Hadiri Konferensi Gratis, 300 Migran Tunawisma Enggan Pulang dari Teater

Pilih menetap dan tinggal di ruang teater selama musim dingin Paris, 300 tunawisma ini biki rugi pengelola.

oleh Silvia Estefina Subitmele diperbarui 19 Jan 2025, 16:00 WIB
Diterbitkan 19 Jan 2025, 16:00 WIB
300 Migran Tunawisma Enggan Pulang dari Teater
Pilih menetap dan tinggal di ruang teater selama musim dingin Paris, 300 tunawisma ini biki rugi pengelola. Sumber: odditycentral... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Sebuah situasi tak terduga terjadi di Gaîté Lyrique Theater, Paris, ketika konferensi bertajuk “Reinventing the Welcome for Refugees in France” yang seharusnya menjadi diskusi inspiratif, berubah menjadi awal pendudukan teater tersebut oleh ratusan migran tunawisma.

Acara yang digelar secara gratis pada 10 Desember itu dihadiri sekitar 250 migran asal Afrika. Namun, setelah konferensi berakhir, para peserta menolak untuk meninggalkan gedung, dengan alasan mereka tidak memiliki tempat berlindung dari musim dingin Paris

Pendudukan ini berlangsung hingga lebih dari sebulan dan berdampak besar pada operasional teater. Gaîté Lyrique terpaksa membatalkan seluruh jadwal pertunjukan hingga setidaknya 24 Januari, di mana membuat institusi tersebut menghadapi risiko kebangkrutan.

Meski mengalami kerugian signifikan, pihak teater menyatakan tidak sanggup mengusir para migran ke jalanan di tengah musim dingin. Berikut ini informasi terkait migran tunawisma yang menetap di teater Paris, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Minggu (19/1/2025).

Pendudukan Gaîté Lyrique oleh Migran Tunawisma

300 Migran Tunawisma Enggan Pulang dari Teater
Pilih menetap dan tinggal di ruang teater selama musim dingin Paris, 300 tunawisma ini biki rugi pengelola. Sumber: odditycentral... Selengkapnya

Sejak 10 Desember, Gaîté Lyrique Theater di Paris telah menjadi tempat perlindungan bagi sekitar 300 migran tunawisma, yang sebagian besar berasal dari Afrika. Pendudukan ini dimulai setelah teater tersebut mengadakan konferensi gratis bertajuk “Reinventing the Welcome for Refugees in France”.

Ironisnya, 250 migran yang hadir dalam acara tersebut menolak meninggalkan tempat setelah acara selesai, kemudian diikuti oleh sekitar 50 migran lainnya yang mencari perlindungan dari cuaca dingin. Lebih dari sebulan berlalu, teater ini terpaksa menunda semua jadwal pertunjukan hingga setidaknya 24 Januari 2025, di mana mengancam keberlanjutan operasionalnya.

Manajemen menyebutkan bahwa 70% pendapatan teater bergantung pada pertunjukan, sementara 30% lainnya berasal dari subsidi negara. Meskipun mengalami kerugian hingga ratusan ribu euro pada Desember saja, pihak pengelola menyatakan bahwa mereka tidak dapat membayangkan mengusir para migran ke jalanan di tengah musim dingin.

 

Tantangan Sosial dan Upaya Solusi Pemerintah

Kasus ini menyoroti tantangan besar yang dihadapi otoritas lokal dan pemerintah Prancis dalam menangani krisis sosial seperti ini. Paris City Hall telah menegaskan dukungannya terhadap para tunawisma muda yang berlindung di teater, menolak untuk melakukan pengusiran paksa, dan menyerukan solusi berbasis sosial, termasuk menyediakan akomodasi yang layak.

Namun, perdebatan muncul terkait status para penghuni, dengan kolektif migran mengklaim bahwa sebagian besar dari mereka adalah anak di bawah umur (yang secara hukum berhak atas perlindungan dan bantuan), sementara laporan dari media seperti Le Figaro menunjukkan bahwa banyak di antara mereka adalah orang dewasa yang telah terdaftar dalam layanan sosial Prancis.

Hingga saat ini, upaya media untuk mengakses informasi langsung dari para penghuni maupun pengelola teater masih terbatas, sementara manajemen terus berupaya bekerja sama dengan pemerintah untuk menemukan solusi yang berimbang bagi semua pihak.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya