Liputan6.com, Jakarta Apa arti sahur bagi umat Muslim yang menjalankan ibadah puasa? Pertanyaan ini sering muncul terutama menjelang bulan Ramadhan. Sahur merupakan praktik yang sangat dianjurkan dalam Islam dan memiliki makna mendalam, baik secara spiritual maupun dalam konteks kesehatan. Untuk memahami lebih jauh, kita perlu menggali apa arti sahur sesungguhnya dalam syariat Islam.
Apa arti sahur secara bahasa berasal dari kata Arab "سحور" (sahuur) yang berarti 'akhir malam' atau waktu menjelang fajar. Ini merujuk pada aktivitas makan dan minum yang dilakukan sebelum terbit fajar bagi mereka yang akan menjalankan ibadah puasa. Meski banyak yang beranggapan bahwa sahur adalah singkatan dari "Sarapan Khusus Ramadan," namun anggapan ini tidaklah benar. Istilah sahur murni berasal dari bahasa Arab dan bukan merupakan singkatan atau akronim.
Baca Juga
Lantas, apa arti sahur dalam konteks ibadah puasa? Sahur merupakan amalan sunnah yang sangat dianjurkan bagi setiap Muslim yang akan berpuasa, baik puasa wajib di bulan Ramadhan maupun puasa sunnah lainnya. Kegiatan ini tidak hanya sekadar memenuhi kebutuhan fisik dengan makan dan minum sebelum berpuasa, tetapi juga mengandung keberkahan dan nilai spiritual yang besar. Memahami makna dan keutamaan sahur akan membantu umat Muslim menjalankan ibadah puasa dengan lebih khusyuk dan mendapatkan manfaat yang lebih optimal.
Advertisement
Lebih jelasnya, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber informasi lengkapnya, pada Selasa (4/3).
Pengertian Sahur dalam Islam
Sahur dalam agama Islam diartikan sebagai kegiatan makan dan minum yang dilakukan pada waktu sahur, yaitu sebelum fajar menyingsing atau menjelang waktu sholat Subuh. Kata sahur berasal dari bahasa Arab yang akar katanya adalah "سحور" (sahuur) dan "سحر" (sahar), di mana sahuur merujuk pada 'makanan yang disantap saat sahur', sedangkan sahar berarti 'kegiatan makan saat waktu sahur' atau merujuk pada waktu akhir malam.
Dalam tradisi Islam, sahur bukan hanya sekadar aktivitas makan dan minum, tetapi merupakan amalan sunnah yang sangat dianjurkan (sunnah muakkadah). Meskipun bukan termasuk rukun puasa, keutamaan sahur sangat ditekankan dalam ajaran Islam. Hal ini didasarkan pada hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari:
"تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً"
"Tasahharuu fa inna fis suhuuri barakah."
Artinya: "Makan sahurlah kalian, karena sesungguhnya di dalam sahur itu terdapat berkah." (HR. Bukhari).
Waktu sahur dimulai dari pertengahan malam hingga sebelum masuk waktu imsak. Namun, waktu yang paling utama untuk sahur adalah mendekati waktu fajar, sekitar 10-15 menit sebelum adzan Subuh berkumandang. Ini berdasarkan praktik Rasulullah SAW yang selalu mengakhirkan waktu sahur. Sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik RA, bahwa Zaid bin Tsabit RA berkata:
"Kami makan sahur bersama Nabi SAW, kemudian beliau berdiri untuk shalat." Aku (Anas) bertanya: "Berapa lama jarak antara sahur dan shalat Subuh?" Zaid menjawab: "Kira-kira (seukuran bacaan) lima puluh ayat."
Dalam ajaran Islam, sahur juga menjadi pembeda antara puasa umat Islam dengan puasa umat beragama lain (Ahli Kitab). Hal ini disampaikan Rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:
"فَصْلُ مَا بَيْنَ صِيَامِنَا وَصِيَامِ أَهْلِ الْكِتَابِ أَكْلَةُ السَّحَرِ"
"Faslu maa baina siyaaminaa wa siyaami ahlil kitaabi aklatus sahar."
Artinya: "Pembeda antara puasa kita dengan puasanya ahli kitab adalah makan sahur." (HR. Muslim no. 1096).
Advertisement
Keutamaan dan Manfaat Sahur
Sahur memiliki banyak keutamaan dan manfaat, baik secara spiritual maupun fisik. Berikut beberapa keutamaan penting dari sahur yang perlu dipahami oleh setiap Muslim:
1. Mendapatkan Keberkahan
Keutamaan pertama dan utama dari sahur adalah keberkahan yang dijanjikan Allah SWT bagi mereka yang melaksanakannya. Rasulullah SAW telah menegaskan hal ini dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari:
"تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً"
"Tasahharuu fa inna fis suhuuri barakah."
Artinya: "Makan sahurlah kalian, karena sesungguhnya di dalam sahur itu terdapat berkah." (HR. Bukhari).
Keberkahan yang dimaksud mencakup aspek spiritual dan fisik. Secara spiritual, sahur merupakan bentuk ketaatan terhadap anjuran Rasulullah SAW, sehingga mendatangkan pahala. Secara fisik, sahur memberikan energi dan nutrisi yang dibutuhkan tubuh untuk menjalani aktivitas seharian selama berpuasa, sehingga ibadah puasa dapat dilaksanakan dengan lebih baik.
2. Mendapat Salawat dari Allah dan Para Malaikat
Keutamaan lain yang luar biasa dari sahur adalah mendapatkan salawat (doa kebaikan) dari Allah SWT dan para malaikat-Nya. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad:
"السَّحُورُ أَكْلَةٌ بَرَكَةٌ فَلاَ تَدَعُوهُ وَلَوْ أَنْ يَجْرَعَ أَحَدُكُمْ جَرْعَةً مِنْ مَاءٍ فَإِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الْمُتَسَحِّرِينَ"
"As-suhuuru uklatun barakatun falaa tada'uuhu wa law an yajra'a ahadukum jar'atan min maa-in fa innallaha wa malaa-ikatahu yushalluuna 'alal mutasahhiriin."
Artinya: "Sahur adalah makanan yang penuh berkah. Oleh karena itu, janganlah kalian meninggalkannya sekalipun hanya dengan minum seteguk air. Karena sesungguhnya Allah dan para malaikat bersalawat kepada orang-orang yang makan sahur." (HR. Ahmad 3/12).
3. Waktu Mustajab untuk Berdoa
Waktu sahur yang bertepatan dengan sepertiga malam terakhir merupakan waktu yang mustajab (dikabulkan) untuk berdoa. Allah SWT turun ke langit dunia pada waktu tersebut dan menjawab doa-doa hamba-Nya. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits Rasulullah SAW:
"يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ"
"Yanzilu rabbunaa tabaaraka wa ta'aalaa kulla lailatin ilas samaa'id dunyaa hiina yabqaa thuluthul laili al-aakhiru yaquulu man yad'uunii fa'astajiiba lahu, man yas'alunii fa'u'tiyahu, man yastaghfirunii fa'aghfira lahu."
Artinya: "Rabb kita tabaroka wa ta'ala turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Lantas Dia berfirman: 'Siapa saja yang berdoa kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka akan Aku beri. Siapa yang meminta ampunan kepada-Ku, maka akan Aku ampuni.'" (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
4. Memperkuat Niat dan Kesiapan Beribadah
Sahur membantu memperkuat niat dan kesiapan fisik serta mental dalam menjalankan ibadah puasa. Dengan sahur, seseorang menyiapkan diri secara lahir dan batin untuk menjalani ibadah puasa dengan lebih khusyuk. Niat yang kuat dan persiapan fisik yang baik akan membantu seseorang untuk lebih fokus dalam beribadah dan menghindari hal-hal yang dapat membatalkan puasa atau mengurangi pahalanya.
Waktu dan Tata Cara Sahur yang Dianjurkan
Dalam menjalankan sahur, penting untuk memperhatikan waktu dan tata cara yang sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW. Berikut beberapa tuntunan tentang waktu dan tata cara sahur yang dianjurkan:
1. Waktu Tepat untuk Sahur
Waktu sahur dimulai dari pertengahan malam hingga menjelang waktu Subuh. Namun, waktu yang paling utama adalah mendekati waktu fajar, sekitar 10-15 menit sebelum adzan Subuh berkumandang. Rasulullah SAW menganjurkan untuk mengakhirkan waktu sahur, sebagaimana diriwayatkan dalam hadits:
"Kami makan sahur bersama Nabi SAW, kemudian beliau berdiri untuk shalat." Aku (Anas) bertanya: "Berapa lama jarak antara sahur dan shalat Subuh?" Zaid menjawab: "Kira-kira (seukuran bacaan) lima puluh ayat." (HR. Bukhari dan Muslim)
Penting untuk dipahami bahwa waktu imsak bukanlah batas akhir sahur, melainkan waktu kehati-hatian agar tidak makan terlalu dekat dengan waktu Subuh. Batas waktu sahur sebenarnya adalah adzan Subuh. Mengakhirkan sahur hingga mendekati waktu Subuh memiliki banyak keutamaan, termasuk memaksimalkan waktu untuk sholat malam, dzikir, dan berdoa di sepertiga malam terakhir.
2. Sunah-Sunah Saat Sahur
Selain memperhatikan waktu, ada beberapa sunah yang dianjurkan saat sahur:
a. Mengakhirkan Makan Sahur
Sebagaimana telah dijelaskan, Rasulullah SAW menganjurkan untuk mengakhirkan waktu sahur hingga mendekati waktu Subuh. Hal ini memiliki hikmah agar puasa tidak terasa terlalu lama dan untuk memaksimalkan keberkahan waktu sepertiga malam terakhir.
b. Memperbanyak Istighfar dan Doa
Waktu sahur yang bertepatan dengan sepertiga malam terakhir adalah waktu mustajab untuk berdoa. Oleh karena itu, disunnahkan untuk memperbanyak istighfar (memohon ampunan) dan doa di waktu sahur. Allah SWT berfirman:
"وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ"
"Wa bil-ashaari hum yastaghfiruun."
Artinya: "Dan di akhir-akhir malam, mereka memohon ampun (kepada Allah)." (QS. Adz-Dzariyat: 18)
c. Membaca Al-Qur'an
Waktu sahur juga merupakan waktu yang baik untuk membaca Al-Qur'an. Allah SWT berfirman:
"إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلًا"
"Inna naasyi'atal laili hiya asyaddu wath'an wa aqwamu qiila."
Artinya: "Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan." (QS. Al-Muzzammil: 6)
3. Doa Ketika Sahur
Salah satu doa yang dianjurkan untuk dibaca saat sahur adalah:
"يَرْحَمُ اللهُ الْمُتَسَحِّرِينَ"
"Yarhamullaahul mutasahhiriin."
Artinya: "Semoga Allah SWT memberikan rahmat kepada orang-orang yang bersahur."
Doa ini menunjukkan harapan agar Allah SWT memberikan rahmat dan keberkahan kepada mereka yang melaksanakan sahur. Selain itu, kita juga dapat memperbanyak istighfar dan doa-doa lain sesuai kebutuhan dan niat kita.
Advertisement
Sahur sebagai Pembeda dengan Puasa Ahli Kitab
Salah satu aspek penting dalam memahami sahur adalah perannya sebagai pembeda antara puasa umat Islam dengan puasa umat beragama lain (Ahli Kitab). Hal ini ditekankan dalam hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:
"فَصْلُ مَا بَيْنَ صِيَامِنَا وَصِيَامِ أَهْلِ الْكِتَابِ أَكْلَةُ السَّحَرِ"
"Faslu maa baina siyaaminaa wa siyaami ahlil kitaabi aklatus sahar."
Artinya: "Pembeda antara puasa kita dengan puasanya ahli kitab adalah makan sahur." (HR. Muslim no. 1096).
1. Keunikan Puasa dalam Islam
Hadits di atas menunjukkan bahwa sahur merupakan ciri khas puasa dalam Islam yang membedakannya dari puasa umat beragama lain. Perbedaan ini tidak hanya terletak pada praktik semata, tetapi juga mencerminkan esensi puasa dalam Islam yang lebih dalam.
Puasa dalam Islam tidak hanya sebatas menahan diri dari makan, minum, dan hawa nafsu, tetapi juga merupakan bentuk ibadah yang komprehensif, mencakup aspek spiritual, fisik, dan sosial. Sahur menjadi bagian penting dalam mewujudkan keseimbangan antara ketiga aspek tersebut.
2. Sahur sebagai Bentuk Kepatuhan pada Sunnah
Melaksanakan sahur merupakan bentuk kepatuhan terhadap sunnah Rasulullah SAW. Dengan melaksanakan sahur, seorang Muslim tidak hanya mendapatkan manfaat fisik dan spiritual, tetapi juga menegaskan identitasnya sebagai pengikut ajaran Nabi Muhammad SAW.
Sebagaimana disebutkan dalam hadits:
"مَنْ أَحْيَا سُنَّتِي فَقَدْ أَحَبَّنِي، وَمَنْ أَحَبَّنِي كَانَ مَعِي فِي الْجَنَّةِ"
"Man ahyaa sunnatii faqad ahabanii, wa man ahabanii kaana ma'ii fil jannah."
Artinya: "Barangsiapa yang menghidupkan sunnahku, maka ia telah mencintaiku, dan barangsiapa yang mencintaiku, maka ia akan bersamaku di surga." (HR. Tirmidzi)
3. Refleksi Kelembutan Ajaran Islam
Keberadaan sahur juga mencerminkan kelembutan ajaran Islam yang memperhatikan kebutuhan fisik umatnya. Islam tidak mengajarkan puasa yang hanya mengandalkan kekuatan spiritual semata dengan mengabaikan kebutuhan fisik. Sahur menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang seimbang, yang memberikan ruang bagi pemenuhan kebutuhan fisik meskipun dalam konteks ibadah puasa.
Allah SWT berfirman:
"يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ"
"Yuriidullaahu bikumul yusra wa laa yuriidu bikumul 'usra."
Artinya: "Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu." (QS. Al-Baqarah: 185)
4. Penegasan Identitas Umat Islam
Sahur sebagai pembeda dengan puasa Ahli Kitab juga menegaskan identitas umat Islam sebagai umat yang memiliki keunikan dalam beribadah. Keunikan ini tidak dimaksudkan untuk menciptakan perpecahan atau permusuhan, tetapi untuk menegaskan bahwa setiap agama memiliki cara-cara tersendiri dalam mendekatkan diri kepada Tuhan.
Rasulullah SAW bersabda:
"لِكُلِّ أُمَّةٍ شِرْعَةٌ وَمِنْهَاجٌ"
"Likulli ummatin syir'atun wa minhaaj."
Artinya: "Bagi setiap umat ada syariat dan jalan yang telah ditetapkan." (Didasarkan pada QS. Al-Maidah: 48)
Adab dan Etika Sahur
Dalam melaksanakan sahur, terdapat beberapa adab dan etika yang dianjurkan untuk diperhatikan agar mendapatkan keberkahan yang maksimal:
1. Niat yang Ikhlas
Sahur sebaiknya dilakukan dengan niat yang ikhlas untuk menjalankan sunnah Rasulullah SAW dan mempersiapkan diri untuk berpuasa. Niat yang ikhlas akan membuat sahur menjadi ibadah yang bernilai di sisi Allah SWT. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
"إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ"
"Innamal a'maalu bin niyyaat."
Artinya: "Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya." (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Memilih Makanan yang Bergizi dan Tahan Lama
Makanan yang dikonsumsi saat sahur sebaiknya bergizi dan memberikan energi yang tahan lama. Rasulullah SAW menganjurkan makanan yang mengandung berkah, seperti kurma dan makanan yang mengenyangkan. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:
"نِعْمَ سَحُورُ الْمُؤْمِنِ التَّمْرُ"
"Ni'ma sahurul mu'mini at-tamr."
Artinya: "Sebaik-baik sahur bagi seorang mukmin adalah kurma." (HR. Abu Dawud)
Kurma mengandung serat, gula alami, dan berbagai nutrisi yang memberikan energi yang tahan lama. Selain kurma, makanan yang mengandung protein, serat, dan karbohidrat kompleks juga dianjurkan karena dicerna secara perlahan oleh tubuh dan memberikan energi yang berkelanjutan.
3. Tidak Berlebihan dalam Makan
Meskipun sahur penting, tidak dianjurkan untuk makan secara berlebihan. Rasulullah SAW mengajarkan prinsip kesederhanaan dalam makan:
"مَا مَلأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ، بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ لُقَيْمَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ، فَإِنْ كَانَ لاَ مَحَالَةَ، فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ، وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ، وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ"
"Maa mala'a aadamiyyun wi'aa'an syarran min batnin, bi hasbibni aadama luqaimaatun yuqimna sulbahu, fa in kaana laa mahaalata, fa tsulutsun li ta'aamihi, wa tsulutsun li syaraabihi, wa tsulutsun li nafasihi."
Artinya: "Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk dari perutnya. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap makanan yang dapat menegakkan tulang punggungnya. Jika harus (lebih dari itu), maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga untuk nafasnya." (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
4. Memperhatikan Kebersihan dan Halal
Islam sangat memperhatikan aspek kebersihan dan kehalalan makanan. Saat sahur, kita dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang halal dan thayyib (baik). Allah SWT berfirman:
"يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا"
"Yaa ayyuhan naasu kuluu mimmaa fil ardhi halaalan thayyiban."
Artinya: "Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi." (QS. Al-Baqarah: 168)
Sahur merupakan amalan sunnah muakkadah yang memiliki makna dan keutamaan yang besar dalam Islam. Memahami arti sahur, hukumnya, waktu yang tepat, dan keutamaannya akan membantu kita menjalankan ibadah puasa dengan lebih khusyuk dan mendapatkan keberkahan yang lebih banyak. Semoga penjelasan di atas dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang sahur.
Advertisement
