap fluktuasi kurs yang merugikan. Dampaknya, ekonomi menjadi lebih terarah, masyarakat merasakan manfaat melalui lapangan pekerjaan yang terbuka, harga kebutuhan yang lebih terjangkau, serta peningkatan kesejahteraan secara umum.

Stabilitas ini juga memicu sektor konsumsi dan investasi masyarakat, yang menjadi pilar utama dalam membangun ekonomi domestik yang kuat.

Contoh praktik: Penambahan lapangan kerja di sektor industri, pembangunan infrastruktur yang stabil, peningkatan pendapatan masyarakat di sektor informal, kenaikan tingkat konsumsi rumah tangga, dan peningkatan investasi di sektor pendidikan dan kesehatan.

Melalui pemahaman mendalam tentang dampak rupiah yang menguat, masyarakat dan pelaku ekonomi diharapkan dapat mendukung kebijakan-kebijakan yang mendukung stabilitas nilai tukar. Cara agar rupiah menguat ini, bila diterapkan secara konsisten, akan membawa berbagai manfaat yang meluas bagi pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya