Hukum Mengucapkan Selamat Natal dalam Islam, Penjelasan Buya Yahya

Hukum mengucapkan selamat Natal dalam Islam selalu menjadi pertanyaan setiap tahunnya. Ulama kharismatik KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya pernah mendapat pertanyaan tentang hal tersebut.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 25 Des 2023, 18:30 WIB
Diterbitkan 25 Des 2023, 18:30 WIB
Buya Yahya
Buya Yahya menjelaskan hukum mengucapkan selamat Natal dalam Islam. (Foto: Dok. Instagram @buyayahya_albahjah)

Liputan6.com, Jakarta - Hukum mengucapkan selamat Natal dalam Islam selalu menjadi pertanyaan setiap tahunnya. Ulama kharismatik KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya pernah mendapat pertanyaan tentang hal tersebut. 

“Apa hukum mengucapkan selamat Natal?” tanya seorang jemaah seperti dilihat dari tayangan YouTube Al Bahjah TV, Ahad (24/12/2023).

Sebelum menjawab hukum mengucapkan selamat Natal, Buya Yahya mengajak jemaahnya untuk memahami makna toleransi. Menurut Buya Yahya, sebenarnya dalam Islam tidak mengenal toleransi, yang ada adalah kewajiban.

“Kalimat toleransi itu begini sebetulnya, ‘Anda sebetulnya gak boleh masuk ke sini karena Anda bukan pegawai sini. Ya karena satu hal jadi boleh.’ Enak gak? Gak enak. Itu toleransi, itu sebetulnya Anda gak boleh masuk karena satu hal jadi boleh,” kata Buya Yahya.

“Tapi dalam islam gak ada toleransi, adanya kewajiban. Misalnya, tetangga sakit kita wajib ngasih bukan irama toleransi. Tetangga Nasrani yang sakit wajib kita kasih makan, kita kasih obat. Kalau tetangga Nasrani lapar kita wajib ngasih makanan,” tutur Buya Yahya mencontohkan.

“Jadi bukan toleransi (tapi) kewajiban. Yang ada dalam islam lebih tinggi (derajatnya) dari toleransi, tapi kewajiban,” sambungnya.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Makna Toleransi

Buya Yahya. (Foto: Dok. Instagram @buyayahya_albahjah)
Buya Yahya. (Foto: Dok. Instagram @buyayahya_albahjah)

Namun, kata Buya Yahya, banyak orang yang sudah menggunakan istilah toleransi. Istilah toleransi juga berlaku di Indonesia untuk merujuk sikap toleran terhadap perbedaan.

Menurut Buya Yahya, toleransi bukanlah sesuatu yang memaksa. Oleh karena itu, penting bagi setiap orang memaknai toleransi dengan baik.

“Toleransi itu jangan paksa orang lain untuk ikuti kamu, itulah toleransi. Kita harus paham makna toleransi. Jadi gara-gara salah memaknai toleransi, salah (juga) dalam penerapannya,” ujarnya.

Buya Yahya mencontohkan, ketika seorang Muslim mengadakan acara hari raya Idulfitri, maka Muslim tersebut jangan memaksakan karyawan lain yang Nasrani untuk mengucapkan hariraya atau memberi bingkisan. Contoh lainnya, memaksa Nasrani ikut pengajian karena kerja di wilayah Muslim.

“Jadi toleransi itu jangan dipaksa dia untuk ikut. Dan ingat, Anda pun gak boleh maksa kaum minoritas ikuti Anda dalam urusan keagamaan,” katanya.

Buya Yahya mengatakan, seorang Muslim tidak perlu kecewa apabila tetangga Nasrani tidak mengucapkan selamat untuk hari-hari besar dalam Islam. Muslim juga tidak boleh memaksa dia untuk mengucapkan selamat dan mengikuti acaranya.

“Begitu juga apalagi di sini kaum mayoritas. Jangan paksa orang Islam mengucapkan selamat Natal, kalau Anda paksa berarti tidak ngerti toleransi. Ini kan urusan agama saya,” imbuh Buya Yahya.

Arti Mengucapkan Selamat Natal

Buya Yahya. (Foto: Dok. Instagram @buyayahya_albahjah)
Buya Yahya. (Foto: Dok. Instagram @buyayahya_albahjah)

Buya Yahya lantas menjelaskan arti mengucapkan selamat Natal. Menurutnya, selamat Natal adalah selamat atas kelahiran Yesus yang dianggap Tuhan oleh umat Kristiani.

“Kalau seandainya orang Nasrani dia punya fatwa bahwa haram bagi kita ikut-ikutan mengucapkan selamat Maulid Nabi SAW kita hargai, memang itu bukan nabimu kok. Anda sah-sah saja wahai orang Nasrani,” jelas Buya Yahya.

“Mestinya juga di balik. Di saat ada seorang Islam berfatwa bahwasanya haram mengucapkan selamat Natal, ya jangan pusing, memang nabi Isya bukan Tuhan saya kok,” tambah Buya Yahya.

Buya Yahya melanjutkan, bagi orang yang mengatakan haram mengucapkan selamat Natal tidak akan dipermasalahkan oleh orang Nasrani. Hal ini juga dialami oleh Buya Yahya yang memiliki sahabat Nasrani.

“Saya punya kawan Nasrani, sahabat Nasrani, tidak pernah mempermasalahkan di saat saya tidak mengucapkan selamat Natal. Yang mempermasalahkan kalangan ustadz-ustadz yang lagi ‘ngantuk’ dia,” kata Buya Yahya.

“Kenapa dipermasalahkan? Gak boleh mempermasalahkan. Kalau ada orang mengatakan haram karena memang saya tidak punya keyakinan, sederhana sebetulnya,” sambungnya.

Fatwa Haram Mengucapkan Selamat Natal Sudah Lama

Buya Yahya. (Foto: Dok. Instagram @buyayahya_albahjah)
Buya Yahya. (Foto: Dok. Instagram @buyayahya_albahjah)

Buya Yahya mengatakan, fatwa haram mengucapkan selamat Natal sudah sejak dulu dan tidak ada masalah. Pengharaman juga berlaku bagi orang Islam yang mengganggu acara Natalan orang Nasrani.

“Kita tidak diperkenankan mengucapkan selamat natal kepada orang Nasrani karena ini ada hubungannya dengan keyakinan mereka. Tapi ingat kita tidak boleh mencaci dan tidak boleh menghalangi orang Nasrani merayakan natal. Seperti halnya Anda pun tidak boleh melarang mereka masuk gereja. Nabi Muhammad Saw melarang kita mengganggu mereka,” pungkas Buya Yahya dikutip dari pustakaalbahjah.com.

Berdasarkan penjelasan Buya Yahya, hukum mengucapkan selamat Natal dalam Islam diharamkan. Meski demikian, umat Islam tidak boleh mengganggu acara Natalan umat Kristiani. Wallahu a’lam. 

 
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya