Asa Fitra Kuliah di UIN Gus Dur Pekalongan Kandas karena Tingginya UKT

Fitra Faradilla, siswa SMAN 1 Sigaluh Banjarnegara, yang harus mengubur mimpinya untuk kuliah karena tak mampu membayar biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT) di UIN KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur)

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 19 Mei 2024, 02:37 WIB
Diterbitkan 18 Mei 2024, 05:30 WIB
Fitra Faradilla bersama keluarganya yang bukan dari kalangan berada. (Foto: Heni Purwono untuk Liputan6.com)
Fitra Faradilla bersama keluarganya yang bukan dari kalangan berada. (Foto: Heni Purwono untuk Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Kemiskinan sering kali memicu ketidakpercayaan diri, dan ujungnya menutup peluang-peluang untuk mengubah nasib. Paling tidak hal itulah yang terjadi pada Fitra Faradilla, siswa SMAN 1 Sigaluh Banjarnegara, yang harus mengubur mimpinya untuk kuliah karena tak mampu membayar biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT).

Fitra dinyatakan diterima di S1 Pendidikan Islam Anak Usia Dini Universitas Islam Negeri (UIN) KH Abdurrahman Wahid (UIN Gus Dur) Pekalongan. Namun karena takut dengan biaya kuliah yang tinggi, Fitra tidak mengisi data awal untuk menentukan UKT.

Hal tersebut justru membuatnya terkena UKT, Rp4.700.000. Upayanya dibantu sekolah mengajukan surat banding untuk mendapatkan UKT terendah kandas setelah ditolak oleh Rektor UIN Gus Dur.

Fitra merupakan putri dari Riyoto, supir angkot di Wonosobo. Selama sekolah di SMA, Fitra bebas biaya sebagaimana siswa SMA negeri lainnya. Namun untuk kuliah, Fitra sepertinya tinggal menunggu keajaiban.

“Saya ikhlas kalau tidak bisa kuliah, mungkin nanti ada jalan lain. Orang tua saya juga sepertinya masih ada tanggungan cicilan sehingga tidak berani kalau harus utang-utang lagi,” ungkap Fitra.

Humas SMAN 1 Sigaluh Banjarnegara Heni Purwono mengatakan, pihak sekolah sebenarnya sudah berusaha membantu Fitra. SMAN 1 Sigaluh telah menyurati rektor untuk meminta keringanan UKT, namun ternyata ditolak.

 

Simak Video Pilihan Ini:

KIP Kuliah?

“Kalau saja ada pengurangan biaya UKT dari UIN Gus Dur, katakanlah Fitra mendapat UKT Rp500 ribu atau Rp 1 juta saja, sekolah pasti akan membantu. Kita bahkan pernah membantu anak yang ke UNY sampai Rp2 juta beberapa tahun lalu. Karena nanti kan juga kita harus membantu untuk biaya kost dan lain-lain. Jadi sangat berat kalau UKT-nya Rp4,7 juta,” jelas Heni.

Itupun, tambah Heni, belum tentu menjadi solusi permanen, karena belum tentu Fitra ke depan memperoleh biaya KIP KUliah.

“Fitra kan sebenarnya mendaftar dengan KIP Kuliah, namun karena di UIN sistemnya KIP Kuliah bisa diakses setelah siswa menjalani kuliah, sehingga di semester satu ya tetap bayar UKT. Saya rasa ya solusi permanennya Fitra ke depan harus mendapatkan KIP Kuliah melihat kondisi ekonomi keluarganya,” jelas Heni.

Heni berharap ada kebijakan diskresi dari Rektor UIN Gus Dur untuk memberikan Fitra UKT terendah di semester 1.

“Kami sih masih berharap Rektor UIN Gus Dur memberikan keringanan meskipun sudah ada surat penolakan. Saya yakin kampus ini sama seperti Gus Dur yang menjunjung tinggi inklusivitas, memberikan kesempatan kepada semua warga negara untuk bisa berkuliah, termasuk bagi warga yang kurang mampu seperti Fitra. Karena di DTKS, keluarga Fitra ada di Desil 2, kriteria nomor 2 paling miskin,” harap Heni.

Penulis: Heni Purwono

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya