Bolehkah Muslim Merayakan Hari Valentine 2024? Ini Hukumnya Menurut Muhammadiyah, NU dan MUI

Pembahasan Hari Valentine menarik untuk diulas dalam perspektif Islam. Simak berkut penjelasan Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang hukum merayakan Hari Valentine.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 14 Feb 2024, 02:00 WIB
Diterbitkan 14 Feb 2024, 02:00 WIB
Ilustrasi Hadiah Hari Valentine
Ilustrasi hadiah Hari Valentine. (dok. Pixabay.com/waichi2021)

Liputan6.com, Jakarta - Selain hari pencoblosan Pemilu 2024, Rabu 14 Februari 2024 juga bertepatan Hari Valentine atau Valentine Day. Hari Valentine dikenal dengan hari kasih sayang. 

Hari Valentine biasanya dirayakan dengan memberikan cokelat, kado, atau sekadar mengucapkan ke orang tersayangnya. Sebagian besar yang merayakan hari kasih sayang ini adalah kawula muda.

Namun begitu, perayaan Hari Valentine sebagai hari kasih sayang menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat. Sebagian menganggap sejatinya hari kasih sayang itu senantiasa ada setiap hari. 

Perbedaan pendapat tentang Hari Valentine selalu menjadi bahasan menarik setiap tahunnya. Orang yang mendukung akan merayakan, sementara yang menentang gencar memberikan edukasi agar tidak merayakan hari kasih sayang itu.

Pembahasan Hari Valentine menarik untuk diulas dalam perspektif Islam. Simak berkut penjelasan Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang hukum merayakan Hari Valentine.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan Ini:


Hari Valentine Menurut Muhammadiyah

Ilustrasi cokelat Hari Valentine. (Unsplash/mchebby)
Ilustrasi cokelat Hari Valentine. (Unsplash/mchebby)

Hari Valentine kerap dikaitkan dengan hari kasih sayang. Menukil Muhammadiyah.or.id, Islam tidak mengkhususkan hari dan tanggal tertentu untuk menunjukkan kasih sayang kepada orang yang dikasihani.

Sebaliknya, Islam mewajibkan pemeluknya untuk merayakan hari cinta kasih itu setiap hari dan setiap saat. Islam juga menuntun pemeluknya untuk memulai segala sesuatu dengan kalimat basmalah, bismillahirahmirrahim yang berarti dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang.

Cara merayakannya hari kasih sayang Islam dengan kaum jahiliyah tentu berbeda. Menunjukkan kasih sayang kepada orangtua yang diajarkan Islam dengan menghormati dan memperlakukan orang yang dikasihani dengan baik sebagaimana tuntunan Allah dalam surah Luqman.

Sementara kepada yang lebih muda, kasih sayang itu dapat ditunjukkan dengan cara membimbing mereka agar selalu teguh di jalan Allah dan semakin dekat dengan-Nya.

Islam tidak mengajarkan menunjukkan kasih sayang dengan cara berkasih-kasihan antar anak muda seperti pacaran. Apalagi pacaran itu adalah perbuatan yang dekat dengan dosa zina dan ada peringatan dalam Al-Qur’an surah Al-Isra ayat 32 agar tidak mendekati zina.

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنٰىٓ اِنَّهٗ كَانَ فَاحِشَةً ۗوَسَاۤءَ سَبِيْلًا

Artinya: "Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk."


Hari Valentine Menurut Nahdlatul Ulama

Ilustrasi cinta, Hari Valentine
Ilustrasi cinta, Hari Valentine. (Photo by RODNAE Productions from Pexels)

Melansir laman Keislaman NU, Hari Valentine adalah momentum simbolik pengungkapan kasih sayang oleh masyarakat tertentu. Namun sekarang, Valentine Day seolah milik bersama. Setiap tahunnya ada saja muslim yang turut merayakannya.

Sebaiknya muslim harus berhati-hati jangan sampai salah niat hingga akhirnya terjerumus pada kekufuran ketika merayakan Valentine Day. Dalam kitab Bughyatul Musytarsyidin diterangkan bahwa:

1. Apabila seorang muslim yang mempergunakan perhiasan/asesoris seperti yang digunakan kaum kafir dan terbersit di hatinya kekaguman pada agama mereka dan timbul rasa ingin meniru (gaya) mereka, maka muslim tersebut bisa dianggap kufur. Apalagi jikalau muslim itu sengaja menemani mereka ke tempat peribadatannya. 

2. Apabila dalam hati muslim itu ada keinginan untuk meniru model perayaan mereka, tanpa disertai kekaguman atas agama mereka, hal itu terbilang sebagai dosa.

3. Dan apabila muslim itu meniru gaya mereka tanpa ada maksud apa-apa maka hukumnya makruh.


Hari Valentine Menurut MUI

Ilustrasi ucapan hari Valentine
Ilustrasi ucapan hari Valentine. (Photo by Element5 Digital on Unsplash)

Jika diperhatikan, banyak kalangan muda yang merayakan Valentine Day sampai menjurus kepada kemaksiatan yang dapat dihukumi haram, seperti mengutarakan kasih sayang di tempat sepi dan hanya berduaan dan merayakannya sampai mengganggu ketertiban umum.

Mengutip artikel NU Online yang tayang 13 Februari 2008, Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma’ruf Amin menegaskan bahwa perayaan Valentine Day termasuk haram.

"Kalau dilihat perayaannya, tidak mengelurkan fatwa secara khusus pun, itu sudah haram karena banyak yang pesta-pesta, mabuk-mabukan. Jadi, menurut saya, perayaan tersebut sudah haram," ujar Kiai Ma’ruf.

"Bukan valentine-nya. Namun, cara memperingatinya yang haram karena sudah banyak yang menyimpang," tambahnya.

Dalam fatwa MUI Nomor 3 Tahun 2017, hukum hari Valentine adalah haram. Alasan dari fatwa tersebut adalah karena hari Valentine bukan termasuk dalam tradisi Islam.

Wallahu a'lam.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya