Inilah 6 Golongan yang Dibenci oleh Allah SWT, Siapa Mereka?

6 Golongan yang Dibenci oleh Allah

oleh Muhamad Husni TamamiLiputan6.com diperbarui 20 Des 2022, 22:30 WIB
Diterbitkan 20 Des 2022, 22:30 WIB
Ilustrasi haters, benci
Ilustrasi haters, benci. (Gambar oleh Wokandapix dari Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Sudah menjadi sunnatullah bahwa segala sesuatu dalam kehidupan ini selalu berpasangan. Ada hal yang baik dan ada pula hal buruk yang terjadi.

Pun, ada orang-orang yang hidupnya selalu diliputi dengan keberkahan dan kasih sayang Allah, namun di sisi lain ada orang-orang yang selalu hidup dalam kemurkaan dan dibenci Allah.

Kebencian Allah pada dasarnya disebabkan oleh perilaku mereka juga. Lantas siapa saja golongan yang dibenci Allah SWT?

1. Tamak  

Tamak merupakan salah satu sikap rakus yang sangat dilarang dalam ajaran Islam. Karena sifat tamak akan memberi dampak buruk bagi diri sendiri maupun orang lain. Tamak juga merupakan salah satu penyakit hati. Adapun yang menggoda seseorang untuk berbuat tamak bisa karena harta dan kekuasaan.

Tamak bisa berupa rakus terhadap harta, jabatan, kedudukan yang dapat merusak agama karena tidak secara sadar orang-orang seperti itu akan suka menebar kebohongan, berbuat keji menghalalkan segala macam cara agar keinginannya tercapai. 

Dari Ka’ab bin Mâlik Radhiyallahu anhu ia berkata, Rasulullah SAW bersabda:

“Dua serigala yang lapar yang dilepas di tengah kumpulan kambing, tidak lebih merusak dibandingkan dengan sifat tamak manusia terhadap harta dan kedudukan yang sangat merusak agamanya.” (HR Tirmidzi, Ahmad).

2. Menghina Orang lain

Menghina orang adalah sebuah perbuatan tercela, dan Allah tidak menyukai hal tersebut. Karena biasanya, orang yang suka menghina dan mencaci maki orang lain adalah mereka yang bersikap sombong. Selain itu, menghina adalah perbuatan yang dapat menyakiti hati orang lain.

Bahkan, terdapat salah satu ayat dalam Alquran yang mempertegas bahwa Allah SWT membenci orang yang suka menghina orang lain:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.” (QS. Al Hujurat: 11).

3. Mengambil Hak Orang lain 

Islam melarang memakan hak orang lain tanpa ridhanya. Rasulullah SAW bersabda.

“Barangsiapa mengambil sejengkal tanah bumi yang bukan haknya, niscaya ditenggelamkan ia pada hari kiamat sampai ke dalam tujuh lapis bumi.” (HR Bukhari).

Berdasarkan buku Ushul Fikih Hukum Ekonomi Syariah oleh Imron Rosyadi dkk (2020: 278), hukum mengambil hak orang lain adalah haram. Allah SWT berfirman dalam Surat An Nisa ayat 29:

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,” (QS. An Nisa’: 29).

Rasulullah SAW juga melarang umatnya untuk mengambil hak orang lain tanpa izin. Bahkan, Rasulullah amat membenci perbuatan tersebut. Sebagaimana dalam Hadits Riwayat Bukhari, Rasulullah bersabda

“Allah SWT berfirman bahwasanya ada tiga jenis orang yang perang melawan mereka pada hari kiamat kelak. Mereka yang bersumpah atas nama Allah akan tetapi mengingkari, seseorang yang berjualan dengan orang bertiga akan tetapi mereka memakan uang dari harganya tersebut ,serta seseorang yang mempekerjakan kemudian ia tidak membayarkan upahnya."

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan ini:


Lalai terhadap Agama

4. Duniawi 

Rasulullah pernah mengatakan bahwa suatu saat nanti akan datang suatu zaman dimana perhatian manusia hanya tertuju pada urusan perut dan kehormatan. Orientasi mereka pada kebendaan (materi) semata-mata. Yang hak dikatakan bathil, yang haram dikatakan halal, yang benar dikatakan salah dan yang salah dibenarkan.

Yang nampak terlihat seakan bahagia padahal sesungguhnya jiwanya telah didera tak habisnya oleh persoalan dunia. Masalah akhirat hanya terkadang saja tersentuh. Ingat akhirat ketika datang musibah namun setelah itu menjauh bahkan tak menghiraukannya lagi.

5. Bodoh dalam Urusan Agama

Sekarang banyak yang lalai untuk mencari bekal di akhirat. Selalu mengutamakan pekerjaan yang tak ada habisnya. Rasulullah SAW bersabda

"Allah sangat membenci orang Ja’dzari, Jawwadz, suka teriak di pasar, bangkai di malam hari, keledai di siang hari, pintar masalah dunia, dan bodoh masalah akhirat."

Karena itu, orang yang bodoh adalah orang yang tidak taat dalam menjalankan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya. Selama dia melakukan maksiat, maka ia bodoh. Kebodohan tentang akhirat, dan kebodohan tentang surga dan neraka, membuatnya jatuh ke dalam maksiat.

6. Lalai dalam Urusan Agama 

Allah SWT berfirman dalam Q.S Al-Munafiqun: 9

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَٰلُكُمْ وَلَآ أَوْلَٰدُكُمْ عَن ذِكْرِ ٱللَّهِ ۚ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْخَٰسِرُونَ

Artinya: "Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi."

Pada ayat ini Allah mengingatkan orang-orang beriman agar kesibukan mengurus harta dan memperhatikan urusan anak tidak menghalangi ibadah kepada Allah. Wahai orang-orang yang beriman di mana pun berada! janganlah harta bendamu yang kamu cari dan anak-anakmu yang kamu sayangi, melalaikan kamu dari mengingat Allah, yakni shalat lima waktu dan aturan-aturan Allah tentang bekerja, bermasyarakat, dan bernegara. 

Dan barangsiapa berbuat demikian, melalaikan ibadah dan aturan Allah, maka mereka itulah orang-orang yang rugi, karena kebutuhan rohaninya tidak terpenuhi dan hidupnya tidak seimbang. 

Selanjutnya pada ayat 10 menghimbau orang-orang beriman untuk memfungsikan harta dengan benar. Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah kami berikan kepadamu untuk kepentingan dhuafa, fasilitas umum, dan fasilitas sosial sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu sehingga kamu tak sempat berinfak; lalu dia berkata setelah kematian terjadi, menyesalinya, 'ya tuhanku, sekiranya engkau berkenan menunda kematianku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dengan hartaku ini dan aku dengan demikian akan termasuk orang-orang yang saleh, karena menjadi dermawan (Tafsir Ringkas Kementerian Agama RI).

Penulis : Putry Damayanty

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya