Liputan6.com, Jakarta - Dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang baru mendekat kepada Allah dengan beribadah dan rajin berdoa saat sedang berada dalam kesusahan. Padahal, hubungan antara hamba dan Tuhannya seharusnya terus dijaga baik dalam suka maupun duka.
Fenomena ini sangat umum terjadi. Ketika sehat, lapang, dan bahagia, manusia seringkali lupa bersyukur dan mendekat kepada Sang Pencipta.
Namun, saat datang ujian berupa sakit, kesulitan, atau kegelisahan, barulah hati kembali tergerak untuk mengadu dan bersimpuh di hadapan Allah.
Advertisement
Pendakwah sekaligus Pengasuh Al Bahjah Cirebon KH Yahya Zainul Ma'arif atau yang akrab disapa Buya Yahya menyampaikan hal ini dalam sebuah kajian yang mengulas tentang adab dan tata cara berdoa yang benar.
Penjelasan tersebut disampaikan dalam sebuah video yang tayang di kanal YouTube @hijrah-bersama dan dikutip pada Jumat, 11 April 2025.
Buya Yahya menyebut bahwa banyak hamba yang baru mengingat Allah ketika mengalami kesempitan, padahal semestinya hubungan spiritual dijalin setiap saat.
“Model kita itu memang begitu, deketnya sama Allah pas bermasalah aja. Kalau Allah sayang, kadang sampai didatangkan dulu masalah agar si hamba datang kepada-Nya,” ujar Buya.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Berdoa Jangan Tunggu Musibah
Menurutnya, Allah tetap menerima pengaduan dari hamba meski dalam kondisi terpaksa. Bahkan terkadang seseorang harus diuji agar hatinya kembali mengingat Tuhannya.
Namun begitu, cara seperti ini bukanlah sesuatu yang sebaiknya diharapkan. Umat Islam dianjurkan untuk mendekat kepada Allah dalam keadaan sehat dan lapang.
“Sampai Allah kasih sakit, supaya kamu datang. Tapi jangan minta yang seperti itu. Minta sehat, minta nikmat, lalu gunakan nikmat itu untuk mendekat kepada Allah,” jelas Buya Yahya.
Sakit atau kesusahan memang bisa menjadi jalan pintas untuk mengingat Allah. Namun jika bisa memilih, maka hendaknya seseorang meminta nikmat dan tetap menjadikan nikmat itu jalan ibadah.
Karena dalam ajaran Islam, berdoa tidak harus menunggu musibah datang. Justru doa-doa yang dilakukan dalam keadaan senang menunjukkan kedekatan dan ketulusan hati.
Buya Yahya kemudian mengingatkan bahwa Islam mengajarkan doa yang mencakup kebaikan dunia dan akhirat, sebagaimana termaktub dalam doa yang masyhur:
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Rabbana atina fid-dunya hasanah wa fil-akhirati hasanah wa qina 'adhaban-nar
Artinya: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari siksa neraka."
Advertisement
Jadikan Doa Bagian Tak Terpisahkan
Doa ini merupakan bentuk keseimbangan antara harapan kebaikan duniawi dan ukhrawi. Tidak hanya fokus pada kebahagiaan dunia, tapi juga keselamatan akhirat.
Dalam setiap keadaan, seorang Muslim diajarkan untuk tetap bergantung kepada Allah. Baik dalam lapang maupun sempit, senang ataupun sedih.
Dengan begitu, hubungan spiritual yang dibangun tidak bersifat transaksional, melainkan penuh keikhlasan dan cinta kepada Sang Khalik.
Buya Yahya juga menekankan agar setiap Muslim tidak menjadikan doa hanya sebagai pelarian saat terdesak. Jadikan doa sebagai wujud komunikasi yang aktif dan rutin kepada Allah.
Ketika doa sudah menjadi bagian dari kehidupan, maka hati akan senantiasa tenang. Tidak mudah gelisah, tidak mudah panik, karena tahu ada tempat untuk mengadu.
Dan yang paling penting, jangan tunggu musibah untuk mengucapkan “Ya Allah.” Biasakan menyebut nama Allah dalam setiap aktivitas.
Mereka yang menjaga hubungan dengan Allah sejak awal akan lebih mudah menghadapi segala ujian hidup, karena tahu arah untuk kembali.
Semoga setiap hamba mampu memperbaiki cara berdoanya, tidak hanya saat sulit, tapi juga dalam kemudahan, sebagai bukti cinta kepada Sang Pencipta.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
