Liputan6.com, Jakarta Pertarungan seru antara Mike Tyson dan Jake Paul akan segera digelar di AT&T Stadium pada Jumat, 15 November 2024, pukul 20.00 waktu Texas atau Sabtu, 16 November 08.00 WIB. Duel lintas generasi ini diprediksi menjadi salah satu acara tinju terbesar tahun ini, dengan perkiraan 80.000 penonton yang akan memadati stadion dan jutaan lainnya yang menonton dari berbagai penjuru dunia. Netflix berperan sebagai mitra eksklusif penyiaran, menyiarkan pertandingan ini secara langsung untuk pelanggan global.
Pertandingan ini menarik karena mempertemukan legenda tinju kelas berat Mike Tyson, yang dikenal sebagai “The Baddest Man on the Planet,” dengan Jake Paul, bintang muda yang menggemparkan dunia tinju modern melalui ketenaran media sosial. Bagi Tyson, laga ini disebut-sebut sebagai momen penting yang kemungkinan menandai penampilan terakhirnya di atas ring. Sementara itu, Jake Paul melihat pertandingan ini sebagai tantangan besar untuk membuktikan dirinya sebagai petinju yang serius.
Advertisement
Baca Juga
Dengan selisih usia lebih dari tiga dekade, Tyson dan Paul membawa gaya bertarung yang berbeda. Tyson yang legendaris dengan pukulan keras dan agresi, sementara Paul membawa gaya yang lebih modern dan strategi khas generasi milenial. Duel ini mengangkat kisah tentang dua era yang bertemu, sebuah bentrokan yang tidak hanya menghibur tetapi juga mengundang penasaran banyak penggemar tinju di seluruh dunia.
Advertisement
Sosok Mike Tyson sebagai sosok legenda tinju dunia pun turut mencuri perhatian. Selengkapnya, berikut profil Mike Tyson yang dirangkum dari berbagai sumber.
Profil Mike Tyson: Masa Muda dan Awal Karier
Mike Tyson lahir dengan nama lengkap Michael Gerard Tyson pada 30 Juni 1966 di New York, Amerika Serikat. Ia menghabiskan masa kecilnya di lingkungan keras Brooklyn, dengan masa kecil yang penuh tantangan dan seringkali terjerumus dalam masalah. Sosok pelatih Cus D’Amato yang melihat potensi besar dalam diri Tyson menjadi figur penyelamat, membawa Tyson keluar dari dunia kekerasan dan menuntunnya ke jalur tinju.
Tyson memulai karier tinju amatirnya dengan gemilang, meskipun kalah dalam seleksi Olimpiade, ia tetap menonjol dengan gaya bertarung yang agresif. Pada 6 Maret 1985, Tyson akhirnya masuk ke dunia tinju profesional dengan kemenangan knockout di Albany, New York. Dalam waktu singkat, Tyson melesat menjadi bintang dengan serangkaian kemenangan KO yang mengesankan.
Di usia 20 tahun, pada 22 November 1986, Tyson mencetak rekor sebagai juara dunia kelas berat termuda setelah mengalahkan Trevor Berbick. Gelar tersebut membawa namanya ke puncak popularitas, menjadikannya ikon tinju global yang dicintai sekaligus kontroversial di mata publik.
Advertisement
Puncak Karier dan Dominasi di Dunia Tinju
Pada 1987, Tyson mempertahankan gelar juara dunia dengan kemenangan melawan James "Bonecrusher" Smith dan mengoleksi gelar WBA dan IBF, menyempurnakan statusnya sebagai juara sejati. Penampilannya dalam mengalahkan Pinklon Thomas, Tony Tucker, dan petinju veteran Larry Holmes semakin memperkokoh dominasinya di dunia tinju kelas berat.
Setiap pertandingan yang diikuti Tyson selalu menjadi sorotan utama. Pada 27 Juni 1988, ia mencatat kemenangan gemilang hanya dalam 90 detik melawan Michael Spinks, yang dipandang sebagai salah satu penantang beratnya. Saat itu, Tyson menjadi sosok tak terkalahkan, terkenal dengan gaya bertarungnya yang brutal dan pukulan-pukulan keras yang efektif mengalahkan lawan di ronde-ronde awal.
Namun, tak hanya prestasi yang membuat Tyson dikenal, tetapi juga kontroversi yang kerap membayangi hidupnya. Kehidupan pribadinya yang rumit dan hubungan penuh konflik dengan promotor tinju Don King turut menambah bumbu dalam perjalanan karier Tyson di puncak ketenarannya.
Kejatuhan dan Kontroversi Pribadi
Pada 1990, hidup Tyson berubah drastis saat ia kalah dari James “Buster” Douglas, yang mengakhiri rekor tak terkalahkannya. Kehidupan pribadi Tyson yang dilanda masalah mulai mempengaruhi performanya, diikuti dengan berbagai kasus hukum yang memperburuk citranya. Pada 1992, Tyson dijatuhi hukuman penjara tiga tahun atas kasus pemerkosaan, yang membuatnya absen dari dunia tinju hingga 1995.
Kepulangannya ke ring diiringi kemenangan atas Peter McNeeley, namun Tyson tidak lagi mampu mempertahankan dominasi seperti masa kejayaannya. Pada pertarungan melawan Evander Holyfield pada 1996, Tyson kalah dan pada pertandingan ulang di tahun 1997, Tyson kembali menjadi sorotan kontroversi setelah menggigit telinga Holyfield, yang menyebabkan diskualifikasi dan skorsing dari dunia tinju.
Tyson kemudian kembali bertinju pada 2002, namun kalah dari Lennox Lewis, dan melanjutkan sisa kariernya dengan beberapa kemenangan dan kekalahan, hingga akhirnya resmi pensiun pada 2005 setelah kalah dari Kevin McBride.
Advertisement
Transformasi dan Kehidupan Setelah Tinju
Setelah pensiun, Tyson sempat jatuh dalam kesulitan finansial hingga menyatakan bangkrut pada 2003. Meski demikian, ia berusaha bangkit dengan berbagai usaha, termasuk tampil di acara-acara televisi dan film seperti The Hangover. Tyson juga dikenal karena transformasi pribadinya, mengumumkan telah menjadi mualaf dengan nama Malik Abdul Aziz, sebuah keputusan yang ia ambil selama menjalani hukuman penjara.
Kisah hidup Tyson kemudian diabadikan dalam buku dan dokumenter yang memaparkan perjalanan kontroversialnya. Kini, Tyson terlibat dalam berbagai proyek hiburan dan bisnis, termasuk bidang investasi di industri ganja legal, yang membuatnya tetap aktif di dunia bisnis dan media.
Pertarungan Terbaru: Tyson vs Jake Paul
Di usia yang tak lagi muda, Tyson menerima tantangan bertanding melawan Jake Paul, seorang influencer sekaligus petinju muda yang menjadi fenomena dalam dunia olahraga. Laga ini diharapkan menjadi momen nostalgia bagi penggemar Tyson, serta pembuktian bagi Paul untuk menunjukkan kapasitasnya sebagai petinju sejati.
Pertarungan ini menjadi simbol benturan dua generasi: Tyson dengan pengalaman dan prestasinya di masa lalu, serta Paul yang membawa semangat dan gaya bertarung milenial. Momen bersejarah ini juga menjadi kesempatan bagi Tyson untuk meninggalkan kesan terakhir dalam dunia tinju, sementara Paul berusaha menunjukkan bahwa ia bukan hanya sekadar bintang YouTube.
Advertisement