Adab Memuji Orang Lain Agar Tak Goyah Iman

Jangan sampai pujian kita malah membuat keimanan seseorang menjadi goyah.

diperbarui 23 Jun 2018, 18:00 WIB
Diterbitkan 23 Jun 2018, 18:00 WIB
Senyum
Ilustrasi tersenyum. (via: thehappydept.com)

Jakarta Setiap orang tentu punya kelebihan masing-masing. Tidak jarang, kelebihan itu menimbulkan kekaguman bagi kita.

Tentu, memuji orang karena kelebihannya merupakan perbuatan baik. Meski begitu, sebaiknya pujian tidak dilakukan dengan seenaknya.

Dalam Islam, memuji orang boleh dilakukan namun harus sesuai ketentuan. Bahkan Rasulullah Muhammad SAW berpesan dalam hadis Muslim.

"Jika kalian melihat orang-orang yang suka memuji, maka tumpahkanlah debu ke mukanya."

Para ulama sepakat menjadikan hadis di atas sebagai dasar memuji orang lain. Caranya, pujian disampaikan apabila orang yang dimaksud tidak berada di depan kita.

Dalam kitab Al Adzkar, Imam An Nawawi memberikan beberapa saran jika kita ingin memuji orang lain.

"Adapun memuji orang yang berada di hadapan kita, ada beberapa hadis yang membolehkan dan ada pula hadis yang melarang. Para ulama berkata, cara mengakomodasi beberapa hadis tersebut dalam praktiknya adalah bila orang yang dipuji sempurna keimanannya, keyakinannya bagus, dan pengetahuannya sempurna, sekira-kira tidak ada fitnah dan lalai bila dipuji dan hatinya juga tidak goyah, maka memuji tidak haram dan tidak pula makruh. Kalau dikhawatirkan hal seperti itu akan terjadi, sangat dimakruhkan memujinya."

Imam An Nawawi menyatakan memuji merupakan perbuatan yang tidak dilarang, namun selama tidak mendatangkan madharat. Contohnya, orang yang kita puji tidak berubah menjadi riya ataupun imannya tidak tergoyahkan.

Tetapi apabila yang terjadi sebaliknya, maka kita tidak dianjurkan memuji orang bersangkutan.

Sumber: Dream.co.id

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya