Dua Kalimat Pertama yang Diajarkan untuk Anak, Berguna di Dunia hingga Akhirat

Pendidikan agama dalam keluarga merupakan hal yang sangat penting dan menjadi bagian dari pendidikan karakter anak. Dengan pendidikan yang baik di rumah, karekter anak bisa berkembang ke arah yang positif.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Jun 2023, 22:30 WIB
Diterbitkan 28 Jun 2023, 22:30 WIB
keluarga muslim
ilustrasi keluarga muslim

Liputan6.com, Jakarta - Pendidikan agama dalam keluarga merupakan hal yang sangat penting dan menjadi bagian dari pendidikan karakter anak. Dengan pendidikan yang baik di rumah, karekter anak bisa berkembang ke arah yang positif.

Memberikan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianut oleh keluarga. Pemahaman agama yang cukup dapat menjadi benteng moral bagi anak seumur hidupnya.

Kehadiran seorang anak dalam rumah tangga adalah dambaan bagi setiap orang tua. Anak adalah titipan Allah yang harus kita jaga, didik, dan besarkan dengan penuh kasih sayang, karena anak akan menjadi tanggung jawab kita di dunia dan akhirat.

Selain itu, orang tua juga harus terus menunjukan padanya mengenai pentingnya berbuat baik terhadap sesama. Berilah anak contoh perbuatan-perbuatan dan ucapan atau kalimat baik agar ia bisa menjadikan orangtuanya sebagai panutan.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Penanaman Tauhid Sejak Dini

Bacaan Niat Zakat Untuk Keluarga
Ilustrasi Keluarga Muslim Credit: shutterstock.com

Bekal agama dan tauhid harus ditanamkan sejak dini. Ini menyangkut semua hal kehidupan anak kelak di kemudian hari, bukan hanya di dunia tetapi juga akhrat.

Jangan sampai salah memberikan bekal kepada anak. Berikut ulasan mengenai kalimat apa yang harus diberikan pertama kali kepada anak-anak kita.

Mengutip dari nu.or.id peran orang tua dalam mengenalkan Allah atau tauhid kepada anak di masa kecil menjadi satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Melalui percakapan, teladan, dan lingkungan yang kaya akan nilai-nilai agama, akan membantu peningkatan anak dalam pemahaman-pemahaman tauhid pada level dasar.

Di dalam Al-Qur’an, Allah memberikan sosok teladan yang bernama Luqman al-Hakim. Pria berkulit hitam ini bukanlah seorang nabi, namun Allah mengabadikan namanya dan menjadikan Luqman sebagai teladan umat Muhammad SAW.

Pendidikan dasar yang diajarkan Luqman kepada anaknya sehingga ia menjadi teladan adalah soal tauhid, yaitu meyakini keesaan Allah dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah menceritakan:

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar,” (QS. Luqman: 13)

Ini Macam-macam Iman

keluarga muslim
Ilustrasi keluarga muslim/copyright unsplash.com/Ivan Andriavani

Tauhid adalah satu hal yang bersifat teologis-dogmatis, keyakinan tentang Allah sebagai Tuhan menjadi pelajaran pertama seorang anak. Imam Ibnu Ruslan dalam nadzam Matan Az-Zubad mengatakan:

أول واجب على الإنسان معرفة الإله باستيقان

Artinya: “Kewajiban pertama kali bagi manusia adalah mengenal Tuhan dengan penuh keyakinan,” (1) Dalam nadzam berikutnya, Ibnu Ruslan menjelaskan:

و النطق بالشهادتين اعتبرا لصحة الإيمان ممن قدرا ان صدق القلب

Artinya: “Mengucapkan kedua kalimat syahadah, untuk keabsahan iman bagi orang yang mampu, jika hati membenarkannya” (Ibnu Ruslan, Matan Az-Zubad, (Makkah, Maktabah Ats-Tsaqafah, 1984), hlm. 9) Pendidikan orang tua yang wajib diajarkan pertama kali terhadap anak adalah mengenalkan Allah dengan cara mengajari mereka dengan dua kalimah syahadat yaitu:

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

Asyhadu an lâ ilâha illallâh, wa asyhadu anna muhammadar rasûlullâh.

Artinya: “Saya bersaksi tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah. Dan saya bersaksi bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad adalah utusan Allah,”

Iman yang paling tepat adalah hatinya yakin, mulutnya berikrar mau mengakui atau ber-tauhid, serta amal atau tindakannya sesuai. Barangsiapa mulut dan sikapnya sudah tepat, namun hatinya tidak iman, orang ini disebut sebagai orang munafik. Barangsiapa hatinya yakin, sikapnya bagus, namun mulutnya tidak mau berikrar iman, orang ini namanya adalah orang kafir. Sedangkan hati iman, mulut sesuai, tapi sikapnya tidak sesuai, orang seperti ini masuk kategori orang fasik. (Ahmad ar-Ramli, Fathurrahman, (Beirut: Darul Minhaj, 2009), hlm. 50).

Selain syahadat, pelajaran yang juga perlu diajarkan orang tua terhadap anaknya adalah soal kerelaan mereka terhadap Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Nabi Muhammad sebagai utusan. Habib Ali bin Abdurrahman al-Masyhur mengatakan, satu hal yang pertama kali diajarkan ulama salaf terhadap anak-anak mereka adalah bacaan:

رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا، وِبِالإِسْلَامِ دِيْنًا، وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا وَرَسُوْلًا

Radhītu billāhi rabbā, wa bil islāmi dīnā, wa bi Muhammadin shallallāhu ‘alaihi wa sallama nabiyyan wa rasūlā.

Artinya: “Aku rela Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul,” (Habib Zein bin Ibrahin bin Sumaith, Al-Manhajus Sawi, (Tarim: Darul Ilmi wad Da’wah, 2005) hlm. 506).

Ikrar ‘radhîtu’ ini sangat penting karena kalimat ini merupakan sebuah pengakuan atau sebuah bentuk deklarasi seseorang atas keimanannya. Barangsiapa yang benar-benar mengakui bahwa Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama dan Nabi Muhammad sebagai Nabi, berarti eksistensi ketiga hal ini diakui oleh orang tersebut.

Apabila seseorang meyakini ketiga hal ini eksis, otomatis orang tersebut akan patuh terhadap semua aturan-aturan yang telah ditetapkan baik soal ibadah, halal-haram, hudud, muamalat, munakahat, dan lain sebagainya. Walhasil, ada dua bacaan yang wajib diajarkan pertama kali oleh orang tua pada anaknya yaitu pelajaran membaca dua kalimat syahadah dan radlitu. Wallahu A’alam.

Penulis: Nugroho Purbo

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya