Gunung Marapi Kembali Meletus, Langit Ditutupi Abu Vulkanik

Gunung Marapi alami erupsi berulang dengan status meningkat hingga Siaga. Warga diminta waspada potensi bahaya.

oleh Nurul Diva diperbarui 23 Jan 2025, 10:06 WIB
Diterbitkan 23 Jan 2025, 10:06 WIB
Gunung Marapi Erupsi
Gunung Marapi memuntahkan abu vulkanik dari kawahnya di Agam, Sumatera Barat, Indonesia, Selasa (5/12/2023). Pihak berwenang Indonesia pada Senin menghentikan pencarian belasan pendaki setelah gunung berapi Gunung Marapi meletus lagi, mengeluarkan semburan abu panas baru sebagai setinggi 800 meter (2.620 kaki) ke udara, kata para pejabat. (AP Photo/Givo Alputra)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Gunung Marapi, dilaporkan mengalami peningkatan aktivitas vulkanik yang signifikan sejak awal Januari 2025. Gunung tersebut diketahui melontarkan abu vulkanik setinggi 1 kilometer, dengan amplitudo maksimum hingga 30,3 mm. 

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat status Gunung Marapi telah ditingkatkan dari Level II (Waspada) menjadi Level III (Siaga) sejak awal tahun ini. Peningkatan status ini didasari oleh intensitas erupsi yang meningkat serta risiko bahaya yang lebih besar di area sekitar kawah. 

Baru-baru ini, erupsi Gunung Marapi kembali terjadi yakni pada Rabu, 22 Januari pukul 19.29 WIB yang diiringi dengan hujan abu vulkanik," kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Gunung Marapi Teguh (22/1), mengutip ANTARA. Dari sana, PVMBG terus memperingatkan bahaya sekunder seperti hujan abu vulkanik dan potensi lahar yang dapat terjadi selama musim hujan.

Kronologi Erupsi Terbaru Gunung Marapi, Rabu (22/1)

Gunung Marapi mulai menunjukkan peningkatan aktivitas sejak awal Januari 2025, dengan erupsi besar pertama terjadi pada 4 Januari pukul 09.43 WIB. Pada saat itu, kolom abu teramati mencapai ketinggian 1 kilometer dengan intensitas tebal dan condong ke arah utara serta timur laut. Seismogram mencatat amplitudo maksimum 30,3 mm dengan durasi 1 menit 40 detik.

Erupsi berikutnya terjadi pada 20 Januari 2025, masyarakat sekitar melaporkan dentuman keras yang berasal dari puncak Gunung Marapi. Kemudian, di tanggal 21 Januari, Marapi kembali melontarkan abu vulkanik meskipun ketinggian kolom abu tidak teramati karena tertutup kabut.

Terakhir, Rabu 22 Januari, aktivitas vulkanik kembali berlanjut dengan ketinggian kolom letusan mencapai 2.891 meter di atas permukaan laut (MDPL), amplitudo maksimum mencapai 30,7 mm dan durasi sekitar 30 detik.

Terjadi Peningkatan Status Pada Januari Ini

PVMBG secara resmi meningkatkan status Gunung Marapi dari Level II (Waspada) ke Level III (Siaga) pada 9 Januari 2025 pukul 18.00 WIB. Langkah ini diambil setelah pengamatan menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik yang signifikan, termasuk intensitas dan frekuensi erupsi yang terus bertambah.

Peningkatan status ini juga didasarkan pada data visual yang menunjukkan asap kawah berwarna kelabu dengan ketinggian mencapai 700 meter di atas puncak. Selain itu, kondisi cuaca yang tidak menentu, seperti hujan dan angin kencang, semakin memperbesar risiko bahaya sekunder seperti lahar dingin dan hujan abu.

Dengan status Siaga, masyarakat diimbau untuk tidak melakukan aktivitas dalam radius 4,5 kilometer dari pusat erupsi di Kawah Verbeek. Larangan ini bertujuan untuk melindungi penduduk dari potensi bahaya langsung, seperti lontaran material vulkanik dan gas beracun.

Dampak Erupsi terhadap Masyarakat Sekitar

Erupsi Gunung Marapi memberikan dampak hujan abu yang signifikan bagi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan tersebut. Abu seketika menutupi atap rumah, lahan pertanian, dan sumber air bersih mengganggu aktivitas harian penduduk.

Selain itu, ancaman bahaya lahar dingin menjadi perhatian utama selama musim hujan. PVMBG telah memperingatkan masyarakat di sekitar lembah dan bantaran sungai yang berhulu di Gunung Marapi untuk tetap waspada terhadap potensi banjir lahar yang dapat membawa material vulkanik ke pemukiman.

Masyarakat juga diminta untuk menggunakan masker dan pelindung mata saat terjadi hujan abu vulkanik. Langkah ini penting untuk mencegah gangguan kesehatan akibat paparan abu yang dapat menyebabkan iritasi pernapasan dan mata.

"Secara visual aktivitas Gunung Marapi masih bersifat fluktuatif," kata Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Muhammad Wafid, Selasa (7/1) lalu.

Masyarakat Diminta Menjauhi Area Berbahaya

Erupsi Gunung Marapi, Sabtu (26/10/2024). (Liputan6.com/ ist)
Erupsi Gunung Marapi, Sabtu (26/10/2024). (Liputan6.com/ ist)... Selengkapnya

Untuk menghadapi potensi bahaya dari aktivitas Gunung Marapi, PVMBG telah mengeluarkan sejumlah rekomendasi. Masyarakat diminta untuk selalu mematuhi larangan memasuki radius bahaya yang telah ditetapkan. Selain itu, penduduk diimbau untuk membersihkan atap rumah dari abu vulkanik secara berkala agar tidak roboh akibat penumpukan material.

Penggunaan masker, pelindung mata, dan pakaian tertutup juga menjadi langkah preventif untuk menghindari gangguan kesehatan akibat paparan abu vulkanik. Pemerintah daerah dan pihak terkait diminta untuk menyediakan sarana air bersih yang memadai untuk mendukung kebutuhan masyarakat terdampak.

Koordinasi antarinstansi juga menjadi kunci dalam menjaga kondusivitas di masyarakat. Informasi resmi dari PVMBG atau pemerintah harus menjadi acuan utama, dan masyarakat diimbau untuk tidak menyebarkan informasi yang belum diverifikasi kebenarannya.

Sejarah Letusan Gunung Marapi: Sudah Aktif Erupsi Sejak 1830

Sebagai gunung berapi paling aktif di Sumatera, Gunung Marapi memiliki sejarah panjang letusan yang membentuk karakteristik vulkaniknya. Salah satu yang dahsyat sempat terjadi pada 8 September 1830, di mana pada saat itu terjadi letusan berbentuk kembang kol abu-abu kehitaman dengan ketebalan 1.500 m, disertai dengan suara gemuruh.

Kemudian, letusan besar juga tercatat terjadi pada 30 April 1979, yang menyebabkan 60 korban jiwa dan kerusakan luas di lima wilayah pemukiman. Letusan ini juga melontarkan batu dan lumpur dalam jumlah besar. Lalu pada akhir tahun 2011 hingga awal 2014, Gunung Marapi kembali menunjukkan aktivitas yang signifikan dengan letusan yang menyemburkan abu hingga ratusan kilometer jauhnya.

Puncaknya terjadi pada 3 Desember 2023, ketika erupsi besar menyebabkan 24 pendaki tewas dan abu mencapai ketinggian 3.000 meter. Letusan-letusan ini menunjukkan pola aktivitas vulkanik Gunung Marapi yang cenderung berulang, terutama menjelang musim hujan atau kondisi cuaca ekstrem. Oleh karena itu, pemantauan rutin dan kesiapsiagaan masyarakat menjadi hal yang sangat penting.

1. Apa penyebab erupsi Gunung Marapi?

Erupsi Gunung Marapi disebabkan oleh tekanan magma yang meningkat akibat aktivitas vulkanik di dalam perut bumi.

2. Apa yang harus dilakukan saat terjadi hujan abu vulkanik?

Gunakan masker, pelindung mata, dan hindari aktivitas di luar ruangan untuk mencegah gangguan pernapasan dan iritasi.

3. Seberapa sering Gunung Marapi meletus?

Gunung Marapi merupakan salah satu gunung berapi paling aktif di Sumatera dengan aktivitas letusan yang cukup sering.

4. Apa radius aman dari Gunung Marapi?

PVMBG menetapkan radius aman adalah 4,5 kilometer dari Kawah Verbeek, pusat erupsi Gunung Marapi.

5. Bagaimana dampak erupsi Gunung Marapi terhadap masyarakat?

Erupsi menyebabkan hujan abu, gangguan kesehatan, kerusakan lahan pertanian, dan potensi banjir lahar selama musim hujan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya