5 Fakta Ibnu Sina, Ilmuwan Muslim yang Berpengaruh di Dunia

Sangat beragam fakta Ibnu Sina yang bisa kita jadikan tambahan wawasan seperti yang ada di artikel berikut ini.

oleh Fakhriyan Ardyanto diperbarui 30 Apr 2020, 11:30 WIB
Diterbitkan 30 Apr 2020, 11:30 WIB
20150711-Karamah Ibnu Sina-Jakarta
(Liputan 6 TV)

Liputan6.com, Jakarta Fakta Ibnu Sina atau yang juga dikenal dengan Avicenna, mungkin tidak banyak yang mengetahui bahwa Ibnu Sina merupakan salah satu tokoh muslim yang memiliki julukan Bapak Kedokteran Dunia dan Bapak Kedokteran Modern. Salah satu fakta Ibnu Sina yang lainnya adalah Ibnu Sina juga merupakan penulis yang sangat produktif.

Sebelum membahas lebih dalam tentang fakta Ibnu Sina, kita akan membahas sedikit mengenai latar belakangnya. Ibnu Sina lahir di Afshona, yaitu salah satu daerah di Uzbekistan. Ibnu Sina lahir pada tahun 370 Hijriah atau bertepatan dengan tahun 980 Masehi. Salah satu fakta Ibnu Sina, memiliki nama lengkap Abu Ali al-Huseyn bin Abdullah bin Hassan Ali bin Sina. Ibnu Sina wafat pada tahun 428 Hijriah atau 1037 tahun Masehi. Ibnu Sina wafat di Hamedan yang merupakan kota di barat laut Iran.

Fakta Ibnu Sina yang akan kita bahas di bawah ini, sedikit banyak dapat menambah wawasan kita, terutama menyadarkan kita bahwa sangat banyak tokoh-tokoh muslim yang sangat di perhitungkan pada berbagai bidang keilmuan, bahkan tidak sedikit pemikiran-pemikiran tokoh muslim tersebut memberi sumbangsih terhadap perkembangan pengetahuan modern yang ada saat ini.

Jadi, apa sajakah fakta Ibnu Sina tersebut? Di bawah ini Liputan6.com telah merangkum beberapa fakta Ibnu Sina yang baik untuk dijadikan bahan pengetahuan baru tentang salah satu tokoh muslim yang sangat berpengaruh di dunia, Kamis (30/4/2020).

1. Memiliki minat belajar tinggi sejak masih kecil

Membaca Buku
Ilustrasi belajar

Keluarga besar dari Ibnu Sina umumnya bekerja pada pemerintahan di masa itu, termasuk ayah dari Ibnu Sina. Namun, ayah dari Ibnu Sina juga merupakan seorang pendidik diluar pekerjaan utamanya sebagai pegawai pemerintahan. Pada masa itu tidak banyak orang yang mengenyam pendidikan yang cukup tinggi, dan biasnya orang dengan tingkat pendidikan tinggi lebih banyak dari orang-orang di lingkup pemerintahan.

Hal tersebut cukup menjadi keuntungan dari Ibnu Sina kecil, karena lingkungan keluarganya memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi. Ibnu Sina belajar Al-Quran dan sastra dari ayahnya. Ayah dari Ibnu Sina bahkan juga mendatangkan guru Al-Quran, tujuannya agar Ibnu Sina belajar lebih dalam mengenai Al-Quran dan membantu Ibnu Sina dalam menghafal Al-Quran. Itulah mengapa pada saat Ibnu Sina berusia 10 tahun, dirinya sudah mampu menghafal Al-Quran.

Ibnu Sina, selain mempelajarai sastra dan Al-Quran, dirinya juga mempelajari bidang keilmuan lainnya, seperti matematika, geometri, fikih, sains, dan kedokteran. Saat anak-anak, bahkan dirinya telah belajar ilmu tafsir, ushuluddin, dan tasawuf. Itulah mengapa, tidak heran jika Ibnu Sina saat masih belia, dia sudah lebih cerdas dibandingkan anak-anak seusianya.

2. Memberi sumbangsih tidak hanya pada ilmu kedokteran

Tips Menata Buku di Rumah
Tips Menata Buku di Rumah (Sumber: Pixabay)

Memang, selama ini Ibnu Sina dikenal sebagai salah satu tokoh muslim yang memberi banyak sumbangsih terhadap dunia kedokteran. Namun, selain pada dunia kedokteran, Ibnu Sina juga menciptakan banyak karya yang menjadi sebuah sumbangsih bagi banyak ilmu lainnya. Beberapa karya Ibnu Sina tersebut diantaranya pada ilmu filsafat, alkimia, geologi, teologi Islam, astronomi, psikologi, matematika, logika, fisika, hingga karya-karya dibidang sastra, seperti karya puisi.

Tetapi, Ibnu Sina sebenarnya lebih banyak menelurkan karya pada bidang ilmu filsafat jika dibandingkan dengan ilmu kedokteran. Hal ini terlihat dari karya yang telah dia buat. Pada bidang kedokteran, yang dia buat sebanyak 40 karya, sedangkan pada bidang filsafat, Ibnu Sina mengeluarkan sekitar 150 karya. Dan karya filsafat yang dibuat oleh Ibnu Sina memang merupakan buah dari pemikiran dan kecerdasan selama hidupnya.

3. Menyembuhkan penyakit Raja Bukhara saat usia 18 tahun

[Fimela] Bukhara, Uzbekistan
Bukhara, Uzbekistan | unsplash.com

Pada saat Ibnu Sina berusia 18 tahun, dirinya mampu menyembuhkan penyakit yang diderita oleh Raja Bukhara yang bernama Nuh bin Mansur. Pada waktu itu, penyakit dari Nuh bin Mansur sedang dalam keadaan yang sangat parah, dan bahkan tidak ada satupun dokter yang mampu menyembuhkannya. Dan saat itu, disaat kemampuan Ibnu Sina dalam mengobati penyakit sudah mulai terkenal ke seantero negeri, maka dirinya diundang ke istana Nuh bin Mansur, dan sang raja akhirnya sembuh dengan perawatan dari Ibnu Sina.

Setelah Ibnu Sina berhasil menyembuhkan sang raja, hubungan keduanya menjadia semakin dekat. Sang raja yang memiliki koleksi buku yang sangat lengkap di perpustakaannya, memberikan akses bagi Ibnu Sina agar dapat mengunjungi perpustakaan tersebut dengan mudah. Dengan kemudahan tersebut, Ibnu Sina meandapatkan ilmu baru dan semakin memperluas wawasan terhadap bidang keilmuan lainnya.

4. Mendapat gelar pada bidang filsafat

Karamah: Inilah Para Tokoh Kedokteran Muslim di Abad Pertengahan
Ibnu Sina, ilmuan muslim terkemuka di sekitar tahun 1000 Masehi yang banyak berkontribusi di bidang kedokteran.

Pengakuan terhadap Ibnu Sina dapat dilihat dari beberapa gelar yang diberikan oleh orang-orang kepada dirinya, salah satunya di bidang filsafat. Pada bidang filsafat, Ibnu Sina mendapat gelar asy-Syaikh ar-Rais atau yang memilki arti Guru Para Raja. Karena di bidang filsafat, Ibnu Sina memiliki cara pikir mengenai keagamaan yang sangat mendalam. Pemahaman Ibnu Sina terhadap keagamaan tersebut, sangat berpengaruh terhadap cara pandang filsafatnya.

Salah satu pemikiran dari Ibnu Sina yaitu meyakini bahwa alam diciptakan secara emanasi atau maksudnya adalah memancar dari Tuhan. Ibnu Sina juga mengemukakan pemikiran filsafat tentang jiwa (an-nafs), serta tentang kenabian. Ibnu Sina memiliki pendapat bahwa nabi merupakan manusia terunggul dan nabi merupakan pilihan Tuhan. Seorang filsuf hanya dapat menerima ilham, namun nabi dapat menerima wahyu. Itulah mengapa, ajaran yang dibawa oleh nabi haruslah menjadi pedoman bagi kehidupan manusia.

5. Menciptakan karya yang berkontribusi besar di bidang kedokteran

Stetoskop
Photo Unsplash

Salah satu alasan mengapa Ibnu Sina dijuluki sebagai Bapak Kedokteran, karena dirinya membuat sebuah karya yang dijuluki karya agung dengan judul Al-Qanun fi at-Tibb. Buku ini memiliki beberapa isi pokok bahasan. Yang pertama memiliki isi mengenai definisi ilmu kedokteran yang disertai dengan penjelasan detail mengenai organ dari tubuh manusia. Selanjutnya pada pokok bahasan kedua, menjelaskan tentang jenis-jenis obat dan berbagai hal yang yang berkaitan dengan obat-obatan. Dan pada pokok bahasan yang ketiga, membahas mengenai penyakit yang diderita oleh penduduk Khwarezmia, yang di dalamnya dijelaskan pula sebab, gejala, dan cara mengobati penyakit tersebut.

Pada pokok bahasan yang keempat, menjelaskan tentang beberapa jenis penyakit yang masih ada hingga saat ini. Dan pada pokok bahasan kelima dibahas beberapa hal yang menjelaskan mengenai obat-obatan dan cara meraciknya.

Sangat banyak hal yang bisa dibahas mengenai fakta Ibnu Sina. Namun, beberapa hal diatas merupakan alasan utama, mengapa nama besar Ibnu Sina masih abadi di berbagai bidang ilmu pengetahuan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya