Liputan6.com, Jakarta Bisa menjalankan bulan Ramadan dan merayakan Hari Raya Idulfitri dengan damai di Indonesia merupakan hal yang sangat disyukuri. Sangat berbeda suasananya dengan Timur Tengah dan Afrika.
"Alhamdullilah Idul Fitri berlangsung dalam suasana kondusif. Ada persaudaraan antara sesama anak bangsa yang kuat dan mantap. Ini berbeda dengan kenyataan lain yang memprihatinkan, seperti sebagian saudara kita, kaum muslimin dan muslimat di Timur Tengah dan Afrika yang terkena perang saudara," ujar khatib salat Id Imam Malik Madany di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (17/7/2015).
Malik mengatakan kepada para jemaah yang juga dihadiri Wapres Jusuf Kalla bersama sejumlah menteri Kabinet Kerja dan pejabat, umat muslim harus merajut jalinan persaudaraan. Harus dijunjung tinggi untuk menciptakan negara yang kuat.
Menurut Malik, jika negara dapat mengolah keberagaman suku, ras dan agama di Indonesia, serta menghidupkan nilai toleransi antarwarga, maka ancaman negara Bhinneka Tunggal Ika terpecah-belah tidak akan terjadi.
"Dengan ‎toleransi, maka tidak ada celah untuk radikalisme mengusik bangsa ini. Perbedaan antaragama wajib disikapi dengan proporsional. Contoh perbedaan paham di aliran umat Islam, tidak boleh disikapi gegabah, melainkan disikapi prinsip relativisme internal yang diajarkan. Hubungan antarsesama warga bangsa harus dikelola dengan baik melalui teladan oleh founding father," ucap Malik.
Malik mengutip istilah dalam Alquran yaitu ukhuwah yang dalam bahasa Indonesia berarti persaudaraan. Ukhuwah memiliki 3 macam, yaitu Islamiyah, Wathaniyah, dan Basyariyah. Pertama adalah Ukhuwah Islamiyah, yaitu membahas perlunya jalinan persaudaraan antarsesama umat muslim.
Ukhuwah Wathaniyah, papar Malik, menekankan rasa persaudaraan yang juga penting terjalin meski ada perbedaan keyakinan, budaya, serta bangsa.
"Ketiga, Ukhuwah Basyariyah. Apakah persaudaraan dibangun dengan cara-cara tidak sejalan dengan nilai-nilai ajaran Islam? Mencelakai orang dan teror? Dalam artian ini Ukhuwah Basyariyah mengajarkan rukun ajaran Islam semangat kerja sama dan tolong-menolong, tanpa membeda-bedakan agama, suku dan bangsa," terang Malik. (Aud/Sss)
Khatib Istiqlal: Tidak Ada Celah bagi Radikalisme Usik Bangsa Ini
"Perbedaan antaragama wajib disikapi dengan proporsional. Contoh perbedaan paham di aliran umat Islam, tidak boleh disikapi gegabah."
Diperbarui 17 Jul 2015, 09:35 WIBDiterbitkan 17 Jul 2015, 09:35 WIB
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
Produksi Liputan6.com
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
VIDEO: Bubuk Petasan Meledak, 4 Remaja di Blitar Terluka
Potret Titi Radjo Padmaja yang Super Elegan Kenakan Batik dengan Berbagai Model, Bergaya Kasual dan Modern
Hari Kedua Lebaran 2025, Pantai Ancol Taman Impian Dikunjungi 55 Ribu Orang
Penyebab Kepala Sering Pusing, Berikut Gejala, Diagnosis, dan Penanganannya
Maling di India Ini Pura-pura BAB Setiap Mau Ditangkap Polisi Usai Mencuri
Apa Penyebab Diare? Pahami Faktor Pemicu dan Cara Mengatasinya
Apa Penyebab Hipertensi? Pahami Faktor Risiko dan Cara Mencegahnya
VIDEO: Berdesakan Hadiri "Open House" Lebaran Gubernur Jatim, Warga Lansia Pingsan
Penyebab Flu, Memahami Faktor Risiko dan Cara Pencegahannya
Apa Penyebab Kelangkaan Sumber Daya Alam? Berikut Faktor dan Dampaknya
Polda Metro Jaya Siapkan Pengamanan Mudik Lokal dan Tempat Wisata Selama Lebaran
Penyebab Terjadinya Banjir, Faktor Alam dan Manusia yang Perlu Diwaspadai