Harmoni Beragama dan Toleransi Bergaung di Garut

Selain menjaga toleransi dan harmoni kebangsaan, kegiatan jalan santai itu ujar dia, diharapkan mampu memberikan nilai tambah untuk kegiatan perekonomian masyarakat Garut.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 08 Jan 2023, 18:30 WIB
Diterbitkan 08 Jan 2023, 18:30 WIB
Ribuan masyarakat Garut dan Jawa Barat, nampak ceria mengikuti Jalan Asyik Harmoni Beragama dan Karnaval Budaya tingkat Jawa Barat, yang digelar kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Garut. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)
Ribuan masyarakat Garut dan Jawa Barat, nampak ceria mengikuti Jalan Asyik Harmoni Beragama dan Karnaval Budaya tingkat Jawa Barat, yang digelar kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Garut. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Ribuan masyarakat Garut dan Jawa Barat, nampak ceria mengikuti Jalan asyik Harmoni Beragama dan Karnaval Budaya' tingkat Jawa Barat, yang digelar kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Garut.

"Ada sekitar 1.500 peserta lebih non muslim yang sudah bergabung dalam kegiatan jalan santai kebangsaan ini,"ujar Kepala Kemenag Garut Cece Hidayat, di Lapangan Alun-Alun Garut, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Sabtu (7/1/2023).

Menurutnya, kegiatan jalan santai toleransi kebangsaan berhadian utama 9 ticket perjalanan umroh tersebut, merupakan salah satu rangkaian kegiatan Hari Amal Bhakti (HAB) Kementerian Agama ke-77 Tingkat Kabupaten Garut Tahun 2023.

Mengusung tema 'Jalan Asyik Harmoni Beragama' kegiatan itu diharapkan mampu menjaga asa untuk merekatkan silaturahmi, toleransi dan kebangsaan sesama umat beragama di Garut.

"Dengan kehadiran mereka (peserta non muslim) semakin menegaskan Garut kota toleransi beragama di Indonesia," ujar dia.

Untuk menjaga hadirnya gesekan dan ancaman keretakan antar umat beragama, lembaganya bersama Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), kerap bersilaturahmi terutama menjelang tahun politik 2024 mendatang.

Selain itu, Cece meminta peran serta pemuka agama melarang tempat ibadah seperti musholla, gereja, vihara, maupun pura, sebagai tempat politik praktis.

“Politik praktis termasuk politik identitas atas nama agama untuk mendukung mereka itu tidak boleh," ujar dia mengingatkan.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Karnaval Budaya

Selain menjaga toleransi dan harmoni kebangsaan, kegiatan jalan santai itu ujar dia, diharapkan mampu memberikan nilai tambah untuk kegiatan perekonomian masyarakat Garut.

"Total ada sekitar 8 ribu peserta yang ikut, tiga hari sebelum kegiatan seluruh hotel di kawasan Cipanas sudah penuh oleh tamu," kata dia.

Tidak hanya itu, kehadiran ribuan peserta yang datang mampu memberikan nilai tambah bagi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) masyarakat Garut.

"Yang jelas kami membebaskan pelaku usaha UMKN untuk berjualan, termasuk kehadiran sekitar puluhan gerai usaha yang diperuntukan bagi mereka," kata dia.

Selain seni barongsai perwakikan dari komunitas Tionghoa, mentas pula kesenian debus, pencaksilat, serta kesenian yang berbeda dari 28 daerah perwakilan Kemenag seluruh Jawa Barat, mulai tari jaipongan, wayang golek, wayang orang, ogoh-ogog, lengser hingga penampilan replika sepasang lutung dan harimau dari Kemenag Pangandaran.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya