Jemaah Haji Asal Subang dan Makasar Wafat di Makkah

Kedua jenazah jemaah haji yang wafat dimakamkan di Sharayya, Makkah.

oleh Nurmayanti diperbarui 22 Jul 2019, 10:52 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2019, 10:52 WIB
Makam Baqi di Madinah menjadi salah satu lokasi pemakaman jemaah haji di Tanah Suci. Deny/MCH
Makam Baqi di Madinah menjadi salah satu lokasi pemakaman jemaah haji di Tanah Suci. Deny/MCH

Liputan6.com, Jeddah - Jemaah haji Indonesia yang meninggal dunia di Arab Saudi bertambah dua orang, menjadi 11 orang. Keduanya menghembuskan nafas terakhir di Makkah.

Jemaah yang wafat adalah Ahmad Dimyati Ruhbi (JKS 18), usia 56 tahun dan Sapan Tumanga Loga (UPG 4), usia 69 tahun.

Ini mengutip Data Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kementerian Agama (Kemenag), Senin (22/7/2019).

Berdasarkan data, Ahmad Dimyati merupakan warga Desa Sarengseng Gempolsari, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Beliau wafat pada 21 Juli 2019 di RSAS Makkah, pukul 03.00 Waktu Arab Saudi (WAS).  Jenazah dimakamkan di Sharayya, Makkah.

Sementara calon haji Sapan Tumanga Loga merupakan warga Panakukang, Kota Makasar, Sulawesi Selatan. Meninggal pada 21 Juli 2019, di pemondokan Makkah. Beliau juga dimakamkan di Sharayya.

Demikian 11 jemaah sudah meninggal dunia di Arab Saudi. Mereka yang meninggal lebih dulu, antara lain Khairil Abbas Salim (BTH 23), usia 62 tahun, Sumiyatun Sowikromo Sutardjan (SOC 2), usia 57 tahun. 

Kemudian Mudjahid Damanhuri Mangun (SOC 44), usia 74 tahun; Subli bin Muhammad Nasri (BTH 32), usia 61 tahun.

Artapiah Armin Musahab (JKG 86), usia 60 tahun, Soeratno G Mangun Wiyoto (SUB 45), usia 74 tahun dan Ahmad Suparman bin Jubed (53 tahun).

Jemaah Haji Disarankan Umrah dan ke Masjidil Haram pada Waktu Ini

Penerbangan jemaah haji Embarkasi Makasar kloter 19 ke Jeddah sempat mengalami keterlambatan. Dok PPIH
Penerbangan jemaah haji Embarkasi Makasar kloter 19 ke Jeddah sempat mengalami keterlambatan.

Jemaah haji disarankan melaksanakan Umrah dan beribadah di Masjidil Haram pada waktu Dhuha dan setelah Isya. Itu adalah waktu, di mana kondisi di Masjidil Haram maupun bus shalawat pengangkut jemaah sedikit lengang. 

Hal ini disampaikan Kepala Daerah Kerja Makkah Subhan Cholid di Makkah. "Bada isya, sekitar jam 10 malam itu sudah cukup lengang terminalnya. Sehingga jemaah bisa berangkat ke Masjidil Haram dan tidak akan bertubrukan dengan jemaah yang baru selesai salat," ujar Subhan, Sabtu (20/7/2019) malam. 

Dia mengungkapkan, salah satu kiat untuk mengetahui kondisi kepadatan di Masjidil Haram dengan memantau melalui layar televisi. "Di tiap hotel kan ada yang menayangkan siaran langsung Masjidil Haram, nah pantau di sana. Kalau terlihat agak lengang, silakan segera berangkat," jelas dia. 

Sementara, anggota tim Pertolongan Pertama Pada Jemaah Haji (P3JH) dr.Hendro mengungkapkan, setelah sepekan operasional haji di Daerah Kerja Makkah, dirinya kerap mendapati jemaah kelelahan di Masjidil Haram. 

"Biasanya, karena jemaah langsung melaksanakan umrah setibanya di Makkah. Padahal, seringkali jemaah masih dalam kondisi lelah usai menempuh perjalanan dari Madinah," tutur pria yang bertugas di Pos Sektor Khusus Masjidil Haram ini. 

Dia pun menyarankan agar sebelum melaksanakan umrah wajib jemaah dapat mencukupi asupan makanan serta mengistirahatkan tubuhnya.

Apalagi untuk jemaah lansia, idealnya terlebih dulu melakukan relaksasi dan orientasi lingkungan.

"Jangan terburu-buru untuk umrah. Idealnya, jemaah lansia terutama, butuh waktu sekitar tiga sampai empat jam untuk berelaksasi dahulu sebelum dibawa ke Masjidil Haram," jelas Hendro, yang sehari-hari bekerja di RS Haji Jakarta ini. 

Tonton Video Ini:

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya