Liputan6.com, Jakarta - Jika melihat kondisi Gus Iqdam saat ini, semuanya seolah baik-baik saja. Kerapkali Gus Iqdam menggunakan kendaraan mewah, kemana-mana ada pengawalan polisi.
Tapi tahukah Anda, jika sebelum berada di posisinya seperti sekarang, Gus Iqdam pernah mengalami masa-masa sulit. Dia menjadi pencari rumput atau tukang ngarit untuk pakan kambing.
Advertisement
Baca Juga
Gus yang digandrungi ukhti-ukhti ini ngarit dalam arti sesungguhnya. Panasan di kebun atau sawah untuk mengumpulkan rumput buat pakan ternak kambing yang dipelihara.
Dari kambing yang dipelihara itu, Gus Iqdam bercita-cita membelikan bapaknya mobil Alphard. Berikut kisah Gus Iqdam, sebagaimana dikutip dari akun TikTok @Garangan ST, Jumat, 20 Oktober 2023.
Simak Video Pilihan Ini:
Sahabat Modali Gus Iqdam Ternak Kambing
Dalam sebuah pengajian, Gus Iqdam menceritakan, awal-awal lulus dari pondok, dirinya tidak punya duit. Tetapi memiliki keinginan kuat untuk punya duit, tapi ia pun mengakui tak punya keahlian apa-apa.
Suatu hari, ada teman dari Sidoarjo yang berniat memberikan modal. Alhasil dapatlah Gus Iqdam suntikan modal delapan ekor kambing.
"Ini kisah nyata saya, saya ngarit, ga punya duit, tapi pingin punya duit. Ada delapan ekor kambing, saya ngarit beneran, sama Jebor, Jebor sekarang yang ngatur jadwal saya kemana-mana. Saat itu santri baru berapa orang, belum seperti saatini," katanya, mengawali kisahnya.
Advertisement
Susah Cari Rumput
Dalam guyonannya Gus Iqdam mengatakan, Jebor saat diajak cari rumput untuk pakan ternaknya tampak tidak ikhlas. Sering menggerutu ikut gus yang miskin.
"Jan jane Jebor gak ikhlas ketoke, neng atine Jebor kok ono gus fekir, kere koyo ngene, kudu pindah pondok ae nek ngene jare Jebor," kata Gus Iqdam.
Gus Iqdam mengakui, mencari rumput bagi dirinya dan Jebor itu susah. Untuk mengumpulkan satu ikat rumput butuh waktu yang lama.
Bagaimana tanggapan masyarakat sekitar melihat kelakuan Gus Iqdam kala itu? Ya Bagi Gus Iqdam, semua orang yang ia temui seolah-olah menghina dan menyepelekannya.
"Perasaanku, iki perasaanku yo, wong wong podo ngenyek," ungkap suami Ning Nila ini.
Meski terhina, namun karena punya bayangan tinggi akan hasil dan kesuksesan, ia tak segan membeli rokok yang banyak usai cari rumput untuk merokok bersama rekan dan santrinya. Pikirnya keuntungan banyak, dan rokok yang dibelikan untuk santri dan temannya itu akan kembali modal saat jualan kambing.
Ingin Belikan Bapaknya Alphard
Impian Gus Iqdam tetap tinggi meski sebagai tukang ngarit. Saat bapaknya sedang dalam kondisi sakit stroke, Gus Iqdam berani berjanji akan membelikan kendaraan mewah dari usaha kambingnya.
"Waktu itu bapak kan sakit stroke, saya matur sama bapak, kalau saya sudah punya penghasilan sendiri, pada saatnya nanti saya akan membelikan Alphard untuk bapak saya. Bapak saya waktu itu ya hanya mengiyakan. Kalau dipikir ini gimana, kambing delapan kok mimpi mau belikan Alphard," ujarnya sambil terkekeh.
Lalu apakah berhasil membelikan kendaraan untuk bapaknya dari hasil usaha kambing ini?
Advertisement
Ternyata Hasil Penjualan Kambing Cuma Segini
Waktu yang dinantipun tiba. Jelang Idul Adha kambing biasanya memiliki nilai jual yang tinggi. Maka dijuallah kambing-kambing peliharaan Gus Iqdam ini.
Harapan dan impian mendapatkan untung tinggi menggelanyut di pikiran Gus Iqdam. Ternyata hasilnya berbalik dengan harapannya.
Saat Idul Adha ia menjual tujuh ekor kambingnya. Dari tujuh ekor kambing tersebut hanya untung Rp500 ribu saja.
Ini adalah angka yang tidak sesuai harapan. Habis waktu dan tenaga berbulan-bulan hanya untuk di angka tersebut.
Ternyata tidak untungnya tersebut, karena kambing-kambing yang dipelihara ini tidak tambah gemuk, melainkan semakin kurus. Masih mending juga untung Rp500 ribu tujuh ekor kambing.
Yang lebih parah kambing terakhir satu ekor, yang ditawarkan kepada Mas Batak yang biasa jual beli kambing, satu ekor hanya ditawar Rp400 ribu, padahal untuk ukuran tersebut setidaknya terjual Rp1juta.
Garangan Ngamuk
Dengan tawaran rendah tersebut sahabat Gus Iqdam yang preman-preman ini tidak terima merasa gus-nya dilecehkan oleh pembeli kambing, datanglah rombongan garangan tersebut ke Mas batak.
Tapi Mas Batak memiliki argumen sendiri tentang kambing tersebut, dan masuk akal.
"Preman-preman itu pada marah, kambing seharga satu juta kok di tawar empat ratus rubu. Ternyata Mas Batak ngomong kambingnya kakinya patah, maka harga jualnya pun tak seperti kambing sehat, paling jika dijual hanya jadi pedaging," kata Gus Iqdam.
Akhirnya Gus Iqdam dan pemberi modal berkomunikasi kembali. Gus Iqdam bilang jika keuntungan hanya Rp500 ribu.
Maka oleh sahabatnya itu, agar uang yang sudah terkumpul agar tidak usah dikembalikan. Namun oleh Gus Iqdam tetap saja uang tersebut dikembalikan.
Dari hal tersebut Gus Iqdam memiliki kesimpulan, saat itu dirinya usaha itu bukan karena bersandar kepada Allah SWT, atau tidak diniati amal untuk akhirat. Namun kini ketika semuanya diniati untuk amal akhirat, segala sesuatunya ditata oleh Allah SWT.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
Advertisement