7 Tradisi Lebaran Masyarakat Melayu, Unik & Menarik!

Jelajahi beragam tradisi Lebaran masyarakat Melayu, dari Berbalas Kunjung hingga Festival Lampu Colok, yang kaya akan nilai budaya dan religius!

oleh Mabruri Pudyas Salim diperbarui 13 Feb 2025, 19:20 WIB
Diterbitkan 13 Feb 2025, 19:20 WIB
Tradisi Lebaran Masyarakat Melayu Festival Lampu Colok
Tradisi Lebaran Masyarakat Melayu Festival Lampu Colok/Instagram/bengkalis_riau... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Bagi masyarakat Melayu, Lebaran adalah perayaan yang sarat makna. Lebih dari sekadar hari libur, Lebaran menjadi momentum untuk memperkuat ikatan keluarga dan mempererat tali silaturahmi. Nilai-nilai keagamaan seperti saling memaafkan dan bersyukur atas limpahan rahmat Allah SWT sangat dijunjung tinggi. Selain itu, perayaan Lebaran juga menampilkan kearifan lokal yang unik dan beragam di setiap daerah, mulai dari Riau, Bengkalis, Pontianak hingga Malaysia. Keunikan ini tercermin dalam berbagai tradisi yang diwariskan secara turun-temurun.

Perayaan Lebaran di masyarakat Melayu memiliki nuansa yang berbeda dengan daerah lain di Indonesia. Jika di beberapa daerah fokus pada kegiatan keagamaan di masjid, masyarakat Melayu juga sangat menekankan pada kegiatan sosial dan kultural. Tradisi-tradisi unik ini tidak hanya menjadi bagian dari identitas budaya, tetapi juga memperkuat rasa kebersamaan dan kepedulian sosial di tengah masyarakat. Ini menjadi daya tarik tersendiri dalam memahami kekayaan budaya Indonesia.

Nilai-nilai budaya dan religius yang terkandung dalam tradisi lebaran masyarakat Melayu sangat kental. Silaturahmi menjadi inti dari perayaan ini, di mana saling mengunjungi sanak saudara dan kerabat menjadi suatu keharusan. Selain itu, nilai-nilai seperti kebersamaan, kedamaian, dan kepedulian sosial juga tercermin dalam berbagai tradisi yang ada. Tradisi ini tidak hanya dijalankan sebagai rutinitas, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan terhadap nilai-nilai luhur yang diwariskan dari generasi ke generasi. Perkembangan zaman mungkin membawa perubahan, tetapi inti dari perayaan ini tetap dipertahankan.

Berikut adalah kumpulan tradisi lebaran pada masyarakat Melayu yang unik dan menarik, sebagaimana telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (13/2/2025).

1. Tradisi Berbalas Kunjung (Pontianak)

Tradisi berbalas kunjung di Pontianak, Kalimantan Barat, merupakan tradisi unik dalam perayaan Lebaran masyarakat Melayu. Tradisi ini bukan sekadar mengunjungi sanak saudara, tetapi juga mengandung nilai-nilai sosial dan religius yang mendalam. Sejarahnya telah berlangsung turun-temurun, menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Lebaran di daerah ini.

Prosesi berbalas kunjung dimulai dengan mengunjungi rumah sanak saudara. Tidak hanya keluarga inti, tetapi juga kerabat jauh turut dikunjungi. Setelah itu, dilakukan sungkeman, di mana anak-anak meminta maaf kepada orang tua dan kerabat yang lebih tua. Selanjutnya, biasanya ada sesi mendengarkan tausiah atau nasehat agama yang disampaikan oleh sesepuh keluarga. Setelah itu, tuan rumah akan menyajikan berbagai hidangan khas Lebaran, mulai dari makanan berat hingga kue-kue tradisional. Sebagai penutup, diberikan salam tempel atau uang saku kepada anak-anak sebagai simbol berkah dan doa.

Nilai budaya yang terkandung dalam tradisi ini adalah kebersamaan dan kekeluargaan. Kegiatan ini memperkuat ikatan keluarga dan mempererat tali silaturahmi. Sedangkan nilai religiusnya terlihat dari sungkeman dan tausiah yang menekankan pentingnya saling memaafkan dan meningkatkan keimanan. Tradisi ini juga mengajarkan nilai hormat kepada orang tua dan menyayangi yang lebih muda.

Tradisi berbalas kunjung di Pontianak berlangsung cukup lama, bahkan bisa sampai sebulan. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya silaturahmi bagi masyarakat Melayu di daerah ini. Mereka tidak hanya sekedar berkunjung, tetapi juga berbagi cerita, mempererat hubungan, dan saling mendoakan.

2. Festival Lampu Colok (Riau)

Tradisi Lebaran Masyarakat Melayu Festival Lampu Colok
Tradisi Lebaran Masyarakat Melayu Festival Lampu Colok/Instagram/sepdum... Selengkapnya

Di Riau, tradisi menyalakan lampu colok atau 'pelite' merupakan ciri khas perayaan Lebaran masyarakat Melayu. Sejarahnya, lampu colok awalnya digunakan sebagai penerangan di malam hari, terutama bagi anak-anak yang mengaji atau nelayan yang melaut. Lampu colok terbuat dari bambu, kaleng, atau botol bekas yang diisi minyak tanah dan dilengkapi sumbu.

Makna filosofis lampu colok sangat dalam. Cahaya lampu colok melambangkan cahaya iman dan hidayah. Pemasangan lampu colok di depan rumah juga menjadi simbol keramahan dan menyambut tamu. Tradisi ini biasanya dilakukan di malam-malam terakhir Ramadan hingga malam takbiran. Proses pemasangan lampu colok dilakukan secara bersama-sama, memperkuat rasa kebersamaan dan gotong royong.

Seiring perkembangan zaman, tradisi lampu colok berkembang menjadi sebuah festival. Festival Lampu Colok menjadi daya tarik wisata dan upaya pelestarian budaya. Kegiatan ini melibatkan berbagai pihak, dari pemerintah daerah hingga masyarakat setempat. Festival ini juga menjadi ajang kreativitas dalam membuat lampu colok dengan berbagai bentuk dan desain yang unik.

Pengakuan lampu colok sebagai warisan budaya tak benda oleh pemerintah semakin mengukuhkan pentingnya tradisi ini. Festival Lampu Colok tidak hanya menjadi perayaan, tetapi juga upaya untuk melestarikan kekayaan budaya Melayu Riau dan memperkenalkan kepada generasi muda.

3. Baraan (Bengkalis)

Tradisi Lebaran Masyarakat Melayu Baraan (Bengkalis)
Tradisi Lebaran Masyarakat Melayu Baraan (Bengkalis)/diskominfotik.bengkaliskab.go.id... Selengkapnya

Baraan adalah tradisi unik masyarakat Melayu Bengkalis, Riau, yang dilakukan saat Lebaran. Kata 'bara'an' berarti berombongan atau beramai-ramai. Tradisi ini menekankan nilai kebersamaan dan silaturahmi.

Pelaksanaan Baraan dimulai dengan mengunjungi rumah-rumah tetangga dan kerabat secara berkelompok. Setiap kelompok akan mengunjungi rumah-rumah secara bergantian. Tuan rumah akan menyiapkan berbagai hidangan khas Lebaran, seperti ketupat, opor ayam, dan kue-kue tradisional. Suasana penuh keakraban dan keceriaan akan tercipta saat mereka saling bertukar cerita dan saling memaafkan.

Hidangan khas yang disajikan dalam tradisi Baraan sangat beragam. Namun, ketupat dan opor ayam biasanya menjadi menu utama. Selain itu, berbagai jenis kue tradisional Melayu juga disajikan untuk menambah semarak perayaan. Makanan-makanan ini disiapkan dengan penuh cinta dan keikhlasan oleh tuan rumah.

Nilai sosial dan kebersamaan sangat kental dalam tradisi Baraan. Tradisi ini memperkuat ikatan sosial dan mempererat hubungan antar warga. Baraan juga mengajarkan nilai saling menghormati, berbagi, dan peduli terhadap sesama. Tradisi ini menjadi bukti kearifan lokal masyarakat Melayu Bengkalis.

4. Malam Tujuh Likur (Karimun)

Malam Tujuh Likur
Malam Tujuh Likur/Instagram/bengkalis_riau... Selengkapnya

Malam Tujuh Likur adalah tradisi masyarakat Melayu di Karimun, Kepulauan Riau, yang dilakukan seminggu sebelum malam Lailatul Qadar, tepatnya pada tanggal 27 Ramadan. Tradisi ini berupa kenduri atau acara makan bersama yang dilakukan secara gotong royong.

Prosesi kenduri Malam Tujuh Likur dilakukan di rumah-rumah warga secara bergiliran. Setiap keluarga akan menyiapkan hidangan khas Lebaran untuk dibagikan kepada tetangga dan kerabat. Suasana penuh kekeluargaan dan keakraban akan tercipta saat mereka berkumpul bersama, menikmati hidangan, dan saling mendoakan.

Makna religius Malam Tujuh Likur sangat kental. Tradisi ini dilakukan sebagai ungkapan syukur atas limpahan rahmat Allah SWT dan memperingati malam yang penuh berkah bagi umat Islam. Mereka berharap mendapatkan keberkahan dan perlindungan dari Allah SWT.

Hidangan khas yang disajikan dalam tradisi Malam Tujuh Likur beragam, sesuai dengan kebiasaan dan kemampuan masing-masing keluarga. Namun, biasanya akan ada hidangan khas Lebaran seperti ketupat, opor ayam, dan kue-kue tradisional.

5. Nyembah Belari (Bintan)

Sule dan Keluarga Sungkeman
Sule dan anak-anaknya saat momen sungkeman pada hari Lebaran 2024. (YouTube SL MEDIA)... Selengkapnya

Tradisi Nyembah Belari di Bintan, Kepulauan Riau, merupakan tradisi unik yang dilakukan saat Lebaran. Keunikannya terletak pada cara anak-anak yang hanya berdiri di teras rumah dan menadahkan tangan untuk menerima pernak-pernik dari orang yang lewat.

Prosesi Nyembah Belari dilakukan dengan warga mengunjungi rumah-rumah, terutama di sekitar masjid raya. Mereka akan berlari atau berjalan cepat sambil membawa pernak-pernik seperti uang, permen, atau mainan kecil. Anak-anak yang menunggu di teras rumah akan menadahkan tangan untuk menerima pemberian tersebut.

Partisipasi anak-anak sangat dominan dalam tradisi Nyembah Belari. Mereka dengan antusias menunggu di teras rumah untuk menerima pemberian dari warga yang lewat. Tradisi ini mengajarkan anak-anak tentang pentingnya bersyukur dan menghargai pemberian orang lain.

Nilai sosial yang terkandung dalam tradisi Nyembah Belari adalah berbagi dan kepedulian terhadap sesama. Tradisi ini mempererat hubungan antar warga dan menciptakan suasana penuh keceriaan saat Lebaran.

6. Balimau Kasai

Tradisi Lebaran Masyarakat Balimau Kasai
Tradisi Lebaran Masyarakat Balimau Kasai/Instagram/muflihun.sstp.map... Selengkapnya

Balimau Kasai merupakan tradisi masyarakat Melayu Riau untuk menyambut bulan Ramadan. Tradisi ini berupa ritual mandi dengan air jeruk nipis dan rempah-rempah lainnya, sebagai simbol penyucian diri sebelum memasuki bulan suci.

Bahan-bahan yang digunakan dalam Balimau Kasai adalah air jeruk nipis atau purut, serta berbagai rempah-rempah yang harum. Campuran ini dipercaya dapat membersihkan badan dan jiwa dari kotoran dan dosa. Selain itu, aroma rempah-rempah juga dipercaya dapat memberikan ketenangan dan kesegaran.

Prosesi Balimau Kasai dimulai dengan mandi bersama menggunakan campuran air jeruk dan rempah-rempah. Setelah mandi, biasanya dilanjutkan dengan makan bersama dan berbagai kegiatan lainnya. Ritual ini dilakukan di sungai atau tempat-tempat terbuka.

Makna spiritual Balimau Kasai sangat kental. Tradisi ini melambangkan penyucian diri lahir dan batin sebelum memasuki bulan Ramadan. Dengan membersihkan diri secara fisik dan spiritual, diharapkan mereka dapat menjalankan ibadah puasa dengan lebih khusyuk dan mendapatkan berkah.

7. Tepuk Tepung Tawar

Tradisi Lebaran Masyarakat Melayu Tepuk Tepung Tawar
Tradisi Lebaran Masyarakat Melayu Tepuk Tepung Tawar/Instagram/saepanggalih... Selengkapnya

Tepuk Tepung Tawar merupakan tradisi masyarakat Melayu di berbagai daerah, termasuk Kepulauan Riau. Tradisi ini dilakukan sebagai ungkapan syukur atas keberhasilan atau acara penting, seperti pernikahan, kelahiran, atau perayaan Lebaran.

Bahan-bahan ritual Tepuk Tepung Tawar adalah tepung beras putih dan kuning, serta berbagai ramuan lainnya. Campuran ini kemudian ditaburkan ke atas kepala orang yang akan diberi tepung tawar, sambil diiringi doa-doa khusus.

Prosesi Tepuk Tepung Tawar dilakukan dengan menaburkan campuran tepung dan ramuan ke atas kepala orang yang akan diberi tepung tawar. Sambil menaburkan, biasanya dibacakan doa-doa khusus untuk menolak bala, menghilangkan penyakit, dan mendatangkan keberkahan.

Makna simbolis Tepuk Tepung Tawar sangat kaya. Tepung melambangkan kesucian, sedangkan ramuan lainnya memiliki makna tersendiri. Doa-doa yang dibacakan juga mengandung harapan agar orang yang diberi tepung tawar selalu dijauhkan dari marabahaya dan mendapatkan keberkahan.

Tradisi-tradisi Lebaran masyarakat Melayu merupakan warisan budaya yang sangat berharga. Tradisi ini tidak hanya memperkaya khazanah budaya Indonesia, tetapi juga mengandung nilai-nilai luhur yang patut dijaga dan dilestarikan. Dengan melestarikan tradisi ini, kita dapat menjaga identitas budaya dan memperkuat rasa kebersamaan di tengah masyarakat.

Untuk melestarikan tradisi Lebaran masyarakat Melayu, diperlukan peran serta berbagai pihak, mulai dari pemerintah, masyarakat, hingga generasi muda. Pendidikan dan sosialisasi tentang pentingnya tradisi ini perlu ditingkatkan. Selain itu, dukungan dan fasilitasi dari pemerintah juga sangat penting untuk menjaga kelangsungan tradisi-tradisi tersebut. Mari kita bersama-sama menjaga dan melestarikan warisan budaya Melayu yang begitu kaya dan bermakna.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya