CEO Sinergi Foundation Asep Irawan Berbagi Tips Mengelola Wakaf Produktif

Saat ini Sinergi Foundation memiliki kerja sama wakaf produktif berupa rumah makan Ampera di Bandung dan Bakso Cuakie dan Batagor Serayu.

oleh Muhammad Ali diperbarui 13 Apr 2022, 01:20 WIB
Diterbitkan 13 Apr 2022, 01:20 WIB
Asep Irawan
CEO Sinergi Foundation Asep Irawan. (Liputan6.com/Muhamad Ali)

Liputan6.com, Jakarta CEO Sinergi Foundation Asep Irawan menilai Ramadhan 2022 menjadi momentum untuk mengedukasi dan meningkatkan literasi masyarakat tentang wakaf. Lembaganya bahkan menggelar pesantren secara virtual satu bulan penuh selama puasa.

"Kita mengundang beberapa tokoh, ustaz nasional. Tujuannya itu tadi, meningkatkan edukasi dan literasi masyarakat," kata Asep Irawan di Bogor, Sabtu 9 April 2022 lalu.

Dia mengungkapkan perlu perjuangan ekstra untuk mengenalkan wakaf kepada masyarakat. Berbeda dengan zakat, yang gaungnya sudah lama terdengar di Indonesia.

"Bicara wakaf itu sifatnya enggak momentum ramadhan saja, dia sifatnya flat, antara ramadhan dan bulan biasa sama saja, tergantung program yang digagas oleh si nazir. Beda dengan zis. Lembaga-lembaga itu jadi 'panen' bisa meningkat ribuan persen, karena masyarakat merasa kewajiban bayar zakat hanya di bulan ramadhan atau nisab dan haulnya ada di Ramadhan," terang dia.

Asep mengungkapkan, dari beberapa literasi yang didapat dari kementerian Pariwisata, hal yang akan berkembang pada produk halal. Seperti kosmetik yang halal, tourism halal dan hotel halal. Karena mmang saat ini kesadaran masyarakat tentang produk halal sudah bertambah.

"Insya Allah dalam 2-3 tahun ke depan di kawasan wakaf terpadu, (dibangun) halal tourism berbasis wakaf produktif. Itu kita akan fokus selesaikan itu," ujar dia.

Asep mengungkapkan bahwa tidak mudah bagi Sinergi Foundation untuk menggaet pengusaha yang ingin berwakaf. Ada kriteria khusus yang harus dipenuhi pengusaha dalam mengelola wakaf produktif ini.

"Tidak tidak semata-mata hanya menjadi pengusaha, tidak seperti itu. (tapi) pengusaha yang maqomnya beda, pengusaha muslim yang memiliki mindset Nazir, pengusaha muslim yang punya berwawasan Nazir, yaitu dia mau menyedekahkann keahliannya, ilmunya, kemampuan dalam mengelola bisnisnya untuk mengembangkan dana umat itu," terang dia.

"Jadi kita menyadari betul bahwa insan Nazir awalnya basic-nya orang sosial, bukan pengusaha, bukan pebisnis. Sedangkan dalam mengelola aset umat berbasis wakaf produktif ini, harus dikelola orang yang punya kapasitas, kapabilitas, kemampuan punya keahlian tanggung jawab amanah," jelas dia.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Aset Wakaf Dikelola Profesional

Aset wakaf itu tetap dikelola secara profesional. Pengusaha tersebut tetap mendapatkan keuntungan dengan sistem bagi hasil. Dengan begitu, dia akan merasa senang karena dihargai dengan kerja sama yang saling ridho.

"Kami nggak pernah intervensi terhadap manajemen operasionalnya. Kami hanya evaluasi monitoring, ngobrol santai bagaimana tentang usaha yang dijalankan. Yang paling menarik pengusaha muslim ini punya mindset berwawasan Nazir dia bertanggung jawab dana keumatan," ujar dia.

Saat ini, Sinergi Foundation menyasar wakaf produktifnya di wilayah Jawa Barat. Ke depan, Asep mengimbuhkan, akan melakukan ekspansi ke daerah lain.

"Insya Allah, sudah banyak permintaan. Karena kami sedang penguatan pondasi. Kalau bicara ingin mengembangkan semuanya, gampang dan mudah. Tapi yang paling penting itu bagaimana kita membangun lembaga itu," ujar dia.

"Guru saya, Erie Sudewo (salah satu Pendiri Dompet Dhuafa Republika) bilang, 'Sep kalau membuat lembaga itu gampang, tapi kalo membangun kelembagaan itu, butuh waktu kesabaran'. Sekali lagi ini tidak mudah," Asep mengimbuhkan.

 

Omzet Pengelolaan Aset

Maka itu, sinergi foundation melakukan tranformasi, value dan lain lain yang cukup signifikan. Nilai-nilai spritual itu ditanamkan kepada anggotanya dalam bekerja.

"Sekarang di Sinergi Foundation, Amil Nazir melakukan aktivitas setiap dua jam mengaji 10 menit. Lalu jam 11.30, dia tidur siang, qaululah. Lalu qiyamul lail, dhuhanya dan lain lain. Sehingga akan terbangun spiritual yang bagus lalu kita juga dorong agar menjadi Amil Nazir yang profesional," ucap dia.

Asep lantas membuka omzet yang didapat dari pengelolaan wakaf produktif secara profesional. Saat ini, ada sejumlah tempat usaha yang dikelola, di antaranya Rumah Makan Ampera di Bandung dan Bakso Cuakie dan Batagor Serayu, Bandung.

Dia mengungkapkan RM Ampera berdiri sejak Maret 2016. Sedangkan Bakso Cuakie dan Batagor Serayu dirintis sejak 2019.

"Kami bukan pengusaha, bukan pebisnis, maka yang mengelola itu orang yang ahli. Yang mengelola Ampera pemilik Ampera, yang pegang Bakso Serayu pengelolanya. Tapi mereka komitmen pengelolaan itu dia berkontribusi memberikan keuntungannya," ujar dia.

"Kalau Cuakie Serayu, 15 persen dari omzet. Kalo Ampera tiga pihak. Dulu awal kita dapat 40 persen, pemilik lahan dan bangun 40 persen, penglola 20 persen. Itu tahun pertama sampai kelima. Tahun keenam sampai 10, kami 25 persen pengelola 25 pemilik lahan dan bangun 50 persen. Tapi masalah pokok wakaf itu kan sudah kembali untuk di 30 bulan pertama," terangnya lagi.

 

Jadi Penyelenggara Pelatihan Nazhir

Mitra Penyelenggara Pelatihan Nazhir Wakaf LSP BWI Sinergi Foundation menginisiasi Wakafa (Wakafpreneur Academy), lembaga edukasi wakaf (plus entrepreneurship), guna mengakselerasi penguatan karakter dan peningkatan kapasitas nazhir (pengelola wakaf), serta mendorong spirit wirausaha muslim untuk aktif berkontribusi optimalkan kebermanfaatan wakaf.

"Potensi wakaf yang demikian besar di negeri ini belum diimbangi kapasitas pengelolaan harta benda wakaf yang memadai. Ini yang menginspirasi kami untuk menggagas Wakafa (Wakafpreneur Academy)," kata CEO Sinergi Foundation, Asep Irawan.

Hadir juga dalam kesempatan tersebut Ketua LSP BWI, Prof Nurul Huda serta Managing Director Wakafa, HB Sungkaryo. Ihwal masih rendahnya kapasitas Nazhir, Prof. Nurul Huda mengamini pandangan CEO Sinergi Foundation, Asep Irawan.

Dalam risetnya tahun 2017, Komisioner Badan Wakaf Indonesia (BWI) ini memetakan tantangan/ persoalan utama Nazhir (pengelola wakaf), antara lain: rendahnya kompetensi dalam pengelolaan harta benda wakaf,

Nazhir bukan sebagai profesi utama, melainkan aktivitas sambilan alias paruh waktu. Hal ini tentu berdampak pada pengelolaan harta benda wakaf yang belum optimal. Padahal, kata Ketua LSP BWI ini, jika dikaitkan dengan karakteristik profesi, maka Nazhir bisa dikatakan profesi atau bidang pekerjaan yang butuh kompetensi tertentu.

Terlebih, ia menambahkan, Undang-Undang (UU) No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf mengamanahkan tugas dan hak pengelolaan wakaf adalah di tangan Nazhir sebagai pihak yang menerima harta benda wakaf dari muwakif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya.

"Maka kerjasama antara LSP BWI dengan Wakafa (WakafpreneurAcademy) Sinergi Foundation ini sangatlah strategis bagi pengembangan wakaf ke depan. Saya sangat mendukung dan mengapresiasi langkah ini," ungkap Nurul Huda.

Sementara itu, HB Sungkaryo Managing Director Wakafa Sinergi Foundation mengapresiasi respon LSP BWI, yang membuka ruang kolaborasi yang lebar, sebagai ikhtiar meningkatkan kapasitas Nazhir wakaf.

"Saya sangat mengapresiasi respon cepat LSP BWI yang membuka ruang kolaborasi. Semoga upaya meningkatkan optimaliasi pengelolaan wakaf melalui sebentuk ikhtiar membangun kualitas manusianya (nazhir) ini dapat berjalan sesuai harapan," katanya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya