Hukum Sholat 'Rebo Wekasan' Tolak Bala di Bulan Safar, Apakah Ada Tuntunan Rasulullah?

Rebo wekasan merupakan Rabu terakhir di bulan Safar. Sudah menjadi semacam tradisi sebagian masyarakat nusantara, khususnya di Jawa melaksanakan ritual sholat rebo wekasan agar terhindar dari segala macam bala atau malapetaka.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Sep 2022, 09:30 WIB
Diterbitkan 08 Sep 2022, 09:30 WIB
Ilustrasi salat
Ilustrasi salat (sumber: freepik)

Liputan6.com, Cilacap - Rebo wekasan merupakan Rabu terakhir di bulan Safar atau Shafar. Oleh sebab itu istilah ‘Rebo Wekasan' ini juga disebut dengan ‘Rebo Pungkasan’.

Pada tahun 2022 M atau 1444 M ini, Rabu wekasan jatuh pada tanggal 21 September 2022 atau 24 Safar 1444 H.

Rebo Wekasan oleh sebagian kalangan dianggap sebagai hari keramat dan menakutkan. Sebab mereka meyakini bahwa pada hari itu Allah SWT akan menurunkan banyak bencana.

Ternyata informasi perihal Rebo wekasan yang identik dengan bala salah satunya berdasarkan keterangan kitab Mujarrabat al-Dairabi al-Kubra karya Al-Dayrabi.

Dalam kitab ini disebutkan setiap tahunnya Allah menurunkan 320 ribu bala atau malapetaka dan semuanya terjadi pada Rabu terakhir bulan Shafar.

Selanjutnya kitab tersebut menganjurkan bahwa pada hari itu agar melaksanakan sholat 4 rakaat. setiap rakaat membaca al-Fatihah 1 kali, Surat al-Kautsar 17 kali, surat al-Ikhlash 15 kali dan mu’awwidzatain 1 kali, lalu berdoa agar terhindar dari malapetaka.

Atas dasar keterangan kitab tersebut, sudah menjadi semacam tradisi sebagian masyarakat nusantara, khususnya di Jawa melaksanakan ritual sholat Rebo Wekasan agar terhindar dari segala macam bala atau malapetaka.

Perihal tradisi melaksanakan ritual salat Rebo Wekasan ini, maka pertanyaannya adalah bagaimana hukum salat Rebo Wekasan dan apakah ada tuntunan dari Rasulullah SAW?

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Hukum Sholat Rebo Wekasan

Mengutip NU Online, pada dasarnya, tidak ada nash shahih yang menjelaskan anjuran salat Rebo wekasan. Oleh karenanya, bila salat Rebo wekasan diniati secara khusus, misalkan “aku niat salat Shafar”, “aku niat salat Rebo wekasan”, maka tidak sah dan haram. Hal ini sesuai dengan prinsip kaidah fiqih:

والأصل في العبادة أنها إذا لم تطلب لم تصح

“Hukum asal dalam ibadah apabila tidak dianjurkan, maka tidak sah.” (Syekh Sulaiman al-Bujairimi, Tuhfah al-Habib Hasyiyah ‘ala al-Iqna’, juz 2, hal. 60).

Atas pertimbangan tersebut, ulama mengharamkan sholat Raghaib di awal Jumat bulan Rajab, shalat nishfu Sya’ban, shalat Asyura’ dan shalat kafarat di akhir bulan Ramadhan, sebab shalat-shalat tersebut tidak memiliki dasar hadits yang kuat.

Ditegaskan dalam kitab I’anah al-Thalibin:

قال المؤلف في إرشاد العباد ومن البدع المذمومة التي يأثم فاعلها ويجب على ولاة الأمر منع فاعلها صلاة الرغائب اثنتا عشرة ركعة بين العشاءين ليلة أول جمعة من رجب وصلاة ليلة نصف شعبان مائة ركعة وصلاة آخر جمعة من رمضان سبعة عشر ركعة بنية قضاء الصلوات الخمس التي لم يقضها وصلاة يوم عاشوراء أربع ركعات أو أكثر وصلاة الأسبوع أما أحاديثها فموضوعة باطلة ولا تغتر بمن ذكرها اه

“Sang pengarang (syekh Zainuddin al-Malibari) berkata dalam kitab Irsyad al-‘Ibad, termasuk bid’ah yang tercela, pelakunya berdosa dan wajib bagi pemerintah mencegahnya, adalah shalat Raghaib, 12 Rakaat di antara maghrib dan Isya’ di malam Jumat pertama bulan Rajab, shalat nisfu Sya’ban sebanyak 100 rakaat, shalat di akhir Jumat bulan Ramadhan sebanyak 17 rakaat dengan niat mengganti shalat lima waktu yang ditinggalkan, shalat hari Asyura sebanyak 4 rakaat atau lebih dan shalat ushbu’. Adapun hadits-hadits shalat tersebut adalah palsu dan batal, jangan terbujuk oleh orang yang menyebutkannya.” (Syekh Abu Bakr bin Syatha, I’anah al-Thalibin, juz 1, hal. 270).

Bagaimana Jika Sholat Rebo Wekasan Diniati Sholat Sunah Mutlak?

Hanya saja, bila shalat Rebo wekasan diniati salat sunah mutlak, dalam titik ini, ulama berbeda pandangan. Menurut Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, pendiri jam'iyyah Nahdlatul Ulama, hukumnya tetap haram.

Dalam pandangan beliau, anjuran shalat sunah mutlak yang ditetapkan berdasarkan hadits shahih tidak berlaku untuk salat Rebo wekasan, sebab anjuran tersebut hanya berlaku untuk salat-salat yang disyariatkan.

Dalam himpunan fatwanya, Rais Akbar NU tersebut mengatakan dalam tulisan Arab Jawa pegon:

اورا ويناع فيتواه اجاء اجاء لن علاكوني صلاة رابو وكاسان لن صلاة هدية كاع كاسبوت اع سؤال كارنا صلاة لورو ايكو ماهو اورا انا اصلى في الشرع. والدليل على ذلك خلو الكتب المعتمدة عن ذكرها كايا كتاب تقريب، المنهاج القويم، فتح المعين ، التحرير لن سافندوكور كايا كتاب النهاية المهذب لن احياء علوم الدين، كابيه ماهو أورا انا كاع نوتور صلاة كاع كاسبوت. الى ان قال وليس لأحد أن يستدل بما صح عن رسول الله انه قال الصلاة خير موضوع فمن شاء فليستكثر ومن شاء فليستقلل، فإن ذلك مختص بصلاة مشروعة

“Tidak boleh berfatwa, mengajak dan melakukan shalat Rebo Wekasan dan shalat hadiah yang disebutkan dalam pertanyaan, karena dua shalat tersebut tidak ada dasarnya dalam syariat. Tendensinya adalah bahwa kitab-kitab yang bisa dibuat pijakan tidak menyebutkannya, seperti kitab al-Taqrib, al-Minhaj al-Qawim, Fath al-Mu’in, al-Tahrir dan kitab seatasnya seperti al-Nihayah, al-Muhadzab dan Ihya’ Ulum al-Din. Semua kitab-kitab tersebut tidak ada yang menyebutkannya. Bagi siapapun tidak boleh berdalih kebolehan melakukan kedua salat tersebut dengan hadits shahih bahwa Nabi bersabda, salat adalah sebaik-baiknya tempat, perbanyaklah atau sedikitkanlah, karena sesungguhnya hadits tersebut hanya mengarah kepada shalat-shalat yang disyariatkan.” (KH. Hasyim Asy’ari sebagaimana dikutip kumpulan Hasil Bahtsul Masail PWNU Jawa Timur).

Sedangkan menurut Syekh Abdul Hamid bin Muhammad Quds al-Maki hukumnya boleh. Menurut beliau, solusi untuk membolehkan shalat-shalat yang ditegaskan haram dalam nashnya para fuqaha’ adalah dengan cara meniatkan shalat-shalat tersebut dengan niat shalat sunah mutlak. Beliau menegaskan:

قلت ومثله صلاة صفر فمن أراد الصلاة فى وقت هذه الأوقات فلينو النفل المطلق فرادى من غير عدد معين وهو ما لا يتقيد بوقت ولا سبب ولا حصر له . انتهى

“Aku berpendapat, termasuk yang diharamkan adalah shalat Shafar (Rebo wekasan), maka barang siapa menghendaki shalat di waktu-waktu terlarang tersebut, maka hendaknya diniati shalat sunah mutlak dengan sendirian tanpa bilangan rakaat tertentu. Shalat sunah mutlak adalah shalat yang tidak dibatasi dengan waktu dan sebab tertentu dan tidak ada batas rakaatnya.” (Syekh Abdul Hamid bin Muhammad Quds al-Maki, Kanz al-Najah wa al-Surur, hal. 22).

Salat Rebo wekasan sendiri dijelaskan secara rinci meliputi tata cara dan doanya oleh Syekh Abdul Hamid Quds dalam Kanz al-Najah wa al-Surur. Demikian pula disebutkan oleh Syekh Ibnu Khatiruddin al-Athar dalam kitab al-Jawahir al-Khams.

Sholat Rebo wekasan umum dilakukan di beberapa daerah. Ada yang melakukannya secara berjamaah, dan ada pula yang melaksanakannya sendiri-sendiri.

Demikian penjelasan mengenai hukum salat Rebo wekasan. Perbedaan pandangan ulama sebagaimana merupakan hal yang sudah biasa dalam fiqih, masing-masing memiliki argumen yang dapat dipertanggungjawabkan.

 

(Khazim Mahrur)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya