Liputan6.com, Bogor - Dalam hidup tidak selamanya yang datang itu adalah kebaikan. Kadangkala keburukan menimpa pada diri seseorang, meskipun sebenarnya keburukan bukan hal yang diharapkan.
Kabar baik maupun buruk merupakan suatu keniscayaan yang akan dialami oleh seseorang.
Hal yang harus diyakini oleh seorang muslim adalah tentang datangnya kebaikan atau keburukan tersebut. Muslim harus yakin bahwa kebaikan maupun keburukan ada di tangan Allah SWT, bukan ditentukan oleh sebuah pertanda buruk.
Advertisement
Baca Juga
Sebagai muslim harus bisa menghadapi ketika melihat pertanda buruk yang akan datang pada dirinya. Salah satunya dengan doa sebagaimana yang diajarkan dalam Islam.
Dengan doa tersebut, kita memohon kepada Allah SWT agar dihilangkan dari keburukan tersebut. Berikut adalah doa yang diajarkan Rasulullah SAW ketika melihat sebuah pertanda buruk.
اللَّهُمَّ لَا يَأْتِي بِالحَسَنَاتِ إِلَّا أَنْتَ وَلَا يَذْهَبُ بِالسَّيِّئَاتِ إِلَّا أَنْتَ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ
Arab-latin: Allāhumma lā ya’tī bil hasanāti illā anta, wa lā yadzhabu bis sayyi’āti illā anta, wa lā hawla wa lā quwwata illā billāhi.
Artinya: “Ya Allah, tidak ada yang dapat mendatangkan kebaikan kecuali Engkau, dan tidak ada yang menghilangkan keburukan kecuali Engkau. Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali kekuatan Allah.”
Doa tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, Abu Nuaim, dan Ibnus Sinni. (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M/1439-1440 H], juz I, halaman 407).
Saksikan Video Pilihan Ini:
Penjelasan Doa
Mengutip situs Keislaman NU, Imam An-Nawawi menyebutkan riwayat Ibnus Sinni dari Uqbah (Urwah) bin Amir Al-Juhani ra bercerita, suatu hari Rasulullah ditanya perihal pertanda buruk.
Ia menjawab, “Paling benarnya adalah pertanda baik. Sedang pertanda buruk tidak dapat menolak seorang muslim. Kalau kalian melihat pertanda (buruk) yang kalian tidak sukai, hendaklah membaca, ‘Allāhumma lā ya’tī bil hasanāti illā anta, wa lā yadzhabu bis sayyi’āti illā anta, wa lā hawla wa lā quwwata illā billāhi,’” (An-Nawawi, Al-Adzkar, [Kairo, Darul Hadits: 2003 M/1424 H], halaman 300).
Advertisement