Tradisi Lebaran Melayu, Warisan Budaya yang Kaya Makna

Mengenal lebih dalam tradisi lebaran melayu yang kaya makna, mulai dari persiapan hingga perayaan. Simak keunikan dan filosofi di balik tradisi yang diwariskan turun-temurun ini.

oleh Anugerah Ayu Sendari Diperbarui 05 Mar 2025, 19:57 WIB
Diterbitkan 05 Mar 2025, 19:57 WIB
Ilustrasi buka puasa, sahur, Islami, Ramadan
Ilustrasi buka puasa, sahur, Islami, Ramadan. (Photo by Thirdman from Pexels)... Selengkapnya
tradisi lebaran melayu
tradisi lebaran melayu ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Lebaran atau Hari Raya Aidilfitri merupakan momen istimewa bagi umat Muslim di seluruh dunia, termasuk masyarakat Melayu. Bagi masyarakat Melayu, lebaran bukan sekadar perayaan keagamaan, namun juga momentum untuk mempererat tali silaturahmi dan melestarikan tradisi yang telah diwariskan secara turun-temurun. Mari kita telusuri lebih dalam mengenai tradisi lebaran melayu yang kaya akan makna dan filosofi.

Promosi 1

Sejarah dan Makna Tradisi Lebaran Melayu

Tradisi lebaran melayu memiliki akar sejarah yang panjang, berawal dari masuknya Islam ke wilayah Nusantara pada abad ke-13. Seiring berjalannya waktu, ajaran Islam berbaur dengan budaya lokal, menciptakan tradisi unik yang menjadi ciri khas masyarakat Melayu.

Lebaran bagi masyarakat Melayu bukan hanya tentang merayakan kemenangan setelah berpuasa sebulan penuh, namun juga momen untuk introspeksi diri, mempererat hubungan keluarga, dan memperkuat ikatan sosial dalam masyarakat. Tradisi-tradisi yang dilakukan sarat akan makna dan nilai-nilai luhur, seperti:

  • Kebersamaan dan gotong royong dalam mempersiapkan perayaan
  • Saling memaafkan dan memperbarui hubungan
  • Berbagi kebahagiaan dengan sesama, terutama yang kurang mampu
  • Menghormati leluhur dan tradisi
  • Mensyukuri nikmat yang telah diberikan

Tradisi lebaran melayu juga mencerminkan kearifan lokal dalam menyeimbangkan nilai-nilai keagamaan dengan budaya setempat. Hal ini terlihat dari berbagai ritual dan kebiasaan yang dilakukan selama perayaan.

Persiapan Menyambut Lebaran

Persiapan menyambut lebaran dalam tradisi melayu dimulai jauh-jauh hari sebelum hari H. Beberapa kegiatan yang umumnya dilakukan antara lain:

1. Membersihkan dan Menghias Rumah

Masyarakat Melayu percaya bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman. Oleh karena itu, membersihkan rumah secara menyeluruh menjadi agenda wajib menjelang lebaran. Selain membersihkan, rumah juga dihias dengan ornamen-ornamen khas lebaran seperti lampu pelita atau lampu colok, tirai baru, dan hiasan dinding bertema Islami.

2. Menyiapkan Hidangan Khas

Hidangan menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan lebaran. Masyarakat Melayu memiliki beragam makanan khas yang dipersiapkan untuk menyambut tamu, seperti:

  • Ketupat dan lemang
  • Rendang
  • Opor ayam
  • Sayur lodeh
  • Aneka kue lebaran seperti kuih raya, tart nenas, dan biskut

Proses memasak hidangan lebaran seringkali dilakukan secara gotong royong, melibatkan seluruh anggota keluarga dan bahkan tetangga. Hal ini memperkuat rasa kebersamaan dan kekeluargaan.

3. Membeli Pakaian Baru

Mengenakan pakaian baru saat lebaran merupakan tradisi yang masih dilestarikan hingga kini. Bagi masyarakat Melayu, pakaian tradisional seperti baju kurung untuk wanita dan baju melayu untuk pria menjadi pilihan utama. Pemilihan warna dan motif pakaian juga memiliki makna tersendiri, misalnya warna hijau yang melambangkan kesuburan dan kemakmuran.

4. Menyiapkan Duit Raya

Duit raya atau amplop berisi uang yang diberikan kepada anak-anak dan kerabat yang lebih muda merupakan tradisi yang tak kalah penting. Persiapan duit raya biasanya dilakukan jauh-jauh hari untuk memastikan ketersediaan uang pecahan kecil yang baru dan bersih.

Tradisi Saat Malam Takbiran

Malam takbiran menandai dimulainya perayaan Idul Fitri. Beberapa tradisi yang dilakukan masyarakat Melayu pada malam takbiran antara lain:

1. Takbir Keliling

Meskipun tidak sepopuler di Indonesia, beberapa komunitas Melayu masih melakukan takbir keliling kampung. Kegiatan ini biasanya melibatkan anak-anak dan remaja yang membawa obor atau lentera sambil melantunkan takbir.

2. Menyalakan Lampu Colok

Di beberapa daerah seperti Riau, tradisi menyalakan lampu colok atau pelita menjadi ciri khas perayaan malam takbiran. Lampu-lampu ini dipasang di depan rumah atau sepanjang jalan kampung, menciptakan suasana yang meriah dan penuh cahaya.

3. Shalat Tarawih Terakhir

Malam takbiran juga ditandai dengan shalat tarawih terakhir yang biasanya diikuti dengan doa bersama dan acara buka puasa terakhir di masjid atau surau.

Tradisi di Hari Raya

Puncak perayaan lebaran terjadi pada hari pertama Syawal. Berikut beberapa tradisi yang umumnya dilakukan masyarakat Melayu pada hari raya:

1. Shalat Idul Fitri

Pagi hari raya dimulai dengan shalat Idul Fitri berjamaah di masjid atau lapangan terbuka. Setelah shalat, jamaah biasanya saling bersalaman dan memohon maaf.

2. Ziarah Kubur

Mengunjungi makam leluhur atau kerabat yang telah meninggal menjadi tradisi yang masih dilestarikan. Ziarah kubur biasanya dilakukan sebelum atau sesudah shalat Idul Fitri.

3. Bermaaf-maafan

Memohon maaf kepada orangtua, saudara, dan tetangga menjadi ritual wajib di hari raya. Tradisi ini biasanya diawali dengan anak-anak yang meminta maaf kepada orangtua, dilanjutkan dengan saling bermaafan antar anggota keluarga dan tetangga.

4. Open House

Tradisi membuka rumah untuk menerima tamu sepanjang hari merupakan ciri khas lebaran di masyarakat Melayu. Tamu yang datang akan disuguhi hidangan khas lebaran dan duit raya untuk anak-anak.

5. Kunjung-mengunjungi

Setelah menerima tamu di rumah, tradisi dilanjutkan dengan mengunjungi rumah kerabat dan tetangga. Kunjungan ini bisa berlangsung hingga beberapa hari setelah lebaran.

Tradisi Unik di Berbagai Daerah

Setiap daerah memiliki tradisi lebaran yang unik, mencerminkan kekayaan budaya Melayu. Beberapa contoh tradisi unik tersebut antara lain:

1. Bara'an di Bengkalis, Riau

Bara'an adalah tradisi berkunjung dari rumah ke rumah secara berombongan. Kegiatan ini bisa berlangsung hingga seminggu setelah lebaran, melibatkan seluruh warga kampung yang saling mengunjungi.

2. Festival Lampu Colok di Riau

Festival ini merupakan pengembangan dari tradisi menyalakan lampu colok. Masyarakat berlomba-lomba membuat lampu colok dengan desain unik dan kreatif, menciptakan pemandangan yang memukau di malam hari.

3. Malam Tujuh Likur di Kepulauan Riau

Tradisi ini dilakukan pada malam ke-27 Ramadhan, seminggu sebelum lebaran. Masyarakat mengadakan kenduri atau makan bersama sebagai ungkapan syukur menyambut malam Lailatul Qadar.

4. Balimau Kasai di Riau

Ritual mandi dengan air yang dicampur jeruk nipis dan rempah-rempah ini dilakukan sebagai simbol penyucian diri sebelum memasuki bulan Ramadhan. Meskipun dilakukan sebelum puasa, tradisi ini erat kaitannya dengan persiapan menyambut lebaran.

Makanan Khas Lebaran Melayu

Hidangan menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan lebaran. Beberapa makanan khas yang umumnya disajikan saat lebaran di masyarakat Melayu antara lain:

1. Ketupat dan Lemang

Ketupat, nasi yang dimasak dalam anyaman daun kelapa, dan lemang, nasi ketan yang dimasak dalam bambu, menjadi hidangan wajib di meja lebaran. Kedua makanan ini biasanya disajikan dengan rendang atau opor ayam.

2. Rendang

Meskipun berasal dari Minangkabau, rendang telah menjadi hidangan yang tak terpisahkan dari perayaan lebaran di berbagai daerah Melayu. Proses memasaknya yang lama mencerminkan filosofi kesabaran dan ketekunan.

3. Lontong Sayur

Lontong yang disajikan dengan kuah sayur nangka atau lodeh menjadi menu sarapan favorit di hari raya. Hidangan ini sering dilengkapi dengan telur dan sambal.

4. Kue-kue Tradisional

Aneka kue kering dan basah menjadi suguhan wajib untuk para tamu. Beberapa kue tradisional yang populer antara lain:

  • Kuih raya (kue kering dengan berbagai bentuk dan rasa)
  • Tart nanas
  • Kuih lapis
  • Dodol
  • Wajik

Makanan-makanan ini tidak hanya berfungsi sebagai hidangan, tetapi juga menjadi simbol kebersamaan dan berbagi kebahagiaan dengan sesama.

Pakaian Tradisional Lebaran

Mengenakan pakaian baru saat lebaran merupakan tradisi yang masih dilestarikan hingga kini. Bagi masyarakat Melayu, pakaian tradisional menjadi pilihan utama untuk dikenakan di hari raya. Beberapa pakaian tradisional yang umumnya dipakai saat lebaran antara lain:

1. Baju Kurung

Baju kurung merupakan pakaian tradisional wanita Melayu yang terdiri dari atasan longgar dan rok panjang. Baju ini biasanya terbuat dari kain yang halus seperti sutera atau sifon, dengan berbagai motif dan warna. Filosofi baju kurung mencerminkan kesopanan dan keanggunan wanita Melayu.

2. Baju Melayu

Untuk pria, baju Melayu menjadi pilihan utama. Pakaian ini terdiri dari atasan longgar dengan kerah tegak dan celana panjang. Baju Melayu sering dilengkapi dengan kain samping dan songkok atau kopiah sebagai penutup kepala.

3. Teluk Belanga

Teluk Belanga merupakan variasi dari baju Melayu yang memiliki kerah bulat tanpa kancing. Pakaian ini sering dipakai oleh pria Melayu di Riau dan Kepulauan Riau.

4. Kebaya

Meskipun lebih identik dengan budaya Jawa, kebaya juga sering dipakai oleh wanita Melayu saat lebaran, terutama di daerah perbatasan budaya seperti Sumatera.

Pemilihan warna dan motif pakaian juga memiliki makna tersendiri. Warna-warna cerah seperti kuning, hijau, dan merah sering dipilih karena melambangkan kegembiraan dan kemakmuran.

Dekorasi dan Hiasan Khas Lebaran

Menghias rumah menjadi bagian penting dalam persiapan menyambut lebaran. Beberapa dekorasi dan hiasan khas yang sering dijumpai di rumah-rumah Melayu saat lebaran antara lain:

1. Lampu Pelita atau Lampu Colok

Lampu tradisional ini biasanya dipasang di depan rumah atau sepanjang jalan kampung. Selain sebagai penerangan, lampu ini juga melambangkan cahaya petunjuk dan kegembiraan menyambut hari raya.

2. Tirai dan Langsir Baru

Mengganti tirai dan langsir (gorden) dengan yang baru merupakan tradisi yang masih dilakukan banyak keluarga. Warna-warna cerah dan motif floral sering menjadi pilihan untuk menciptakan suasana segar dan meriah.

3. Kaligrafi dan Ornamen Islami

Hiasan dinding berupa kaligrafi ayat Al-Quran atau hadits sering dipasang untuk menambah nuansa Islami. Ornamen berbentuk bulan sabit dan bintang juga populer sebagai simbol Islam.

4. Anyaman Ketupat

Selain sebagai makanan, ketupat dalam bentuk anyaman kosong juga sering dijadikan hiasan. Ketupat ini digantung di pintu atau jendela sebagai simbol kebersamaan dan berbagi.

5. Karpet dan Permadani

Menggelar karpet atau permadani baru di ruang tamu merupakan cara untuk memperindah rumah sekaligus menyambut tamu dengan lebih nyaman.

Dekorasi-dekorasi ini tidak hanya berfungsi sebagai hiasan, tetapi juga mencerminkan semangat menyambut hari raya dengan penuh kegembiraan dan kehangatan.

Tradisi Silaturahmi dan Maaf-memaafkan

Inti dari perayaan lebaran adalah memperkuat tali silaturahmi dan saling memaafkan. Beberapa tradisi terkait hal ini antara lain:

1. Sungkem atau Salam Takzim

Tradisi meminta maaf kepada orangtua dengan mencium tangan mereka masih dilakukan banyak keluarga Melayu. Momen ini sering diiringi dengan ungkapan permohonan maaf dan doa.

2. Open House

Membuka rumah untuk menerima tamu sepanjang hari merupakan tradisi yang mencerminkan keramahan dan keterbukaan masyarakat Melayu. Tamu yang datang akan disuguhi hidangan khas lebaran.

3. Kunjung-mengunjungi

Setelah menerima tamu di rumah sendiri, tradisi dilanjutkan dengan mengunjungi rumah kerabat dan tetangga. Kunjungan ini bisa berlangsung hingga beberapa hari setelah lebaran, menciptakan suasana keakraban dalam masyarakat.

4. Halal Bihalal

Acara kumpul-kumpul untuk saling bermaafan, baik dalam lingkup keluarga besar, komunitas, atau tempat kerja, menjadi agenda yang sering diadakan setelah lebaran. Halal bihalal menjadi momen untuk mempererat hubungan dan memulai lembaran baru.

Tradisi-tradisi ini menekankan pentingnya menjaga hubungan baik dengan sesama, sesuai dengan ajaran Islam yang menganjurkan untuk saling memaafkan dan mempererat tali persaudaraan.

Perubahan dan Adaptasi Tradisi Lebaran Melayu di Era Modern

Seiring perkembangan zaman, beberapa aspek tradisi lebaran Melayu mengalami perubahan dan adaptasi. Beberapa perubahan yang terjadi antara lain:

1. Digitalisasi Ucapan Selamat

Penggunaan media sosial dan aplikasi pesan instan untuk mengirim ucapan selamat lebaran semakin populer. Meski demikian, banyak yang masih mempertahankan tradisi mengirim kartu lebaran fisik sebagai bentuk penghargaan.

2. Modifikasi Pakaian Tradisional

Desain baju kurung dan baju Melayu mengalami modernisasi dengan sentuhan kontemporer, namun tetap mempertahankan esensi kesopanan dan keanggunan.

3. Inovasi Kuliner

Hidangan lebaran tradisional mulai dikreasikan dengan sentuhan modern, seperti rendang fusion atau kue lebaran dengan bahan-bahan unik. Namun, cita rasa klasik tetap menjadi favorit.

4. Perayaan Virtual

Terutama selama pandemi, banyak keluarga yang beradaptasi dengan melakukan silaturahmi virtual melalui video call atau pertemuan online.

5. Wisata Lebaran

Tradisi mudik mulai berkembang menjadi wisata lebaran, di mana keluarga tidak hanya pulang kampung tetapi juga mengunjungi destinasi wisata bersama.

Meski mengalami perubahan, inti dari tradisi lebaran Melayu tetap dipertahankan, yaitu memperkuat ikatan keluarga, mempererat tali silaturahmi, dan menjaga nilai-nilai luhur warisan budaya.

Kesimpulan

Tradisi lebaran melayu merupakan warisan budaya yang kaya akan makna dan nilai-nilai luhur. Dari persiapan hingga perayaan, setiap aspek tradisi ini mencerminkan semangat kebersamaan, penghormatan terhadap leluhur, dan penguatan ikatan sosial dalam masyarakat. Meski menghadapi tantangan modernisasi, esensi dari tradisi ini tetap terjaga dan terus dilestarikan dari generasi ke generasi.

Sebagai bagian dari kekayaan budaya Nusantara, tradisi lebaran melayu tidak hanya penting bagi masyarakat Melayu sendiri, tetapi juga menjadi cerminan keberagaman dan harmoni dalam masyarakat Indonesia secara luas. Dengan terus menjaga dan melestarikan tradisi ini, kita tidak hanya menghormati warisan leluhur, tetapi juga memperkuat identitas budaya di tengah arus globalisasi.

Mari kita terus menjaga dan melestarikan tradisi lebaran melayu sebagai bagian dari upaya mempertahankan kearifan lokal dan memperkuat persatuan dalam keberagaman. Dengan demikian, nilai-nilai luhur yang terkandung dalam tradisi ini akan terus hidup dan memberikan makna bagi generasi mendatang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya