Liputan6.com, Jakarta - KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen adalah seorang ulama kharismatik Indonesia. Semasa hidupnya, ia menjadi seorang sesepuh di organisasi Islam Nahdlatul Ulama (NU) yang sangat dihormati oleh kalangan Nahdliyin.
Mbah Moen lahir di Karang Mangu Sarang, 28 Oktober 1928 dari pasangan Kiai Zubair Dahlan dan Nyai Mahmudah. Dari jalur silsilah kakek, ia merupakan keturunan Sunan Giri.
Mbah Moen dikenal sebagai ulama dan guru yang alim. Ia telah banyak melahirkan santri yang melanjutkan jejak perjuangannya di jalan dakwah Islam. Salah satu santri yang tersohor adalah KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha.
Advertisement
Baca Juga
Ulama yang juga politikus ini wafat di Makkah, Arab Saudi, pada Selasa, 6 Agustus 2019 pagi saat merayakan ibadah haji. Ia tutup usia dalam umur 90 tahun.
Baru-baru ini ada kabar dari Makkah bahwa jenazah Mbah Moen utuh setelah dimakamkan selama empat tahun lamanya di pemakaman Ma’la.
Mbah Moen bukanlah orang biasa. Ia adalah seorang wali Allah. Banyak kisah-kisah karomah yang dapat dipetik hikmahnya. Mengutip Laduni.id, berikut adalah empat kisah karomah Mbah Moen.
Simak Video Pilihan Ini:
1. Bertemu Nabi Khidir AS
Dahulu ketika Mbah Moen menjadi santri di Pondok Lirboyo Kediri Jawa Timur pernah ditemui oleh Nabi Khidir AS.
Sekitar pukul 11.00 WIB Mbah Moen merasakan seperti ada seseorang yang memanggil dan ternyata suara tersebut datang dari makam dekat pondok, dan ternyata di makam tersebut ada Nabi Khidir AS yang berpakaian seperti petani dan memakai caping.
Nabi Khidir AS berkata kepada Mbah Moen, “Kamu cinta kepada saya, saya juga cinta kepada kamu, dijamin Gusti Allah nantinya.”
Kemudian Nabi Khidir mendoakan Mbah Moen lama sekali, selama berdoa dan diaamiini oleh Mbah Moen. Nabi Khidir lalu menghilang dan Mbah Moen kembali ke pondok lagi.
Advertisement
2. Mbah Moen Telah Mengetahui Tanggal Wafatnya
Kisah pak Sodikun jamaah haji asal Tegalrejo Magelang Jawa Tengah, ia diminta oleh kakaknya untuk sowan meminta berkah di hotel di mana Mbah Moen menginap, atas saran kakaknya tersebut pak Sodikun berencana sowan ke Mbah Moen setelah sholat jumat.
Setelah berhasil menemui Mbah Moen, pak Sodikun pun menanyakan kepada Mbah Moen sampai kapan akan tinggal di Makkah. Mbah Moen pun dengan tegas menjawab “Sampai tanggal 5”.
Pak Sodikun pun merasa janggal dengan jawaban dari Mbah Moen, pasalnya bagaimana mungkin beliau tinggal di Makkah sampai tanggal 5, sedangkan ritual ibadah haji jika dihitung dari kalender Hijriah maupun masehi akan berakhir di sekitar tanggal belasan.
Pak Sodikun pun berhusnudzon jika yang dimaksud tanggal 5 Mbah Maimun adalah tanggal terakhir beliau berada di hotel tempat Mbah Moen menginap.
Menjelang subuh, hujan mengguyur kota Makkah, pak Sodikun yang berangkat ke Masjidil Haram pun basah kuyup. Pak Sodikun merasa cuaca kali ini sangatlah aneh karena terjadi pada musim panas dan beberapa saat kemudian terdengarlah kabar wafatnya Mbah Moen.
Pada tanggal 5 Dzulhijjah 1440 H atau 6 Agustus 2019 Mbah Moen bukan hanya meninggalkan hotel namun juga Makkah bahkan dunia dengan segala hiruk pikuknya.
3. Menyembuhkan Penyakit dengan Air Putih
Menurut Kiai Fadlolan, saat mengantarkan Mbah Moen dan istrinya ziarah ke makam Imam Syadzili, mereka mampir ke sebuah mushola untuk melaksanakan sholat jamak takdim, seusai sholat mereka mampir ke sebuah warung makan di sebelah mushola.
Saat menunggu diantarkannya makanan tiba-tiba datang ibu pemilik warung dengan membawa sebotol air minum serta minta Mbah Moen untuk mendoakan air tersebut serta suaminya yang sedang sakit.
Setelah air tersebut didoakan, Mbah Moen bertanya, di mana suami dari ibu pemilik warung. Kemudian ibu pemilik warung mengantarkan Mbah Moen ke tempat suaminya berada. Setelah sampai, Mbah Moen mendoakan dan mengoleskannya dengan air putih.
Tak lama setelah itu, suami dari ibu pemilik warung berangsur-angsur pulih. Setelah selesai makan, Kyai Fadlolan, Mbah Moen dan istrinya pun pamit untuk pulang dan ibu si pemilik warung pun menolak untuk dibayar.
Ibu pemilik warung berterima kasih karena didoakan oleh Mbah Moen, namun Mbah Moen tetap membayar semua makanannya. Mbah Moen benar-benar ikhlas menolong orang Mesir yang tidak dikenalinya tersebut.
Advertisement
4. Mobil Mbah Moen Berjalan Tanpa Bahan Bakar
Dahulu, Mbah Moen sering pergi ke Pasuruan dengan menaiki sebuah mobil. Mobil tersebut mudah sekali rusak, maka saat melakukan perjalanan jauh di pertengahan jalan harus selalu berhenti untuk melakukan servis mobil. Saat beliau dalam perjalanan pulang dari Pasuruan, sopir beliau berhenti di sebuah bengkel untuk memeriksa mesinnya.
Ketika tukang bengkel tersebut memeriksa mobil tersebut, ia kaget dan menanyakan pemilik dari mobil tersebut, dan sopir pun memberi tahu jika itu adalah mobil milik Mbah Moen.
Tukang bengkel pun menjelaskan jika saluran selang bensin mobil tersebut tidak tersambung, namun kenapa bisa berjalan. Tukang bengkel pun terheran-heran dengan keanehan tersebut. Kejadian tersebut tidak terlepas dari karomah yang didapatkan oleh Mbah Moen.
Semoga dari kisah-kisah karomah Mbah Moen tersebut kita dapat mengambil hikmah dan pelajarannya. Al-Fatihah untuk almarhum Mbah Moen.