Liputan6.com, Jakarta - Gunung Marapi di Bukittinggi Sumatra Barat erupsi pada Rabu malam, 19 Februari 2025. Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) melaporkan, erupsi Gunung Marapi tepatnya terjadi pukul 20.31 WIB.
Mengutip Antara, Kamis (20/2/2025), Petugas PGA Gunung Marapi, Teguh, mengatakan bahwa meski erupsi terjadi, kolom abu tidak teramati. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 30,7 milimeter dan durasi sekitar 54 detik.
Baca Juga
Data dari PGA Bukittinggi menunjukkan bahwa pada Rabu, Gunung Marapi mengalami tiga kali letusan. Letusan pertama terjadi pukul 02.45 WIB dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 500 meter di atas puncak.
Advertisement
Kolom abu berwarna kelabu ini terlihat dengan intensitas tebal condong ke arah utara. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 13.9 milimeter dan durasi sekitar 26 detik.
Selanjutnya, pada pukul 07.10 WIB, gunung tersebut kembali erupsi dan melontarkan abu vulkanik setinggi 700 meter. Kolom abu yang teramati juga berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah utara. Erupsi ini terekam dengan amplitudo maksimum 30,3 milimeter dan durasi sekitar 36 detik. Ketiga letusan ini menunjukkan adanya aktivitas vulkanik yang patut diperhatikan.
Sebagai informasi, pada Januari dan Februari 2025, letusan dari Kawah Verbeek menghasilkan kolom abu yang mencapai ketinggian 2891 meter di atas permukaan laut, mengakibatkan hujan abu di daerah sekitarnya. Dengan radius bahaya yang ditetapkanPVMBG mencapai tiga kilometer, banyak yang bertanya-tanya tentang apa yang sebenarnya terjadi di gunung ini.
Peningkatan Level Aktivitas Gunung Marapi
Gunung Marapi merupakan salah satu gunung berapi aktif di Indonesia. Gunung ini memiliki beberapa kawah yang menarik untuk diperhatikan. Di antara kawah-kawah tersebut, Kawah Verbeek jadi sorotan utama karena aktivitas erupsi yang cukup signifikan.
Sejak awal 2025, status Gunung Marapi sempat dinaikkan menjadi Level III (Siaga) karena meningkatnya intensitas erupsi. Tapi pada 20 Februari 2025, statusnya kembali diturunkan jadi Level II (Waspada).
Hal ini menunjukkan bahwa meski aktivitas vulkanik masih ada, itu tidak seintensif sebelumnya. Pemantauan visual dan kegempaan terus dilakukan untuk memastikan keselamatan masyarakat sekitar.
Dengan meningkatnya aktivitas vulkanik, PVMBG mengeluarkan sejumlah rekomendasi untuk masyarakat. Salah satu yang paling penting adalah masyarakat, pendaki, atau pengunjung tidak memasuki atau berkegiatan di dalam wilayah radius tiga kilometer dari pusat erupsi, yaitu Kawah Verbeek. Hal ini penting untuk menghindari potensi bahaya akibat letusan yang dapat terjadi kapan saja.
Advertisement
Rekomendasi dari PVMBG untuk Masyarakat
PVMBG juga mengimbau masyarakat yang tinggal di sekitar lembah, aliran, atau bantaran sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Marapi untuk selalu waspada terhadap potensi ancaman banjir lahar hujan. Saat musim hujan, risiko ini bisa meningkat dan membahayakan keselamatan warga. Oleh karena itu, kesadaran dan kewaspadaan dari masyarakat sangat diperlukan.
Secara keseluruhan, meski status Gunung Marapi saat ini berada di Level II (Waspada), aktivitas vulkanik yang terus dipantau menunjukkan bahwa gunung ini masih memiliki potensi untuk erupsi. Maka itu, penting bagi semua pihak untuk tetap mengikuti perkembangan informasi dan mematuhi rekomendasi dari pihak berwenang.
Terkait status Gunung Marapi yang sejak Januari 2025 memiliki aktivitas erupsi signifikan, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat bersama Pemerintah Kabupaten Agam dan Pemkab Tanah Datar telah sepakat menutup secara permanen jalur pendakian Gunung Marapi.
Di sisi lain, PVBMG menyarankan agar pemangku kebijakan mengkaji ulang penutupan permanen Gunung Marapi jika gunung itu kembali normal.
Upaya Mitigasi
"Saya kira perlu dievaluasi kembali jika Gunung Marapi sudah kembali normal," ucap Kepala PVMBG Hadi Wijaya, Senin, 3 Februari 2025, dikutip dari Antara. Hadi menyarankan BKSDA, pemerintah daerah, dan Ombudsman Sumbar agar hanya menutup jalur pendakian Gunung Marapi dalam skala tertentu.
"Saya kira ditutup permanen di sini untuk skala tertentu atau tidak harus ditetapkan tanpa batas waktu," sambungnya. Menurutnya, apabila BKSDA bersama Pemerintah Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, dan Ombudsman Sumbar tetap menutup secara permanen, harus ada kejelasan batas atau jarak pendakian bagi pengunjung.
Kendati demikian, jika kebijakan itu diterapkan, PVMBG menyarankan supaya BKSDA memberi pendampingan pada setiap pendaki sampai zona batas yang diizinkan. Tujuannya, agar tidak ada pengunjung yang menerobos sampai ke puncak gunung.
Selain itu, Hadi mengingatkan masyarakat untuk selalu waspada dan menyiapkan langkah mitigasi terkait keberadaan puluhan jalur lahar dingin Gunung Marapi yang berpotensi terjadi kapan saja. "Kalau kita lihat petanya, potensi lahar dingin ini sangat luas yang mencapai puluhan jalur," jelasnya.
Advertisement
