Liputan6.com, Jakarta - Ulama ahli tafsir KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau akrab disapa Gus Baha ternyata pernah menangis di salah satu bandara di Jakarta.
Kisah menangisnya Gus Baha ini cukup viral, dan banyak dibagikan melalui platform media sosial. Salah satunya di short Youtube, di antaranya muncul dalam akun @menikmati halal.
Dalam sebuah pengajian, Gus Baha mengaku dirinya suatu hari pernah nangis ketika di bandara Jakarta karena bertemu orang, yang menurutnya tampilannya orang miskin, bukan orang kaya.
Advertisement
"Saya nangis, di bandara Jakarta, saya bertemu orang wajahnya hitam, jelas orang mlarat itu," kata Gus Baha.
Dalam kisah tersebut orang yang ditemui Gus Baha itu ternyata baru pulang dari Selandia Baru.
Saat bertemu, orang tersebut mencium tangan Gus Baha, serta berkisah jika dirinya baru pulang dari Selandia baru, bekerja ikut kapal jadi tukang mancing ikan tuna.
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Kerja Pria Ini Mancing di Selandia Baru
"Niku ketemu saya cium tangan, cerita 'Gus saya ini habis dari Selandia Baru'," katanya.
"Kerjanya dia itu ikut mancing gitu, mancing ikan tuna di Selandia," tambah Gus Baha.
Laki-laki itu sekali melaut dua bulan lamaya.
"Kalau saya di tengah laut sampai dua bulan," kisah Gus Baha menceritakan kegiatan pria yang ia temui itu.
Kemungkinan bukan itu yang membuat Gus Baha menangis, bagaimanapun ia sering mendengar pelaut yang kerjanya lama baru mendarat.
Satu hal yang membuat ulama ini menangis adalah pengakuannya jika sela orang tersebut tengah di atas laut, di setiap waktu istirahatnya ia gunakan untuk mengaji, dari video-video Gus Baha melalui media sosial
Advertisement
Inilah yang Membuat Gus Baha Menangis
"Hiburan saya itu hanya ngaji njenengan lewat YouTube," kata Gus Baha menirukan kalimat pria yang ia temui di bandara itu. Mendengar kalimat ini sontak Gus Baha menangis.
"Coba orang di tengah laut ngaji, kuwi wis neng pojoke bumi," ujar Gus Baha.
"Ini umat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam," tutpnya.
Seperti diketahui, Gus Baha lahir 29 September 1970, ia merupakan ulama yang berasal dari Rembang. Gus Baha menikah dengan Ning Winda asal Pesantren Sidogiri Pasuruan.
Ia dikenal sebagai salah satu ulama ahli tafsir yang memiliki pengetahuan mendalam seputar Al-Qur'an. Ia merupakan salah satu murid dari ulama kharismatik, Kiai Maimun Zubair.
Gus Baha merupakan putra dari seorang ulama pakar Al-Qur’an dan juga pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA, Kiai Nursalim al-Hafizh, dari Narukan, Kragan, Rembang.
Dari silsilah keluarga ayah, Gus Baha’ merupakan generasi ke-4 ulama-ulama ahli Al-Qur'an. Sedangkan dari silsilah keluarga ibu, Gus Baha menjadi bagian dari keluarga besar ulama Lasem, dari Bani Mbah Abdurrahman Basyeiban atau Mbah Sambu.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
Â