3 Contoh Teks Amanat Hari Santri 2023 Lengkap Link PDF

Selain amanat Hari Santri yang dikeluarkan Kemenag RI, berikut ini beberapa contoh teks amanat yang dapat dibacakan di Hari Santri 2023. Naskah amanat Hari Santri yang dinukil dari berbagai sumber ini mengandung pesan yang mendalam.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 21 Okt 2023, 18:30 WIB
Diterbitkan 21 Okt 2023, 18:30 WIB
Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi
Upacara Peringatan Hari Santri Nasional

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia mengeluarkan Surat Edaran (SE) tentang Pelaksanaan Apel Hari Santri 2023. Surat tersebut mengatur tentang ketentuan pelaksanaan Apel Hari Santri 2023.

Disebutkan dalam SE bahwa Apel Hari Santri dilaksanakan serentak pada 22 Oktober 2023 dengan tema “Jihad Santri, Jayakan Negeri”. Apel dimulai pukul 07.00 WIB.

Apel Hari Santri 2023 terpusat akan diselenggarakan di Tugu Pahlawan Kota Surabaya, Jawa Timur. Apel peringatan Hari Santri juga dapat digelar di setiap pesantren.

“Peserta apel menggunakan sarung, atasan putih, berpeci hitam bagi laki-laki, dan untuk perempuan dapat menyesuaikan,” demikian keterangan yang terdapat dalam SE tersebut.

Kemenag juga menganjurkan membacakan amanat apel Hari Santri 2023. Amanat apel Hari Santri 2023 dapat diunduh melalui website resmi Kemenag RI www.kemenag.go.id dan aplikasi Pusaka Kemenag RI.

Selain amanat Hari Santri yang dikeluarkan Kemenag RI, berikut ini beberapa contoh teks amanat yang dapat dibacakan di Hari Santri 2023. Naskah amanat Hari Santri yang dinukil dari berbagai sumber ini mengandung pesan yang mendalam.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Teks Amanat Hari Santri

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menjadi Insfektur upacara pada upacara hari santri nasional 2022 (Istimewa)
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menjadi Insfektur upacara pada upacara hari santri nasional 2022 (Istimewa)

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته  الحمد لله، والشكر لله، والصلاة والسلام على رسول الله، سيدنا ومولانا محمد ابن عبد الله، وعلى اله وصحبه ومن والاه، و لا حول ولا قوة إلا بالله. اما بعد

Yang terhormat…

Yang saya hormati…

Tidak lupa semua peserta apel yang sama-sama saya cintai

Bertepatan dengan Peringatan 70 Tahun Resolusi Jihad, Pemerintah memberikan pengakuan peran penting perjuangan para ulama dengan menjadikan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. Apresiasi ini disampaikan di Masjid Istiqlal yang dituangkan dalam Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015 tertanggal 15 Oktober 2015.  

Tentu, penetapan dari Pemerintah Indonesia ini patut disyukuri sebagai momentum untuk mengenang dan menghormati jasa perjuangan para pahlawan, seperti KH. Muhammad Hasyim Asy‘ari, KH. Ahmad Dahlan. H.O.S Cokroaminoto, Tengku Fakinah, Maria Josephine Walanda Maramis, dan masih banyak pahlawan Iainnya yang turut berjuang sejak zaman pra revolusi kemerdekaan. 

Merujuk sejarahnya, lahirnya Hari Santri Nasional bersumber pada fatwa KH. Muhammad Hasyim Asy'ari. Sebelum fatwa itu lahir, para ulama pesantren Jawa-Madura menggelar rapat di Kantor PBNU Jalan Bubutan, Surabaya, tanggal 21-22 Oktober 1945. Hasilnya, 2 keputusan yang berhasil menggerakkan rakyat melawan penjajahan:

1. Memohon dengan sangat kepada Pemerintah Republik Indonesia supaya menentukan suatu sikap dan tindakan yang nyata serta sepadan terhadap usaha-usaha yang akan membahayakan kemerdekaan dan agama dan negara Indonesia terutama terhadap pihak Belanda dan kaki tangannya; 

2. Supaya memerintahkan melanjutkan perjuangan bersifat "sabilillah" untuk tegaknya Negara Republik Indonesia dan agama Islam.   

Kita kenal, fatwa atau keputusan itu dengan nama "Resolusi Jihad".  

Selain itu, beberapa peristiwa yang membutuhkan perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan. Antara Iain, peristiwa perebutan senjata tentara Jepang pada 23 September 1945 yang pada akhirnya membawa Presiden Soekarno melalui utusannya berkonsultasi kepada Kiai Hasyim Asy'ari, yang dinilai memiliki pengaruh di hadapan para ulama. 

Fatwa ini memang patut ditahbiskan sebagai tonggak sejarah yang tidak hanya bermakna heroik dalam konteks kemerdekaan Republik Indonesia, tapi juga sebagai penanda paling Iugas dari tekad para ulama, sebagai rakyat Indonesia yang mencintai bangsanya, untuk membangun peradaban baru dengan menetapkan berdirinya Republik Indonesia sebagai Negara-Bangsa. Yaitu, Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, sehingga kewajiban mempertahankannya adalah kewajiban Jihad Fi Sabilillah dengan pahala syahid.  

Jihad fi Sabilillah untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan melawan pasukan kolonial inilah yang menjadi esensi Fatwa Resolusi Jihad. Kala itu, para kiai dan pesantrennya memimpin banyak perjuangan bagi kemerdekaan bangsa untuk mengusir para penjajah. Sehingga, bisa disimpulkan Resolusi Jihad merupakan bagian dari cikal bakal berkobarnya semangat para pahlawan untuk berjuang meraih kemerdekaan hingga akhirnya tanggal 10 November ditetapkan sebagai Hari Pahlawan.  

Dari alur sejarah ini, bisa dipahami meski merupakan fatwa dari Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy'ari sebagai Rais Akbar NU waktu itu bersama para ulama Iainnya, Resolusi Jihad menjelma menjadi seruan yang disambut serempak oleh segenap anak bangsa di seluruh Indonesia, dari semua kelompok dan kalangan, terlepas dari perbedaan Iatar belakang apa pun, termasuk perbedaan agama.  

Oleh sebab itu, seperti Hari Nasional Iainnya, Hari Santri adalah peringatan jasa dan keteladanan para pahlawan secara umum, yakni sebagai momentum mengenang KEPAHLAWANAN SEGENAP-BANGSA INDONESIA, bukan hanya satu kelompok tertentu saja; Hari Santri harus benar-benar dipahami, dihayati, dan ditegakkan sebagai HARINYA SELURUH BANGSA INDONESIA TANPA TERKECUALI, untuk mensyukuri “Berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa" yang telah mengaruniakan kepada bangsa ini generasi pahlawan paripurna yang berhasil menyempurnakan kelahiran Bangsa Indonesia sebagai Bangsa Merdeka.  

Meski demikian, Hari Santri tidak boleh dijadikan alasan oleh kelompok mana pun pada generasi saat ini untuk menuntut balas jasa, tidak oleh Nahdlatul Ulama ataupun pesantren. Kenapa? Karena yang berjasa mempertahankan kemerdekaan negara Indonesia bukan generasi masa kini, bukan kita, melainkan para pahlawan agung dari Generasi 1945 lalu. 

Tugas generasi saat ini, meski tidak turut serta berjuang bertaruh nyawa untuk negara dan bangsa Indonesia, namun bisa mensyukuri kemerdekaan dan mengenang jasa para pahlawan dengan membulatkan tekad untuk meneladani perjuangan mereka, sesuai momentum yang dihadapi. 

Selain itu, perlu pula meneladani semangat cinta tanah air dengan terus memupuk rasa nasionalisme. Hal ini dapat dilakukan dengan senantiasa mencintai Tanah Air Indonesia, bangga akan bangsa sendiri—tanpa maksud berpikiran chauvinistik—dan menjaga eksistensi bangsa Indonesia secara bersama-sama tanpa terkecoh dengan politik identitas yang bisa saja merongrong rasa patriotisme generasi bangsa. 

Demikian amanat Hari Santri ini. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

(Teks amanat ini diambil dari situs NU Online dan telah disesuaikan. Teks amanat ini dapat diunduh melalui tautan berikut.)

Teks Amanat Hari Santri

Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas memimpin Upacara Peringatan Hari Santri di Jakarta, Sabtu (22/10/2022).
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas memimpin Upacara Peringatan Hari Santri di Jakarta, Sabtu (22/10/2022). (Foto: Dokumentasi Kemenag)

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Saudara-saudara santri di seluruh Tanah Air yang saya banggakan. Dalam suasana memperingati Hari Santri tanggal 22 Oktober 2023, marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, semoga rahmat, berkah, dan perlindungan-Nya senantiasa menyertai kita semua.

Saudara-saudara sekalian,

Presiden Joko Widodo melalui Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015 telah menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri. Penetapan 22 Oktober merujuk pada tercetusnya "Resolusi Jihad" yang berisi fatwa kewajiban berjihad demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Resolusi Jihad ini kemudian melahirkan peristiwa heroik tanggal 10 Nopember 1945 yang kita peringati sebagai Hari Pahlawan.

Sejak ditetapkan pada tahun 2015, kita pada setiap tahunnya selalu rutin menyelenggarakan peringatan Hari Santri dengan tema yang berbeda. Untuk tahun 2023 ini, peringatan Hari Santri mengangkat tema “Jihad Santri, Jayakan Negeri”.

Tema ini memberi pesan bahwa peringatan Hari Santri tahun ini ingin merayakan semangat dan dedikasi para santri sebagai pahlawan pendidikan dan perjuangan kebodohan. Di zaman yang penuh tantangan dan kompleksitas, jihad tidak lagi merujuk pada pertempuran fisik, melainkan pada perjuangan intelektual yang penuh semangat.

Santri sebagai penjaga terdepan dalam pertempuran melawan ketidakpahaman, kebodohan, dan ketertinggalan. Santri merupakan pejuang ilmu pengetahuan yang tidak kenal Lelah mengejar pengetahuan dan kebijaksanaan sebagai senjata utama mereka.

Dalam tradisi Islam, jihad intelektual adalah cara untuk membela nilai-nilai keadilan, perdamaian, dan pengetahuan. Santri sebagai teladan dalam menjalani jihad ini. Dengan buku sebagai senjata dan pena sebagai tongkat kebijaksanaan, para santri memperdalam ilmu dan menyebarkan cahaya pengetahuan.

Dulu, ketika Indonesia masih dijajah, para santri turun ke medan laga, berperang melawan penjajah. Menggunakan senjata bambu runcing yang terlebih dahulu didoakan Kiai Subchi Parakan Temanggung, mereka tidak gentar melawan musuh.

Di Surabaya, Resolusi Jihad yang digelorakan Kiai Hasyim Asy'ari membakar semangat pemuda-pemuda Surabaya melawan Belanda. Di Semarang, ketika pecah pertempuran lima hari di Semarang, para santri juga turut berada di garda depan perjuangan. Di tempat lainnya sama. Santri selalu terlibat aktif dalam peperangan melawan penjajah.

Pada masa ketika Indonesia sudah memproklamirkan diri sebagai negara yang merdeka, santri juga tidak absen. KH. Wahid Hasyim, ayah KH Abdurrahman Wahid, adalah salah satu santri yang terlibat secara aktif dalam pemerintahan di awal-awal kemerdekaan. Dialah, bersama santri-santri, dan tokoh-tokoh agama lainnya turut memperjuangkan kemaslahatan umat agama-agama di Indonesia.

Hadirin yang dimuliakan Allah,

Pascakemerdekaan Indonesia, santri lebih semangat lagi memenuhi panggilan Ibu Pertiwi. Mereka tidak asyik dengan dirinya sendiri, tetapi terlibat secara aktif di dunia perpolitikan, pendidikan, sosial, ekonomi dan ilmu pengetahuan, selain juga agama.

Catatan-catatan di atas menunjukkan bahwa santri dengan segala kemampuannya bisa menjadi apa saja. Sehingga mengasosiasikan santri hanya dengan bidang ilmu keagamaan saja tidaklah tepat. Santri sekarang telah merambah ke berbagai bidang profesi, memiliki keahlian bermacam-macam, bahkan mereka menjadi pemimpin negara.

Meski bisa menjadi apa saja, santri tidak melupakan tugas utamanya, yaitu menjaga agama itu sendiri. Santri selalu mengedepankan nilai-nilai agama dalam setiap perilakunya. Bagi santri, agama adalah mata air yang selalu mengalirkan inspirasi-inspirasi untuk menjaga dan menjunjung tinggi martabat kemanusiaan.

Menjaga martabat kemanusiaan atau hifdzunnafs adalah salah satu tujuan diturunkannya agama di muka bumi (maqashid al-syariah). Tidak ada satu pun agama yang menyuruh pemeluknya untuk melakukan tindakan yang merusak harkat dan martabat manusia. Sebagai insan yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai agama, santri selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

Santri senantiasa berprinsip bahwa menjaga martabat kemanusiaan adalah esensi ajaran agama. Apalagi di tengah kehidupan Indonesia yang sangat majemuk. Bagi santri, menjaga martabat kemanusiaan juga berarti menjaga Indonesia.

Hadirin yang berbahagia,

Peringatan Hari Santri bukanlah milik santri semata, hari santri adalah milik kita semua, milik semua komponen bangsa yang mencintai tanah air, milik mereka yang memiliki keteguhan dalam menjunjung nilai-nilai kebangsaan. Karena itu, saya mengajak semua masyarakat Indonesia, apapun latar belakangnya, untuk turut serta ikut merayakan Hari Santri. Merayakan dengan cara napak tilas perjuangan santri menjaga martabat kemanusiaan untuk Indonesia.

Santri Indonesia yang saya banggakan,

Melalui momen Upacara Peringatan Hari Santri Tahun 2023 ini, mari kita bersama-sama mendoakan para pahlawan terutama dari kalangan ulama, kiai, santri yang telah syahid di medan perang demi kemaslahatan bangsa dan agama. Semoga arwah para pahlawan bangsa ditempatkan yang terbaik di sisi Allah subhanahu wa ta’ala. Amin.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

(Teks amanat ini merupakan sambutan Menteri Agama pada peringatan Hari Santri 2023 dan telah disesuaikan. Teks amanat ini dapat diunduh melalui tautan berikut.)

Teks Amanat Hari Santri

HSN 2022
Gus Halim saat menjadi Inspektur Upacara peringatan 'Hari Santri Nasional (HSN) Tahun 2022' di Pondok Pesantren Nurul Jadid Probolinggo, Jawa Timur, Sabtu (22/10/2022). (Ist)

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bapak Kepala Sekolah yang saya hormati beserta seluruh jajaran staf sekolahnya

Bapak/Ibu guru yang saya hormati, dan siswa siswi yang selalu saya banggakan.

Marilah kita bersama-sama mengucapkan syukur ke hadirat Allah Swt atas segala rahmat, taufik, dan karunia-Nya yang tak terhitung jumlahnya, sehingga kita dapat berkumpul di pagi ini melaksanakan upacara bendera hari Senin, dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2023.

Tak lupa shalawat serta salam semoga selalu dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw, Nabi akhir zaman yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliyah ke zaman penuh cahaya, sehingga kita terbebas dari masa kebodohan.

Anak-anakku siswa dan siswi yang saya kasihi, di pagi yang cerah ini, saya selaku Pembina Upacara ingin menyampaikan amanat mengenai Hari Santri Nasional 2023 yang mengambil tema 'Jihad Santri Jayakan Negeri'

ada pagi hari ini, kita mengenang semangat para santri dalam menjalani perjalanan ilmu dan agama. Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang dengan tekad bulat belajar, berjuang, dan berkorban demi mencerdaskan diri dan memajukan negeri.

Di masa lalu, para santri adalah salah satu garda terdepan yang berjihad membela kemerdekaan negara ini melawan para penjajah yang ingin kembali menguasai bumi pertiwi iIndonesiani.

Hari Santri diperingati setiap tanggal 22 Oktober, hal ini mengacu kepada peristiwa yang terjadi di , di mana saat itu di masa lalu, negara kita kembali diserang sekutu, saat itulah KH Hasyim Asy'ari mengeluarkan fatwa resolusi jihad.

Seluruh umat Islam saat itu diminta membela tanah air dan mempertahankan kemerdekaan NKRI, tentunya para santri dan para ulama termasuk yang berjuang membela negeri ini.

Semangat jihad yang ada dalam diri santri bukanlah jihad fisik semata, melainkan jihad untuk mencapai ilmu, kebijaksanaan, dan akhlak mulia. Mereka adalah harapan negeri ini.

Dengan semangat jihad yang berkobar, mereka akan menjadi motor penggerak kemajuan dan kedamaian. Meskipun kalian hanya seorang pelajar, namun tetap bagian dari santri juga yang mencari ilmu di sekolahan tempat kalian menimba ilmu.

Santri adalah pemimpin masa depan, dan kita semua harus mendukung mereka dalam perjuangan mereka. Mari bersama-sama memberikan apresiasi dan dorongan kepada para santri untuk terus berjuang demi kebaikan negeri ini. Jadikan semangat jihad dalam diri santri sebagai inspirasi, agar negeri ini semakin jaya dan sejahtera.

Marilah kita bersama-sama menjadikan semangat jihad santri sebagai inspirasi. Mari berupaya untuk membangun negeri ini dengan cinta, integritas, dan semangat persatuan, sebagaimana telah ditunjukkan oleh para santri.

Kalian sebagai pelajar, rajinlah menuntut ilmu, berjuanglah menjadi anak bangsa yang membanggakan, karena hal itu juga bagian dari meneladani para santri di masa lalu yang berjuang untuk kemerdekaan.

Rupanya amanat yang bisa saya sampaikan cukup sekian, mohon maaf atas segala kekurangannya. Selamat Hari Santri. Jihad santri jayakan negeri!

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

(Teks amanat Hari Santri ini dinukil dari nongkrong.co. Teks amanat ini dapat diunduh melalui tautan berikut.)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya