Liputan6.com, Jakarta - Planet Uranus pertama kali ditemukan oleh astronom Inggris kelahiran Jerman William Herschel pada 1781. Uranus merupakan planet pertama yang ditemukan dengan bantuan teleskop.
Selama bertahun-tahun, Uranus dikenal sebagai "planet sepi" yang jarang menarik perhatian. Berada jauh di ujung tata surya, planet ini tampil polos berwarna biru kehijauan dengan permukaan yang tampak halus dan tenang.
Planet Uranus tampak seperti bola biliar raksasa berwarna teal, tanpa awan dramatis seperti Jupiter atau badai merah ikonik seperti di Saturnus saat Voyager 2 melewatinya pada 1986.
Advertisement
Baca Juga
Namun, kesan Uranus yang sepi dan tenang akan berubah drastis. Hasil pengamatan dari Teleskop Luar Angkasa Hubble selama 20 tahun terakhir mengungkapkan sisi Uranus yang jauh lebih rumit dan mengejutkan.
Kini, para ilmuwan melihat planet ini sebagai dunia yang penuh dinamika atmosfer, kabut yang berubah-ubah, distribusi gas yang tidak merata, dan musim ekstrem yang berlangsung selama puluhan tahun. Dikutip dari Earth pada Selasa (15/04/2025), para ilmuwan memanfaatkan teknologi Space Telescope Imaging Spectrograph (STIS) milik Hubble sejak 2002.
Mereka mengamati perubahan tampilan Uranus dari waktu ke waktu. Tim peneliti menyadari bahwa pantulan cahaya matahari mempengaruhi tampilan atmosfer planet, terutama karena posisi Uranus yang miring ekstrem sekitar 98 derajat dari tegak lurus.
Efek kemiringan ini sangat mencolok, satu kutub Uranus dapat mengalami 42 tahun siang terus-menerus, lalu berganti 42 tahun malam tanpa henti. Seiring kutub utara Uranus memasuki musim terang, citra Hubble menunjukkan bahwa area ini menjadi semakin terang dan reflektif.
Sebaliknya, kutub selatan yang menjauh dari cahaya matahari menjadi lebih gelap dan dingin. Kabut tebal yang terlihat di kutub utara juga tampaknya terbentuk akibat peningkatan cahaya Matahari.
Sebagian besar warna khas Uranus berasal dari gas metana yang memantulkan cahaya biru-hijau dan menyerap cahaya merah di atmosfernya. Namun, metana di Uranus tidak tersebar secara merata.
Di kutub, gas ini sangat langka, sementara di daerah khatulistiwa dan lintang menengah, jumlahnya jauh lebih banyak. Pengamatan ini menunjukkan bahwa ada sirkulasi atmosfer kompleks di Uranus.
Â
Gas Metana
Gas metana kemungkinan besar naik ke atas di beberapa tempat, lalu turun dan tersapu bersih di daerah kutub. Akibatnya, lapisan atmosfer yang terlihat oleh teleskop berbeda-beda tergantung lokasi dan musimnya.
Citra-citra berwarna dari Hubble juga mengungkap detail-detail menarik yang tidak terlihat oleh mata manusia. Ilmuwan bisa melihat dengan jelas di mana metana hadir, di mana metana menghilang, dan bagaimana pola ini berubah seiring waktu dan rotasi planet.
Musim di Uranus dapat berlangsung lebih dari dua dekade. Karena itu, misi pengamatan jangka panjang seperti Hubble sangat penting untuk memahami pola iklim planet ini.
Data dari Hubble memperlihatkan transisi musim semi menuju musim panas di belahan utara Uranus pada 2002 hingga 2022. Diperkirakan, musim panas di Uranus mencapai puncaknya pada 2030.
Selama periode ini, kutub utara menjadi semakin terang, menunjukkan peningkatan kabut yang mungkin terbentuk akibat lebih banyak cahaya Matahari. Sementara itu, kutub selatan perlahan tenggelam ke dalam bayang-bayang panjang malam musim dingin.
Â
Advertisement
Lama 1 Hari di Uranus
Baru-baru ini para ilmuwan memperbarui hitungan berapa lama satu hari di Uranus. Menurut hasil dari penelitian terbaru, satu hari di Uranus ternyata sekitar setengah menit lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya.
Hal ini merupakan sebuah temuan penting yang dapat berdampak pada pemahaman kita tentang dinamika rotasi planet es raksasa ini. Melansir laman Live Science pada Selasa (15/04/2025), data terbaru ini diperoleh dari analisis pengamatan selama lebih dari satu dekade.
Teleskop Luar Angkasa Hubble, yang secara rutin mengamati objek-objek di tata surya dan alam semesta, digunakan untuk memantau aurora di kutub magnetik Uranus. Hasilnya menunjukkan bahwa satu hari di Uranus berlangsung selama 17 jam, 14 menit, dan 52 detik.
Perhitungan terbaru ini menghasilkan data bahwa Uranus berputar 28 detik lebih lama dari estimasi sebelumnya yang dibuat oleh wahana antariksa Voyager 2 pada 1986. Penelitian ini memberikan fondasi baru dalam sistem koordinat Uranus, yang selama ini mengalami ketidakakuratan akibat ketidakpastian dalam pengukuran rotasi planet.
Voyager 2, yang merupakan satu-satunya wahana antariksa yang pernah mengunjungi Uranus secara langsung. Pada 1986, wahana antariksa ini memperkirakan durasi rotasi Uranus berdasarkan pengamatan sinyal radio dari aurora dan data medan magnet yang dikumpulkannya.
Saat itu, satu hari di Uranus diperkirakan berlangsung 17 jam, 14 menit, dan 24 detik. Namun, pengukuran tersebut memiliki margin kesalahan sebesar 36 detik.
(Tifani)
