Liputan6.com, Jakarta Lebaran di Palembang bukan sekadar hari raya, melainkan perayaan budaya yang kaya akan tradisi unik dan menarik. Dari tradisi Sanjo yang penuh keakraban hingga Rumpak-Rumpakan yang meriah, Palembang menawarkan pengalaman Lebaran yang berbeda. Perayaan ini melibatkan seluruh anggota keluarga dan masyarakat, mempererat tali silaturahmi dan melestarikan warisan budaya turun-temurun. Mari kita telusuri lebih dalam tradisi lebaran di Palembang yang memikat ini!
Tradisi lebaran di Palembang sarat akan makna dan kearifan lokal. Perayaan Idul Fitri di kota ini tak hanya dirayakan dengan shalat Id, melainkan juga dengan serangkaian tradisi yang turun-temurun dijaga dan dilestarikan. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga nilai-nilai budaya dan tradisi bagi masyarakat Palembang. Keunikan tradisi ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin merasakan suasana Lebaran yang autentik dan berkesan.
Masyarakat Palembang sangat menjunjung tinggi nilai silaturahmi dan kekeluargaan. Tradisi-tradisi Lebaran di Palembang menjadi bukti nyata dari nilai-nilai tersebut. Dengan adanya tradisi-tradisi ini, diharapkan dapat memperkuat rasa kebersamaan dan persaudaraan di antara warga Palembang. Pelestarian tradisi ini juga penting untuk menjaga identitas budaya Palembang agar tetap lestari dan dikenal oleh generasi mendatang. Berikut beberapa tradisi lebaran di Palembang yang menarik untuk dibahas, sebagaimana telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (19/2/2024).
Advertisement
1. Sanjo, Tradisi Silaturahmi Khas Palembang
Sanjo, dalam bahasa Palembang berarti saling mengunjungi atau bertamu. Tradisi ini menjadi inti perayaan Lebaran di Palembang. Setelah shalat Id, masyarakat Palembang, baik laki-laki maupun perempuan, mengunjungi sanak saudara dan tetangga. Suasana semakin meriah dengan tabuhan rebana dan lantunan selawat yang mengiringi kunjungan tersebut.
Sanjo biasanya dilakukan pada hari pertama Lebaran. Masyarakat akan mengunjungi rumah keluarga, kerabat, dan tetangga terdekat. Kunjungan ini tidak hanya sekedar silaturahmi, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan dan rasa syukur atas nikmat yang telah diterima.
Selama Sanjo, tuan rumah akan menyajikan hidangan khas Lebaran, seperti ketupat, opor ayam, rendang, pempek, dan kue-kue tradisional Palembang. Suasana hangat dan penuh keakraban akan terasa di setiap rumah yang dikunjungi.
Salah satu bagian yang dinantikan dalam tradisi Sanjo adalah pemberian THR (Tunjangan Hari Raya), terutama bagi anak-anak dan mereka yang belum bekerja. Semakin banyak rumah yang dikunjungi, semakin banyak pula THR yang didapatkan. Namun, inti dari Sanjo tetaplah mempererat silaturahmi dan kebersamaan.
Advertisement
2. Rumpak-rumpakan, Tradisi Keliling Kampung dengan Rebana
Rumpak-Rumpakan, tradisi unik lainnya di Palembang, khususnya di Kelurahan Kuto Batu Kampung Arab 14 Ulu dan Kelurahan 1 Ulu. Mirip Sanjo, tradisi ini melibatkan keliling mengunjungi rumah-rumah tetangga sambil diiringi tabuhan rebana dan selawat.
Tradisi ini dimulai setelah shalat Idul Fitri, dipimpin oleh para tetua adat bersama warga dan pemuda. Mereka berkeliling kampung, mengunjungi setiap rumah untuk bersilaturahmi dan saling memaafkan.
Musik rebana dan lantunan selawat menambah semarak suasana Rumpak-Rumpakan. Anak-anak sangat antusias mengikuti tradisi ini karena mereka akan mendapatkan hadiah uang dari setiap rumah yang dikunjungi.
Sebelum meninggalkan setiap rumah, biasanya dilakukan pembacaan doa bersama. Rumpak-Rumpakan bukan hanya sekadar tradisi, tetapi juga sarana untuk mempererat tali persaudaraan dan memperkuat rasa kebersamaan di lingkungan masyarakat.
3. Ziarah Kubur Sebelum Lebaran
Sebelum Lebaran tiba, masyarakat Palembang juga melakukan ziarah kubur ke makam keluarga dan kerabat. Ziarah kubur dilakukan sebagai bentuk penghormatan dan mendoakan para leluhur.
Kegiatan ziarah kubur biasanya dilakukan beberapa hari sebelum Lebaran. Masyarakat membersihkan makam, berdoa, dan mendoakan arwah keluarga yang telah meninggal dunia.
Ziarah kubur merupakan tradisi yang sarat akan nilai religius dan spiritual. Tradisi ini mengajarkan pentingnya menghormati orang yang telah meninggal dan mendoakan mereka agar mendapatkan tempat yang baik di sisi Allah SWT.
Selain itu, ziarah kubur juga menjadi momen refleksi diri, mengingat kematian dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat.
Advertisement
4. Masak-Masak Bersama
Di Palembang, memasak hidangan Lebaran dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh anggota keluarga. Ini menjadi momen kebersamaan yang sangat dinantikan.
Pembagian tugas memasak biasanya dibagi sesuai kemampuan masing-masing anggota keluarga. Ada yang bertugas menyiapkan bahan-bahan, memasak opor ayam, rendang, hingga kue-kue khas Palembang seperti maksuba dan kue delapan jam.
Tradisi memasak bersama ini mempererat hubungan keluarga. Anak-anak juga turut serta membantu, belajar memasak dan berinteraksi dengan anggota keluarga lainnya.
Di era modern, peran laki-laki dalam membantu memasak juga semakin terlihat, terutama dalam hal menjaga api untuk memasak ketupat.
5. Munjung, Tradisi Berbagi Makanan
Munjung adalah tradisi berbagi makanan atau kue yang telah dimasak sehari sebelum Lebaran. Tradisi ini dilakukan oleh yang lebih muda kepada yang lebih tua, misalnya anak kepada orang tua atau menantu kepada mertua.
Makanan yang dibawa biasanya berupa masakan dan kue-kue terbaik. Semakin banyak dan enak makanan yang dibawa, semakin menunjukkan rasa hormat dan sayang.
Munjung dilakukan sebagai wujud syukur dan berbagi kebahagiaan di hari Lebaran. Tradisi ini juga mempererat hubungan antar generasi dalam keluarga.
Setelah memberikan makanan, biasanya akan ada saling memaafkan dan doa bersama, memperkuat ikatan keluarga.
Advertisement
6. Takbiran Keliling Kampung
Takbiran keliling kampung dilakukan oleh anak-anak dan remaja masjid. Mereka berkeliling kampung sambil mengumandangkan takbir, menandai datangnya Lebaran.
Mereka membawa obor, bendera tauhid, dan bedug untuk menambah semarak suasana. Takbiran keliling kampung ini menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Lebaran di Palembang.
Di era modern, takbiran tak hanya keliling kampung, tetapi juga berkembang menjadi takbir keliling kota menggunakan mobil bak terbuka.
Tradisi ini menunjukkan kegembiraan dan rasa syukur atas datangnya Lebaran.
7. Kuliner Khas Lebaran Palembang
Lebaran di Palembang tak lengkap tanpa sajian kuliner khasnya yang lezat. Beberapa kue wajib hadir di setiap meja Lebaran, seperti kue delapan jam yang memiliki filosofi keseimbangan hidup (8 jam kerja, 8 jam istirahat, 8 jam ibadah).
Kemudian ada bolu maksuba, kue lapis yang manis dan lembut, serta bolu kojo dengan warna hijau cerah dari daun pandan. Ketiga kue ini menjadi hidangan wajib Lebaran di Palembang.
Selain kue, pempek dan tekwan juga menjadi menu utama Lebaran. Pempek, makanan khas Palembang yang selalu ada di setiap perayaan, dan tekwan, sup ikan yang segar dan gurih.
Rujak mie, perpaduan kuliner etnis Cina dan Melayu, juga menjadi pilihan menu Lebaran yang unik dan menggugah selera.
Semua kuliner ini menambah keistimewaan perayaan Lebaran di Palembang, menyatukan cita rasa dan budaya.
Kuliner khas Palembang ini menjadi bukti kekayaan budaya dan kuliner di kota tersebut. Makanan-makanan tersebut tidak hanya lezat, tetapi juga memiliki sejarah dan nilai budaya yang tinggi.
Tradisi Lebaran di Palembang merupakan warisan budaya yang berharga dan perlu dilestarikan. Tradisi-tradisi ini tidak hanya mempererat tali silaturahmi, tetapi juga menjaga identitas budaya Palembang.
Mari kita semua turut serta melestarikan tradisi-tradisi ini agar tetap lestari dan dikenal oleh generasi mendatang. Dengan memahami dan menghargai tradisi ini, kita dapat menjaga kekayaan budaya Indonesia.
Advertisement
