Dari Mana Asal SPBU Shell? Berawal Temuan Minyak di Sumatra hingga Mendunia

Sejarah Shell: Dari penemuan minyak di Sumatra hingga menjadi raksasa migas global dengan lebih dari 44.000 SPBU di dunia. Apakah benar-benar tutup di Indonesia?

oleh Nurul Diva diperbarui 25 Nov 2024, 13:18 WIB
Diterbitkan 25 Nov 2024, 13:18 WIB
SPBU PT Shell Indonesia
(Foto: Antara)

Liputan6.com, Jakarta Shell merupakan salah satu raksasa migas dunia, memiliki sejarah panjang yang dimulai lebih dari seabad lalu. Meskipun kini berkantor pusat di London, Inggris, akar perusahaan ini berasal dari gabungan Royal Dutch Petroleum Company (Belanda) dan Shell Transport and Trading Company (Inggris). Menariknya, sejarah awal Royal Dutch Petroleum Company sangat erat kaitannya dengan Indonesia.

Perjalanan Shell dimulai pada akhir abad ke-19 di Sumatra Utara, saat Aeilko Jans Zijklert menemukan cadangan minyak mentah komersial pertama di Telaga Tunggal. Penemuan ini menjadi fondasi berdirinya Royal Dutch Petroleum pada tahun 1890, yang kemudian bergabung dengan Shell Transport and Trading pada tahun 1907.

Hingga saat ini, Shell tetap menjadi salah satu pemain utama di sektor minyak dan gas global. Meski demikian, sempat berhembus kabar bahwa Shell akan menutup jaringan SPBU di Indonesia, karena faktor persaingan industri migas yang kuat di dalam negeri. Apakah demikian? Berikut adalah perjalanan lengkap Shell, dari awal mula di Sumatra hingga menjadi raksasa migas global, dirangkum Liputan6 dari berbagai sumber, Senin (25/11).

Awal Mula Shell di Indonesia: Temuan Minyak di Sumatra

Sejarah Shell dimulai pada tahun 1884 ketika Aeilko Jans Zijklert, seorang warga Belanda yang tinggal di Jawa Timur, menemukan jejak minyak di Pantai Timur Sumatra. Dengan lisensi dari Sultan Langkat, Zijklert memulai pengeboran sumur pertamanya, meskipun hasilnya nihil.

Pada tahun 1885, ia mencoba lagi di Telaga Tunggal 1 di Pangkalan Brandan, Sumatra Utara. Kali ini, usahanya membuahkan hasil, dan ia menemukan minyak mentah dalam jumlah komersial. Penemuan ini membuka jalan bagi eksplorasi dan produksi minyak secara besar-besaran di kawasan tersebut.

Keberhasilan ini mendorong Zijklert untuk mendirikan Provisional Sumatra Petroleum Company, yang menjadi cikal bakal Royal Dutch Petroleum Company pada tahun 1890.

Pembentukan Royal Dutch Petroleum Company

Pada tahun 1890, Zijklert mendirikan Royal Dutch Petroleum Company di Den Haag, Belanda. Perusahaan ini menjadi pemain utama dalam industri minyak dunia pada masanya. Setelah kematian Zijklert, penerusnya, De Gelder, melanjutkan eksplorasi dan menemukan lebih banyak cadangan minyak di Pangkalan Brandan.

Untuk mendukung ekspor minyak, Royal Dutch membangun fasilitas penyimpanan dan pelabuhan di Pangkalan Susu pada tahun 1898. Infrastruktur ini menjadi pelabuhan minyak pertama di Indonesia, yang menghubungkan produksi lokal dengan pasar internasional.

Langkah ini menjadikan Royal Dutch Petroleum sebagai salah satu perusahaan minyak paling maju di kawasan Asia Tenggara pada masa itu.

Penggabungan dengan Shell Transport and Trading

Pada tahun 1907, Royal Dutch Petroleum bergabung dengan Shell Transport and Trading Company dari Inggris. Penggabungan ini didorong oleh kebutuhan untuk bersaing dengan Standard Oil, yang saat itu mendominasi pasar global.

Shell Transport and Trading memiliki keunggulan di bidang transportasi dan penyimpanan minyak, sementara Royal Dutch unggul dalam eksplorasi dan produksi. Kombinasi ini menciptakan Royal Dutch/Shell Group, yang kemudian dikenal sebagai Shell.

Penggabungan ini menempatkan Shell sebagai salah satu perusahaan minyak terbesar di dunia.

Shell di Indonesia: Peran dalam Bisnis Hulu dan Hilir

Shell mulai beroperasi kembali di Indonesia setelah masa kolonial, dengan pembukaan SPBU pertama pada tahun 2005 di Lippo Karawaci, Tangerang. Saat ini, Shell memiliki lebih dari 170 SPBU yang tersebar di Jabodetabek, Bandung, Jawa Timur, dan Sumatra Utara.

Selain SPBU, Shell juga memiliki pabrik pelumas di Marunda dan terminal penyimpanan bahan bakar di Gresik, Jawa Timur. Produk-produk unggulan seperti Shell V-Power dan Shell Diesel Extra menjadi pilihan utama konsumen di Indonesia.

Kehadiran Shell di sektor hilir menunjukkan komitmen perusahaan untuk melayani pasar lokal dengan standar internasional.

Jejak Global Shell: Dari Belanda ke Inggris

Pada tahun 2022, Shell memindahkan kantor pusatnya dari Den Haag, Belanda, ke London, Inggris, dan mengubah nama resminya menjadi Shell PLC. Langkah ini mencerminkan upaya perusahaan untuk menyederhanakan struktur korporasinya dan meningkatkan daya saing global.

Saat ini, Shell beroperasi di lebih dari 90 negara, memproduksi sekitar 3,1 juta barel minyak per hari, dan memiliki lebih dari 44.000 SPBU di seluruh dunia. Shell juga terlibat dalam berbagai sektor energi, termasuk biofuel dan energi angin.

Sebagai salah satu perusahaan minyak terbesar di dunia, Shell terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan pasar energi global.

Komitmen Shell Terhadap Keberlanjutan

Di tengah tekanan global untuk beralih ke energi bersih, Shell mulai berinvestasi dalam energi terbarukan seperti biofuel dan energi angin. Shell juga berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon melalui berbagai inisiatif.

Langkah-langkah ini menunjukkan upaya Shell untuk tetap relevan dalam era transisi energi global. Perusahaan ini berambisi untuk menjadi pemimpin dalam pengembangan energi berkelanjutan tanpa mengesampingkan bisnis intinya di sektor minyak dan gas.

Keberlanjutan menjadi fokus utama Shell untuk mendukung visi masa depan yang lebih hijau dan ramah lingkungan.

Diisukan Tutup di Indonesia

Munculnya isu penutupan SPBU Shell di Indonesia sempat menghebohkan publik. Namun apakah Shell benar-benar tutup? Jawabannya adalah tidak. Sebab SPBU tersebut masih beroperasi di beberapa wilayah dengan pelayanan seperti biasanya.

Meski tantangan industri migas dirasa cukup berat karena Indonesia telah didominasi oleh Pertamina, Shell masih terus memberi pelayanan terbaik di pasar Indonesia. 

Sebelumnya berhembus kabar bahwa kebijakan pemerintah yang mendukung Pertamina sebagai perusahaan milik negara semakin mempersempit ruang gerak Shell untuk berkembang di pasar lokal, terutama dalam hal harga dan jangkauan distribusi. Namun Shell membantah bahwa pihaknya akan menutup gerai SPBU di Indonesia.

Fokus Shell pada Transisi Energi dan SPKLU

Di tengah tantangan pasar BBM tradisional, Shell mulai mengalihkan fokusnya ke sektor energi terbarukan dan kendaraan listrik. Rencana investasi besar-besaran Shell di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) menunjukkan arah baru perusahaan dalam menghadapi tren global menuju energi yang lebih ramah lingkungan.

Namun, transisi ini juga tidak mudah di Indonesia, di mana penetrasi kendaraan listrik masih relatif rendah. Selain itu, investasi untuk membangun infrastruktur SPKLU membutuhkan waktu dan biaya besar, sementara pasar belum sepenuhnya matang.

Meski demikian, langkah ini mencerminkan strategi Shell untuk bertahan dan tetap relevan di tengah perubahan besar dalam industri energi global, meskipun harus mengorbankan sebagian bisnis tradisionalnya, termasuk potensi penutupan SPBU di Tanah Air.

Dari mana asal Shell?

Shell berasal dari penggabungan Royal Dutch Petroleum Company Belanda (Sumatra) dan Shell Transport and Trading Company (Inggris) pada tahun 1907.

Apakah Shell masih beroperasi di Indonesia?

Ya, Shell memiliki lebih dari 170 SPBU di Indonesia serta berbagai aktivitas bisnis di sektor hulu dan hilir.

Apa produk unggulan yang dijual Shell di Indonesia?

Shell menjual berbagai produk seperti Shell Super, Shell V-Power, Shell Diesel Extra, dan pelumas otomotif.

Apa peran Indonesia dalam sejarah awal Shell?

Penemuan minyak pertama di Sumatra Utara menjadi awal mula berdirinya Royal Dutch Petroleum, yang kemudian bergabung dengan Shell.

Bagaimana Shell beradaptasi dengan transisi energi global?

Shell berinvestasi dalam energi terbarukan seperti biofuel dan angin, serta berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya