Niat Mengganti Puasa Ramadhan, Ketahui Waktu Batasannya

Ketahui niat, tata cara, dan batas waktu mengganti puasa Ramadhan agar ibadah Anda tetap sah dan tidak tertunda.

oleh Andre Kurniawan Kristi diperbarui 04 Feb 2025, 12:01 WIB
Diterbitkan 04 Feb 2025, 12:01 WIB
Doa Berbuka Puasa Ganti (Qadha)
Ilustrasi Membaca Doa Berbuka Puasa Credit: shutterstock.com... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Bulan Ramadhan 2025 semakin dekat, dan umat Islam di seluruh dunia tengah bersiap menyambut datangnya bulan suci ini. Selain menyiapkan diri secara fisik dan spiritual, ada satu hal penting yang perlu diperhatikan, yakni mengganti utang puasa Ramadhan sebelumnya. Bagi yang sempat meninggalkan puasa karena alasan tertentu seperti sakit, perjalanan jauh, atau haid, wajib hukumnya untuk mengqadha atau mengganti puasa tersebut sebelum Ramadhan berikutnya tiba.

Pertanyaan yang sering muncul adalah, kapan batas terakhir seseorang bisa mengqadha puasa Ramadhan? Beberapa ulama berpendapat bahwa utang puasa harus dibayar sebelum bulan Ramadhan berikutnya, sementara ada pula yang memberi kelonggaran untuk menggantinya kapan saja. Lalu, bagaimana aturan lengkapnya?

Agar tidak keliru, penting bagi umat Islam untuk memahami tata cara, niat, serta batas waktu dalam mengganti puasa Ramadhan. Artikel ini akan mengulas secara rinci berdasarkan pandangan para ulama dan dalil-dalil yang relevan.

1. Pentingnya Mengqadha Puasa Ramadhan

Mengqadha puasa Ramadhan merupakan kewajiban bagi setiap Muslim yang tidak mampu menjalankan puasa karena alasan tertentu. Kewajiban ini didasarkan pada firman Allah SWT dalam Surah Al-Baqarah ayat 184 yang berbunyi:

"Maka, siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain."

Dari ayat tersebut, jelas bahwa mereka yang tidak menjalankan puasa Ramadhan tetap memiliki tanggung jawab untuk menggantinya di lain waktu. Hal ini berlaku bagi orang yang sakit, wanita yang sedang haid atau nifas, serta mereka yang bepergian jauh.

Selain itu, mengganti puasa yang tertinggal juga menjadi bentuk ketaatan seorang Muslim dalam memenuhi kewajiban ibadahnya. Dengan menunaikan qadha puasa, seseorang menunjukkan tanggung jawabnya kepada Allah SWT dan berusaha menyempurnakan ibadah Ramadhan yang sebelumnya tertinggal.

2. Bacaan Niat Mengganti Puasa Ramadhan

Niat menjadi rukun utama dalam ibadah puasa, termasuk saat menjalankan qadha puasa Ramadhan. Dalam Mazhab Syafi'i, niat ini harus dilakukan pada malam hari sebelum puasa dimulai. Berikut adalah lafal niat yang dianjurkan:

Nawaitu shauma ghadin 'an qadhā'i fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta'âlâ.

Artinya: "Aku berniat untuk mengqadha puasa Bulan Ramadhan esok hari karena Allah SWT."

Niat ini bisa diucapkan dalam hati atau dilafalkan, selama dilakukan dengan kesadaran penuh bahwa ibadah ini adalah untuk mengganti puasa wajib yang tertinggal. Jika niat tidak dilakukan sebelum fajar, maka puasa qadha dianggap tidak sah menurut Mazhab Syafi'i dan harus diulang.

3. Tata Cara Melaksanakan Puasa Qadha

Tata cara menjalankan puasa qadha pada dasarnya sama dengan puasa wajib di bulan Ramadhan. Berikut langkah-langkahnya:

  • Makan Sahur: Disunnahkan untuk makan sahur sebelum fajar agar tubuh memiliki energi yang cukup untuk menjalani puasa sepanjang hari.
  • Menahan Diri dari Hal-Hal yang Membatalkan Puasa: Sama seperti puasa Ramadhan, puasa qadha mengharuskan seseorang untuk menahan diri dari makan, minum, serta hal-hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar hingga matahari terbenam.
  • Berbuka Puasa: Disunnahkan untuk berbuka dengan makanan ringan seperti kurma atau air putih, sebagaimana dianjurkan dalam hadis Nabi Muhammad SAW.

4. Batas Waktu Mengqadha Puasa Ramadhan

Menurut pendapat mayoritas ulama, batas waktu mengqadha puasa Ramadhan adalah sebelum bulan Ramadhan berikutnya tiba. Hal ini sesuai dengan penjelasan Wakil Sekretaris LBM PBNU, Alhafiz Kurniawan, yang mengatakan bahwa boleh mengqadha puasa hingga akhir bulan Syaban.

Namun, ada juga pendapat dari ulama Hanafiyah yang menyebutkan bahwa qadha puasa dapat dilakukan kapan saja tanpa batasan waktu tertentu. Kendati demikian, tetap dianjurkan untuk menyelesaikannya secepat mungkin agar kewajiban tidak tertunda terlalu lama.

Apakah puasa qadha harus dilakukan secara berurutan?

Tidak harus. Sesuai hadis Rasulullah SAW, seseorang boleh mengganti puasa secara terpisah maupun berurutan.

Apakah boleh mengqadha puasa di bulan Syaban setelah Nisfu Syaban?

Mayoritas ulama membolehkan qadha puasa hingga akhir Syaban, tetapi dianjurkan untuk tidak menunda hingga terlalu dekat dengan Ramadhan.

Bagaimana jika lupa jumlah hari puasa yang harus diganti?

Disarankan untuk mengqadha dengan jumlah yang diperkirakan paling aman, lebih banyak lebih baik daripada kurang.

Apakah boleh berpuasa sunnah sebelum qadha puasa Ramadhan?

Puasa qadha lebih diutamakan daripada puasa sunnah. Namun, jika waktunya masih panjang, seseorang boleh menjalankan puasa sunnah terlebih dahulu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya