Kecewa Tak Terpilih, Caleg Tarik Kembali Bantuan Keramik

Selain bentuk fisik, caleg Dapil V Partai Golkar Kabupaten Gunung Kidul ini juga mengaku, memberikan bantuan hiburan wayang kulit.

oleh Rochmanuddin diperbarui 29 Apr 2014, 09:48 WIB
Diterbitkan 29 Apr 2014, 09:48 WIB
(FOTO) Atribut Kampanye Rusak Pemandangan Ibu Kota
Jejeran spanduk yang memasang foto para caleg juga menghiasi tembok di sekitar kawasan Pejaten, Jakarta Selatan, Kamis (13/3) (Liputan6.com/Andrian M Tunay)

Liputan6.com, Gunung Kidul - Berbagai cara dilakukan agar caleg terpilih sebagai wakil rakyat. Tak sedikit pula kocek yang harus dirogoh dari kantongnya. Akibatnya, tak sedikit dari caleg gagal mengalami stres. Atau bahkan menarik kembali bantuan atau uang yang diberikan kepada calon konstituennya.

Seperti dialami caleg Dapil V Partai Golongan Karya Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Margiyo. Ia menarik kembali semua bantuan yang diberikan kepada masyarakat selama kampanye Pemilu 2014.

"Ini sebagai pembelajaran politik kepada masyarakat. Seharusnya, masyarakat konsisten dalam mendukung calon anggota legislatif," kata Margiyo di Gunung Kidul, Selasa (29/4/2014).

Margiyo mengatakan, pada masa kampanye Pileg lalu masyarakat datang ke rumahnya meminta bantuan material, hingga dibuatkan bangunan dusun. Mereka berjanji akan memilih dirinya saat pencoblosan.

Dukungan mereka, lanjut Margiyo, dituangkan dalam surat perjanjian, apabila perolehan suara di masing-masing dusun tidak mencapai 60% pemilih, maka bantuan tersebut harus dikembalikan.

"Ini bukan politik uang. Bantuan ini kesepakatan. Selama ini saya jarang meminta untuk didukung, tetapi sebagian besar masyarakat yang diwakili Dukuh dan perangkatnya datang ke rumah meminta dibantu pembangunan," ungkapnya.

Margiyo menjelaskan, bantuan tersebut tersebar di Padukuhan Karanggunung, Krambilsawit, Saptosari belum lama ini. Sebelum pencoblosan, dirinya tak berniat memberi keramik kepada warga sebagai timbal balik suara.

"Namun setelah rekapitulasi, ternyata perolehan suara tidak sesuai. Saya langsung meminta agar keramik dikembalikan," kata dia. Keramik dengan total 600 meter persegi yang belum sempat dipasang itu, ditarik dan disimpan di rumahnya.

Selain itu, sambung Margiyo, ada Kepala Dukuh yang meminta dibantu membangun sebuah balai. Dia pun menyanggupinya, namun perolehan suara tidak maksimal. Dirinya pun meminta kembali kursi untuk balai padukuhan.

"Membangun balai padukuhan saya menghabiskan dana Rp 8 juta dan mereka hanya mampu mengembalikan Rp 6 juta. Ya tidak apa-apa," kata dia.

Bantuan Hiburan Wayang

Selain bentuk fisik, Margiyo mengaku, juga memberikan bantuan hiburan wayang kulit. "Saya sudah habis Rp 13 juta untuk membantu masyarakat mengadakan wayang kulit, tapi hanya memperoleh 56 suara," katanya.

Margiyo mengakui, selama kampanye ini dirinya menghabiskan dana kampanye Rp 270 juta. Sementara dana kampanye yang kembali hanya Rp 30 juta.

Mantan Politisi Partai Peduli Rakyat Nasional (PPRN) ini mengaku memilih tidak melakukan politik uang. Karena ingin melihat komitmen rakyat dalam mendukung dirinya sebagai wakil rakyat.

"Sebenarnya, sebelum pencoblosan saya mendapat telepon dari warga untuk meminta uang sebesar Rp 50 ribuan. Tetapi saya memilih untuk tidak melakukannya," tukas Margiyo. (Ant/Raden Trimutia Hatta)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya