Angka Kelahiran Korea Selatan Akhirnya Alami Peningkatan Setelah 9 Tahun

Angka kelahiran di Korea Selatan meningkat pada 2024 setelah sembilan tahun mengalami penurunan, didorong oleh peningkatan pernikahan dan sejumlah kebijakan pemerintah, namun tantangan demografi masih besar.

oleh Nurul Diva Diperbarui 03 Mar 2025, 13:00 WIB
Diterbitkan 03 Mar 2025, 13:00 WIB
Ilustrasi kehamilan. ibu hamil
Ilustrasi kehamilan. ibu hamil. (Image by prostooleh on Freepik)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Setelah hampir satu dekade mengalami penurunan, angka kelahiran Korea Selatan akhirnya mencatat peningkatan pada tahun 2024. Menurut laporan Statistics Korea, tingkat kesuburan naik dari 0,72 pada 2023 menjadi 0,75 pada 2024, menandai peningkatan pertama sejak tahun 2015.

Kenaikan ini terjadi di tengah krisis demografi yang menghantui Korea Selatan, di mana populasi usia kerja menyusut dan jumlah kematian melebihi kelahiran selama beberapa tahun terakhir. Pemerintah pun terus mencari solusi untuk mengatasi rendahnya tingkat kelahiran, yang selama ini menjadi ancaman bagi pertumbuhan ekonomi negara tersebut.

Lalu, apa yang menyebabkan perubahan tren ini? Kemudian apa yang menjadi penyebab turunnya populasi kelahiran selama beberapa tahun terakhir sehingga mengancam Korea Selatan? Berikut ulasannya, dirangkum Liputan6, Senin (3/3).

Tren Kenaikan Kelahiran di Korea Selatan Setelah 9 Tahun

Setelah mengalami penurunan berturut-turut sejak 2015, angka kelahiran di Korea Selatan akhirnya mencatat peningkatan pada tahun 2024. Statistik menunjukkan bahwa pada tahun tersebut, jumlah bayi yang lahir mencapai 238.343, meningkat 3,6% dibanding tahun sebelumnya.

Selain itu, data juga menunjukkan bahwa jumlah kelahiran anak pertama naik 5,6%, sementara kelahiran anak kedua meningkat 2,1% dibanding tahun 2023. Peningkatan ini terjadi seiring dengan kenaikan angka pernikahan yang tumbuh 14,9% dibanding tahun sebelumnya, yang merupakan lonjakan terbesar sejak data ini mulai dicatat pada tahun 1970.

"Pernikahan dan melahirkan semakin dianggap hal yang diinginkan," kata pejabat statistik di Korea Selatan,  Park Hyun-jung, mengutip Korea Herald

Namun, meskipun mengalami peningkatan, tingkat kesuburan Korea Selatan masih menjadi yang terendah di dunia, bahkan di antara 38 negara anggota Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD). Para ahli menilai bahwa meskipun tren ini positif, masih diperlukan kebijakan lebih lanjut untuk memastikan bahwa peningkatan ini berkelanjutan.

 

Penyebab Lonjakan

Menurut laporan Statistics Korea, ada beberapa faktor utama yang memengaruhi peningkatan angka kelahiran pada tahun 2024. Salah satunya adalah lonjakan jumlah pernikahan, yang meningkat signifikan setelah pandemi COVID-19 mereda.

Selain itu, survei menunjukkan bahwa semakin banyak warga Korea Selatan yang memiliki pandangan positif terhadap pernikahan dan memiliki anak. Pada tahun 2024, 52,5% responden mengatakan mereka mendukung pernikahan, naik dari 50% pada dua tahun sebelumnya, sementara 68,4% menyatakan ingin memiliki anak, naik dari 65,3% pada tahun 2022.

Tren ini juga didorong oleh peningkatan jumlah wanita usia produktif yang siap untuk melahirkan, terutama mereka yang berada dalam kelompok usia 30 hingga 34 tahun. Di kelompok ini, 70,4 dari setiap 1.000 wanita melahirkan pada 2024, menunjukkan bahwa usia tersebut menjadi rentang utama bagi wanita Korea Selatan untuk memiliki anak.

 

Peran Kebijakan Pemerintah dalam Mendorong Angka Kelahiran

Pemerintah Korea Selatan telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan angka kelahiran dalam beberapa tahun terakhir, dan hasilnya mulai terlihat pada tahun 2024. Salah satu kebijakan yang dinilai berkontribusi dalam tren ini adalah dukungan finansial bagi pasangan muda dan keluarga baru.

Pemerintah menyediakan bantuan perumahan, subsidi tunjangan anak, serta insentif pajak bagi pasangan yang memiliki anak. Selain itu, banyak perusahaan yang mulai menerapkan kebijakan ramah keluarga, seperti cuti melahirkan yang lebih fleksibel dan subsidi untuk biaya pendidikan anak.

Selain itu, Seoul mulai mengumumkan data kelahiran dan tingkat kesuburan lebih sering, yakni setiap bulan, dibanding sebelumnya yang hanya diumumkan setiap kuartal. Hal ini memungkinkan pemerintah untuk lebih cepat menyesuaikan kebijakan berdasarkan tren terbaru dalam angka kelahiran.

"Konsistensi pemerintah dalam memberikan berbagai dukungan kebijakan telah mendorong generasi muda untuk memutuskan memiliki anak," kata Sekretaris Senior Presiden untuk Perencanaan Kependudukan, You Hye-mi.

Penyebab Pertumbuhan Populasi yang Lambat di Korea Selatan

Meskipun peningkatan angka kelahiran merupakan kabar baik, tantangan besar masih menghadang Korea Selatan dalam upaya mengatasi krisis populasi. Salah satu kendala utama adalah tingginya biaya hidup dan pendidikan, yang masih menjadi alasan utama banyak pasangan menunda atau bahkan enggan memiliki anak.

Selain itu, data menunjukkan bahwa angka kelahiran di Seoul masih sangat rendah, dengan tingkat kesuburan hanya 0,58 pada 2024, yang menjadi angka terendah di seluruh negeri. Hal ini menunjukkan bahwa biaya hidup yang tinggi di ibu kota Korea Selatan masih menjadi penghambat utama bagi pasangan muda untuk memiliki anak.

Faktor lainnya adalah budaya kerja yang menuntut, di mana banyak orang menghindari pernikahan dan memiliki anak karena tekanan karier. Meskipun ada kebijakan cuti melahirkan dan dukungan pemerintah, masih banyak perusahaan yang enggan memberikan fleksibilitas kerja bagi orang tua baru.

 

Apa Dampaknya bagi Masa Depan Korea Selatan?

Peningkatan angka kelahiran ini memberikan harapan bagi masa depan Korea Selatan, terutama dalam mengatasi penurunan populasi usia kerja yang drastis. Jika tren ini bisa dipertahankan dan terus meningkat, maka kekhawatiran terhadap penurunan tenaga kerja dan beban ekonomi akibat populasi yang menua bisa sedikit mereda.

Namun, para ahli menekankan bahwa peningkatan ini masih sangat kecil dibandingkan dengan angka yang dibutuhkan untuk menjaga stabilitas populasi. Untuk mencapai keseimbangan populasi, tingkat kesuburan ideal yang dibutuhkan adalah 2,1 anak per wanita, sementara angka saat ini masih jauh di bawah itu.

Pemerintah pun diprediksi akan terus meningkatkan upaya mereka dalam memberikan lebih banyak insentif bagi pasangan muda, memperbaiki kebijakan keseimbangan kerja dan keluarga, serta mengurangi hambatan finansial bagi mereka yang ingin memiliki anak.

“Menurunnya jumlah penduduk yang aktif secara ekonomi akan merusak konsumsi sehingga berdampak pada jatuhnya pasar dalam negeri. Hal ini juga akan meningkatkan beban dalam mendukung penduduk lanjut usia, yang menyebabkan perlambatan ekonomi dan rendahnya pertumbuhan yang berkepanjangan,” ujar pihak  Institut Populasi Semenanjung Korea untuk Masa Depan pada, dikutip dari ANTARA.

People Also Ask (PAA) – Pertanyaan yang Sering Diajukan

Mengapa angka kelahiran di Korea Selatan meningkat setelah 9 tahun?

Peningkatan ini didorong oleh lonjakan jumlah pernikahan, pandangan lebih positif terhadap anak, serta kebijakan pemerintah.

Apakah kenaikan angka kelahiran ini cukup untuk mengatasi krisis populasi di Korea Selatan?

Meskipun ini langkah positif, angka kesuburan masih terlalu rendah, sehingga belum cukup untuk mengatasi masalah demografi jangka panjang.

Apa yang dilakukan pemerintah Korea Selatan untuk meningkatkan angka kelahiran?

Pemerintah memberikan bantuan perumahan, subsidi tunjangan anak, insentif pajak, dan cuti melahirkan yang lebih fleksibel.

Apakah biaya hidup di Korea Selatan masih menjadi penghambat kelahiran?

Ya, terutama di Seoul, di mana tingginya biaya hidup dan pendidikan masih menjadi faktor utama pasangan enggan memiliki anak.

Bagaimana tren ini akan memengaruhi masa depan ekonomi Korea Selatan?

Jika tren ini terus meningkat, maka bisa membantu mengurangi beban ekonomi akibat populasi yang menua, tetapi perlu peningkatan lebih lanjut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya