Kenapa Kalender Jawa Mirip dengan Hijriyah? Ini Penjelasannya

Kalender Jawa mempunyai kemiripan dengan kalender Hijriyah. Kemiripan ini tidak terlepas dari sejarah diciptakannya kalender Jawa itu sendiri di era pemerintahan raja ketiga Mataram Islam, Sultan Agung (1613-1645).

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 16 Jul 2023, 10:30 WIB
Diterbitkan 16 Jul 2023, 10:30 WIB
[Bintang] Kalender
Ilustrasi Kalender (Sumber Foto: ep.jhu.edu)

Liputan6.com, Jakarta - Kalender Jawa mempunyai kemiripan dengan kalender Hijriyah. Kemiripan ini tidak terlepas dari sejarah diciptakannya kalender Jawa itu sendiri di era pemerintahan raja ketiga Mataram Islam, Sultan Agung (1613-1645).

Sebelum ada kalender Jawa, masyarakat Jawa menggunakan kalender Saka yang berasal dari India. Sistem penanggalan kalender Saka berdasarkan pergerakan matahari. Sistem ini berbeda dengan Hijriyah yang berdasarkan pada pergerakan bulan.

Perbedaan sistem penanggalan Saka dengan Hijriyah akhirnya berdampak pelaksanaan perayaan adat masyarakat Jawa atau hari besar Islam. Perayaan-perayaan adat yang diselenggarakan oleh keraton tidak selaras dengan perayaan-perayaan hari besar Islam.

Mengutip situs kratonjogja.id, Sultan Agung menghendaki agar perayaan-perayaan tersebut diselenggarakan dalam waktu yang bersamaan. Akhirnya diciptakanlah sebuah sistem penanggalan baru yang merupakan perpaduan antara kalender Saka dan Hijriyah, yakni kalender Jawa atau kalender Sultan Agungan.

Kalender Jawa meneruskan tahun Saka dan mengganti sistem penanggalan lama. Kalender Jawa dihitung berdasarkan pergerakan bulan, sama seperti kalender Hijriyah.

Kesamaan lainnya adalah awal kalender Jawa dengan Hijriyah sama, yakni tanggal 1 Suro (Sura) dalam penanggalan Jawa berbarengan dengan 1 Muharram Hijriyah.

Selain itu, nama-nama bulan kalender Jawa mirip dengan nama-nama bulan dalam kalender Hijriyah. Ternyata, nama-nama bulan kalender jawa diambil dari nama serapan bulan-bulan Hijriyah yang disesuaikan dengan lidah Jawa. 

Kesamaan sistem perhitungan, awal tahun, dan nama-nama bulan kerap dianggap sama antara kalender Jawa dan Hijriyah secara keseluruhan. Padahal hanya mirip saja karena ada perbedaan dari faktor lainnya. Apa saja perbedaannya?

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan Ini:


Beda Kalender Jawa dengan Hijriyah

Ilustrasi Kalender
Ilustrasi kalender (dok. Pexels.com/tigerlily713)

1. Penomoran Tahun

Penomoran tahun dalam kalender Jawa meneruskan kalender Saka. Penanggalan yang berasal dari India itu sudah dimulai sejak tahun 78 Masehi. 

Sementara, penomoran tahun kalender Hijriyah dimulai sejak tahun hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah. Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah pada 622 M.

Menurut kalender Jawa, saat ini tahun 1956 J. Sedangkan tahun Hijriyah baru 1444 H.

2. Jumlah Hari dalam Sebulan 

Dalam sistem penanggalan Jawa, semua bulan dari Sura sampai Besar sudah ditentukan haru berapa hari. Jumlah hari dalam sebulan di kalender ini berselang-seling, yaitu 30 hari untuk bulan ganjil dan 29 hari untuk bulan genap. 

Sedangkan jumlah hari dalam sebulan di kalender Hijriyah tidak ditentukan. Penanggalan Hijriyah menghitung gerak bulan yang sebenarnya dan ada pula yang mengonfirmasi ulang dengan pengamatan langsung hilal awal bulan.

3. Perbedaan Setiap 120 Tahun

Kalender Jawa setiap 120 tahun sekali diberi tambahan satu hari. Periode 120 tahun ini disebut khurup. Siklus ini tidak dialami oleh kalender Hijriyah karena penanggalan ini berdasarkan pada fenomena astronomis.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya