Tradisi Silaturahmi Lebaran: Menjalin Kebersamaan di Hari Kemenangan

Tradisi silaturahmi lebaran telah menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Idul Fitri di Indonesia.

oleh Woro Anjar Verianty diperbarui 24 Jan 2025, 13:30 WIB
Diterbitkan 24 Jan 2025, 13:30 WIB
Cara Menerapkan Sikap Ikhlas
Ilustrasi Keluarga Muslim Credit: pexels.com/mentatdgt... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Tradisi silaturahmi lebaran telah menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Idul Fitri di Indonesia. Sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim, momen ini menjadi kesempatan berharga untuk mempererat tali persaudaraan dan saling memaafkan.

Setiap tahunnya, tradisi silaturahmi lebaran dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari kunjungan ke rumah kerabat hingga acara halal bihalal yang diselenggarakan secara formal maupun informal. Kegiatan ini menjadi simbol pembaharuan hubungan dan penyucian diri setelah menunaikan ibadah puasa Ramadhan.

Pentingnya menjaga tradisi silaturahmi lebaran juga tercermin dalam ajaran Islam, di mana Rasulullah SAW sangat menganjurkan untuk menyambung tali silaturahmi. Dalam pelaksanaannya, tradisi ini memiliki berbagai makna dan nilai yang mendalam bagi kehidupan bermasyarakat.

Lebih jelasnya, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber sejarah, makna dan macam-macamnya, pada Jumat (24/1).

Sejarah dan Makna Silaturahmi di Hari Raya

Ilustrasi Islami, keluarga muslim, silaturahmi, buka puasa
Ilustrasi Islami, keluarga muslim, silaturahmi, buka puasa. (Image by rawpixel.com on Freepik)... Selengkapnya

Silaturahmi di hari raya merupakan tradisi yang telah berlangsung turun-temurun dalam masyarakat Indonesia. Tradisi ini berkembang seiring dengan masuknya Islam dan berpadu dengan budaya lokal yang ada.

Dalam konteks Islam, silaturahmi memiliki kedudukan yang sangat penting. Hal ini didasarkan pada hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari, dimana beliau bersabda: "Hakikat orang yang menyambung silaturahmi itu bukan orang yang membalas kebaikan dengan kebaikan. Akan tetapi, ia yang apabila silaturahminya terputus, bergegas menyambungnya."

Aisyah juga meriwayatkan hadits yang menerangkan bahwa kekerabatan berada di Arsy, dimana Allah akan menyambungkan kebaikan kepada orang yang menyambung silaturahmi dan memutus kebaikan dari orang yang memutus silaturahmi.

 

Bentuk-Bentuk Tradisi Silaturahmi Lebaran

1. Kunjungan Ke Rumah Kerabat

Kunjungan ke rumah keluarga dan kerabat merupakan tradisi silaturahmi yang paling fundamental. Aktivitas ini dimulai dengan mengunjungi orang tua, dimana anak-anak melakukan sungkem sebagai bentuk penghormatan dan memohon maaf atas kesalahan.

Setelah berkunjung ke rumah orang tua, dilanjutkan dengan mengunjungi sanak saudara, tetangga, dan kerabat lainnya. Dalam setiap kunjungan, terdapat tradisi bersalaman dan saling memaafkan yang menjadi simbol pembaharuan hubungan. Tuan rumah biasanya menyiapkan hidangan khas lebaran seperti ketupat, opor, dan aneka kue untuk menyambut para tamu.

2. Halal Bihalal

Halal bihalal merupakan tradisi khas Indonesia yang berkembang sebagai bentuk silaturahmi massal. Acara ini biasanya diselenggarakan beberapa hari setelah Idul Fitri, baik dalam lingkup keluarga besar maupun organisasi.

Dalam acara halal bihalal, peserta berkumpul di satu tempat untuk saling bertemu dan bermaafan. Biasanya diisi dengan sambutan, ceramah agama, dan dilanjutkan dengan bersalaman serta makan bersama. Tradisi ini sangat efektif untuk mempererat tali silaturahmi dalam skala yang lebih besar.

3. Silaturahmi Virtual

Di era digital, tradisi silaturahmi juga beradaptasi dengan teknologi modern. Melalui video call dan aplikasi pesan, keluarga yang terpisah jarak tetap dapat merasakan kehangatan silaturahmi lebaran.

Meski tidak bertemu secara langsung, esensi silaturahmi tetap terjaga melalui komunikasi yang tulus. Banyak keluarga yang memanfaatkan teknologi untuk mengadakan pertemuan virtual, berbagi foto dan video, serta mengirimkan ucapan dan doa.

 

Nilai dan Manfaat Silaturahmi Lebaran

1. Aspek Spiritual

Dalam dimensi spiritual, silaturahmi lebaran memiliki nilai yang sangat mendalam. Kegiatan ini merupakan implementasi dari ajaran Islam yang menganjurkan untuk menyambung tali persaudaraan. Rasulullah SAW telah menjamin bahwa orang yang menyambung silaturahmi akan mendapatkan keberkahan dan kebaikan dari Allah SWT.

Melalui silaturahmi, seseorang juga berkesempatan untuk membersihkan diri dari kesalahan dan dosa terhadap sesama. Momentum lebaran menjadi waktu yang tepat untuk saling memaafkan dan memulai lembaran baru dengan hati yang bersih.

2. Aspek Sosial

Dari sisi sosial, silaturahmi lebaran berperan penting dalam membangun harmoni masyarakat. Tradisi ini menjadi media untuk mempererat hubungan kekeluargaan dan persaudaraan antarwarga. Pertemuan yang terjadi saat lebaran membuka kesempatan untuk menyelesaikan perselisihan dan memulihkan hubungan yang renggang.

Silaturahmi juga menjadi sarana untuk menumbuhkan empati dan kepedulian sosial. Melalui kunjungan dan pertemuan, orang dapat mengetahui kondisi dan keadaan saudara atau tetangganya, yang kemudian dapat menumbuhkan rasa ingin membantu jika ada yang membutuhkan.

3. Aspek Budaya

Silaturahmi lebaran telah menjadi bagian dari identitas budaya Indonesia. Tradisi ini memperkaya khazanah budaya nusantara dengan berbagai ritual dan kebiasaan khas, seperti sungkem kepada orang tua, menyajikan hidangan lebaran, hingga berbagai bentuk halal bihalal yang unik di setiap daerah.

Melalui tradisi ini, nilai-nilai budaya dan kearifan lokal tetap terjaga dan diwariskan ke generasi berikutnya. Silaturahmi lebaran menjadi momentum untuk mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, menjaga kerukunan, dan hidup bermasyarakat dengan baik.

Tips dan Etika Silaturahmi Lebaran

1. Waktu Berkunjung

Pemilihan waktu yang tepat untuk bersilaturahmi sangat penting dalam tradisi lebaran. Sebaiknya kunjungan dilakukan pada saat yang wajar, tidak terlalu pagi atau terlalu malam. Perhatikan juga durasi kunjungan agar tidak terlalu lama, mengingat tuan rumah mungkin juga menerima tamu lain.

2. Tata Krama

Dalam bersilaturahmi, penting untuk menjaga adab dan tata krama. Dimulai dengan mengucapkan salam saat masuk, menghormati tuan rumah, hingga berpamitan dengan sopan saat hendak pulang. Bagi yang lebih muda, dianjurkan untuk mencium tangan orang yang lebih tua sebagai bentuk penghormatan.

3. Kondisi Khusus

Saat bersilaturahmi, perlu memperhatikan kondisi dan situasi tertentu. Misalnya kondisi kesehatan tuan rumah, keadaan rumah, atau hal-hal lain yang memerlukan pertimbangan khusus. Tamu juga perlu memahami batasan dan tidak memaksakan kunjungan jika ada halangan.

Meski zaman terus berubah, esensi silaturahmi tetap penting untuk dijaga. Generasi muda perlu memahami dan meneruskan tradisi ini dengan cara yang sesuai perkembangan zaman namun tetap menjaga nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Penggunaan teknologi dapat menjadi pelengkap, bukan pengganti silaturahmi langsung. Kombinasi antara tradisi konvensional dan modern dapat menciptakan bentuk silaturahmi yang lebih kaya dan bermakna di masa depan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya