Liputan6.com, Jakarta Melihat wajah Rasulullah Muhammad SAW kelak di hari kiamat merupakan anugerah yang hanya diperoleh oleh orang-orang pilihan. Mereka adalah orang-orang dari golongan orang beriman.
Namun, tak semua orang beriman bisa melihat wajah Rasulullah SAW. Lantas siapa golongan yang tak beruntung itu?
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Ulasan Habib Jindan bin Novel tentang golongan orang yang tak bisa melihat wajah Rasulullah di hari kiamat menjadi artikel terpopuler di kanal Islami Liputan6.com, Minggu (17/11/2024).
Artikel kedua terpopuler yaitu batas waktu pelaksanaan sholat dhuha agar rezeki lancar dan berkah.
Sementara, artikel ketiga yaitu sholat berjamaah tapi imam bacaannya banyak keliru, apakah boleh memisahkan diri? Penjelasan Buya Yahya.
Selengkapnya, mari simak Top 3 Islami.
Simak Video Pilihan Ini:
1. Inilah Golongan yang Diharamkan Melihat Rasulullah di Hari Kiamat, Siapa Mereka?
Rasulullah SAW merupakan manusia yang sempurna. Ia seorang utusan Allah yang menjadi nabi akhir zaman, tiada nabi setelahnya hingga hari kiamat tiba.
Betapa mulianya Rasulullah SAW dan sempurna wajahnya, sampai-sampai Syekh Imam Al-Bushiri dalam syair Burdah memujinya dengan kalimat-kalimat indah.
فَهُوَ الَّذِيْ تَمَّ مَعْنَاهُ وَصُوْرَتُهُ * ثُمَّ اصْطَفَاهُ حَبِيْباً بَارِئُ النَّسَمِمُنَزَّهٌ عَنْ شَرِيْكٍ فِيْ مَحَاسِنِهِ * فَجَوْهَرُ الْحُسْنِ فِيْهِ غَيْرُ مُنْقَسِمِ
Artinya: “Ia (Nabi Muhammad SAW) sempurna perangai dan rupanya. Allah sang Maha Pencipta memilihnya sebagai kekasih. Keindahannya tiada yang dapat menandingi. Keindahan dalam sosoknya tidaklah terbagi dengan yang lain.”
Melihat wajah Rasulullah SAW di hari kiamat kelak merupakan anugerah yang hanya diperoleh oleh manusia pilihan. Terlebih, Rasulullah SAW akan menjadi pemimpin umat manusia dari zaman Nabi Adam hingga yang terakhir.
"Rasulullah bilang, ana sayyidu waladi Adam wala fakhr. Aku adalah pemimpin dari segenap anak cucu Adam, nggak ada kebanggaan yang lebih membanggakan, yang lebih mulia daripada ini. Adam dan nabi-nabi keturunannya, anak cucunya, besok hari kiamat bernaung di bawah benderaku, di bawah panjiku," ucap pendakwah Habib Jindan bin Novel dikutip dari YouTube Al Fachriyah, Sabtu (16/11/2024).
Advertisement
2. Batas Waktu Pelaksanaan Sholat Dhuha agar Rezeki Lancar dan Berkah
Memulai aktivitas dengan sesuatu yang baik, seperti menunaikan sholat Dhuha di pagi hari tentunya dapat menambah keberkahan. Tidak harus lama, hanya perlu menyisihkan beberapa menit sebelum memulai pekerjaan.
Sholat Dhuha merupakan salah satu amalan pembuka pintu rezeki. Sholat sunnah ini dapat dilaksanakan di pagi hari.
يا ابنَ آدمَ اركعْ لي من أولِ النهارِ أربعَ ركَعاتٍ أكْفِكَ آخِرَه
Artinya: "Wahai anak Adam, rukuklah (sholatlah) karena Aku pada awal siang (sholat dhuha) empat rakaat, maka Aku akan mencukupi (kebutuhan)mu sampai sore hari." (HR. Tirmidzi)
Sholat Dhuha diibaratkan sebagai sumber energi yang mendorong kita untuk meraih rezeki yang berkah dari Allah SWT. Akan semakin baik jika setelah sholat dilanjutkan dengan berdoa sebagai penyempurna ibadah.
Seperti ibadah pada umumnya, sholat Dhuha juga memiliki batas waktu mulai dan akhir yang telah ditentukan, agar tidak berdekatan dengan waktu sholat wajib. Berikut penjelasannya mengutip dari laman zakat.or.id.
3. Sholat Berjamaah tapi Tajwid Imam Banyak Keliru, Bolehkah Makmum Memisahkan Diri? Buya Yahya Menjawab
Sholat fardhu utamanya dilaksanakan secara berjamaah. Sholat berjamaah lebih baik daripada secara munfarid termaktub dalam hadis yang diriwayatkan dari Abdullah bin Umar.
"Sholat jamaah lebih baik daripada sholat sendirian dengan pahala 27 derajat." [H.R. Al-Bukhari]
Sholat berjamaah dapat dilakukan minimal dua orang, satu bertindak sebagai imam dan satu lagi menjadi makmum. Adapun yang menjadi imam sejatinya tidaklah mudah, ia punya tanggung jawab besar dan dapat memengaruhi keabsahan sholat.
Sebagai makmum yang paham tentang ketentuan membaca Al-Qur'an, tentunya akan ragu jika sholat berjamaah dengan imam yang keliru dalam bacaannya atau dengan kata lagi tajwidnya tidak diperhatikan.
Lantas, bagaimana seharusnya sikap makmum jika mendapati imam yang keliru bacaannya? Bolehkah seorang makmum mufaraqah atau berpisah dari imamnya? Simak berikut penjelasan Pengasuh LPD Al Bahjah KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya.
Advertisement