Liputan6.com, Amman - Yordania melarang seluruh aktivitas Ikhwanul Muslimin dan menyatakan penyebaran ideologinya sebagai tindakan ilegal.
Mereka menutup kantor dan menyita aset-asetnya pada Rabu (23/4/2025), setelah sejumlah anggota kelompok tersebut terbukti terlibat dalam rencana sabotase. Demikian disampaikan Menteri Dalam Negeri Yordania Mazin Al-Farrayeh.
Baca Juga
Belum ada tanggapan langsung dari gerakan, yang telah beroperasi secara legal di Yordania selama beberapa dekade dan memiliki dukungan akar rumput yang luas di pusat-pusat kota besar serta puluhan kantor di seluruh negeri.
Advertisement
Pada 15 April, Yordania mengumumkan telah menangkap 16 anggota Ikhwanul Muslimin, dengan tuduhan bahwa mereka dilatih dan dibiayai di Lebanon serta merencanakan serangan menggunakan rudal dan drone terhadap target-target di Yordania.
Yordania juga menyebutkan bahwa upaya penggagalan plot pada 2024 lalu terkait dengan sel Ikhwanul Muslimin di Yordania.
Fraya menyatakan semua aktivitas kelompok akan dilarang dan siapa pun yang menyebarkan ideologinya akan ditindak sesuai hukum.
"Larangan ini mencakup pelarangan penerbitan segala materi kelompok tersebut, serta penutupan dan penyitaan seluruh kantor dan propertinya," tambahnya seperti dikutip dari Al-Arabiya.
Bantahan Ikhwanul Muslimin
Ikhwanul Muslimin, salah satu gerakan Islam tertua dan paling berpengaruh di dunia Arab, membantah keterkaitan dengan rencana yang dituduhkan tersebut. Namun, mereka mengakui bahwa beberapa anggotanya mungkin terlibat secara individu dalam penyelundupan senjata untuk warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki Israel.
Para penentang Ikhwanul Muslimin—yang dilarang di sebagian besar negara Arab—menyebutnya sebagai kelompok teroris berbahaya yang harus diberantas. Gerakan ini sendiri menyatakan telah secara terbuka meninggalkan kekerasan sejak puluhan tahun lalu dan kini memperjuangkan visi Islam melalui cara-cara damai.
Sayap politik Ikhwanul Muslimin di Yordania, Front Aksi Islam, menjadi kelompok politik terbesar di parlemen setelah pemilihan September lalu, meskipun mayoritas kursi tetap dipegang oleh pendukung pemerintah.
Fraya mengungkapkan bahwa sejumlah anggota Ikhwanul Muslimin telah merencanakan serangan terhadap target keamanan dan lokasi-lokasi sensitif di kerajaan, dengan tujuan menggoyang stabilitas negara, meski tidak merinci target-target tersebut.
Sementara itu, pasukan keamanan minggu lalu menyatakan bahwa mereka telah menemukan fasilitas produksi rudal bersamaan dengan lokasi pembuatan drone, di mana rudal-rudal jarak pendek sedang dikembangkan—dengan setidaknya satu rudal yang sudah siap diluncurkan.
Advertisement
