Ngaji di Tengah Pasar: Ketika Musik, Doa, dan Cinta Berpadu di Sido Agung

Pengajian semacam ini menjadi oase spiritual, sekaligus pengingat bahwa agama bisa hadir dengan cara yang menyejukkan, merangkul, dan penuh cinta. Dan mungkin, dari sebuah pasar yang ramai, pesan-pesan kebaikan itu bisa mengalir jauh ke hati-hati yang rindu kedamaian

oleh Liputan6.com Diperbarui 12 Apr 2025, 14:30 WIB
Diterbitkan 12 Apr 2025, 14:30 WIB
pembicara Majelis Rasan-rasan
Di tengah riuhnya Pasar Sido Agung, Desa Kincang, Kecamatan Rakit, Banjarnegara, sebuah kegiatan pengajian menghadirkan suasana yang tak biasa. Majelis bertajuk 'Rasan-rasan' ini hadir setiap bulan sejak Januari 2025... Selengkapnya

Liputan6.com, Banjarnegara - Di tengah riuhnya Pasar Sido Agung, Desa Kincang, Kecamatan Rakit, Banjarnegara, sebuah kegiatan pengajian menghadirkan suasana yang tak biasa. Majelis bertajuk 'Rasan-rasan' ini hadir setiap bulan sejak Januari 2025, menjadi ruang spiritual yang menyatukan musik, doa, cinta, dan renungan dalam satu panggung yang sederhana, tapi menggugah hati.

Malam itu, Senin (7/4/2025), suasana pasar yang biasanya dipenuhi hiruk-pikuk transaksi, berubah menjadi tempat berkumpulnya ratusan orang yang larut dalam alunan musik dan dzikir. Acara dibuka oleh penampilan Kha Jie Rock Band, kelompok musik yang terbentuk di lingkungan Pondok Pesantren Alif Baa, asuhan KH Khayatul Maki atau yang akrab disapa Gus Khayat.

Dengan aransemen unik yang memadukan nuansa rock dan pesan religius, band ini menyanyikan lagu-lagu populer seperti "Bento" dari Iwan Fals dan "Cintaku Bertepuk Sebelah Tangan" dari Dewa 19, namun dengan sentuhan penghayatan yang dalam. Musik yang mengalun seolah menjadi media untuk merefleksikan perjalanan batin, membuat penonton tak hanya menikmati, tapi juga merenung.

Ketika "Kucari Jalan Terbaik" dinyanyikan, hujan gerimis mulai turun. Namun suasana justru semakin syahdu. Lagu itu, yang sarat makna pencarian jati diri, menyatu dengan rintik hujan dan membawa para jamaah dalam perenungan yang tenang dan dalam.

Lagu demi lagu dibawakan bukan untuk hiburan semata, tapi sebagai medium menyampaikan nilai-nilai cinta, doa, dan harapan. Lagu "Cinta Terbaik" menjadi momen yang tak terlupakan malam itu, seluruh jamaah, tua maupun muda, larut dalam nyanyian bersama yang dipimpin oleh vokalis perempuan dengan suara lembut namun penuh semangat.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Uniknya Majelis Rasan-Rasan

masjelis rasan-rasan 2
Di tengah riuhnya Pasar Sido Agung, Desa Kincang, Kecamatan Rakit, Banjarnegara, sebuah kegiatan pengajian menghadirkan suasana yang tak biasa. Majelis bertajuk 'Rasan-rasan' ini hadir setiap bulan sejak Januari 2025, menjadi ruang spiritual yang menyatukan musik, doa, cinta, dan renungan dalam satu panggung yang sederhana, tapi menggugah hati. (Nugroho Purbo)... Selengkapnya

Di balik penampilan musik, lantunan hadroh menambah kekhusyukan. Anak-anak membacakan doa-doa dan sholawat, ditujukan untuk para santri dan generasi penerus yang rajin mengaji. Doa mereka, tulus dan penuh harap, menjadi pengingat bahwa masa depan agama dan bangsa bertumpu pada anak-anak yang mencintai ilmu dan petunjuk agama.

Salah satu keunikan Majelis Rasan-Rasan adalah interaksi dua arah antara jamaah dan narasumber. Tidak seperti pengajian pada umumnya yang berjalan satu arah, di sini para peserta bebas bertanya, bahkan menyampaikan keluh kesah sehari-hari.

Malam itu hadir tiga narasumber dari Banjarnegara: KH Khayatul Maki (Gus Khayat), Kiai Abdul Basyir, dan Kiai Abdul Wahid. Dari sekian banyak pertanyaan yang diajukan jamaah, satu pertanyaan mencuat dan mengundang senyum  "Apakah ada doa agar bisa jadi orang kaya?"

Gus Khayat menjawab dengan tenang dan jelas. Ia menyebutkan wirid yang bisa diamalkan dengan niat dan kadar kebutuhan masing-masing. Jika hanya untuk keperluan harian, bisa dibaca dalam jumlah yang cukup. Jika untuk rezeki lebih luas, bisa ditambah sesuai ikhtiar.

Wirid tersebut berbunyi:“Yā Ghaniyyu yā Hamīd, yā Mubdi’u yā Mu‘īd, yā Rahīmu yā Wadūd. Aghnini bi ḥalālika ‘an ḥarāmik, wa bifaḍlika ‘amman siwāk.”Yang artinya: "Wahai Tuhanku Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji, Yang Maha Memulai dan Mengembalikan, Yang Maha Penyayang lagi Maha Pengasih, cukupkan aku dengan rezeki halal-Mu, dan jauhkan aku dari yang haram. Cukupkan aku dengan karunia-Mu, dan bukan dari selain-Mu."

Pertanyaan terus mengalir malam itu, dan dijawab dengan bijak oleh para narasumber, menciptakan suasana diskusi yang hangat dan penuh solusi. Suatu bentuk pengajian yang benar-benar mendengarkan umatnya.

Oase Spiritual di Tengah Pasar

majelis rasan-rasan 3
Penampilan Kha Jie Rock Band, kelompok musik yang terbentuk di lingkungan Pondok Pesantren Alif Baa, asuhan KH Khayatul Maki atau yang akrab disapa Gus Khayat. (Nugroho Purbo)... Selengkapnya

Dalam ceramah singkatnya, Gus Khayat menegaskan bahwa Islam adalah agama kasih sayang, yang hadir sebagai rahmat bagi seluruh alam. Bukan dengan ancaman atau tekanan, melainkan dengan cinta, pengertian, dan kedamaian.

Konsep Rasan-Rasan dirancang untuk mendekatkan agama kepada masyarakat dengan pendekatan yang lebih luwes. Jamaah dipersilakan berbicara, bertanya, dan menyampaikan keresahan hati mereka. Semua ini menjadi bagian dari proses tawasul — saling mendoakan dan saling menguatkan dalam bingkai kasih.

Pendekatan Gus Khayat mengingatkan pada warisan para wali tanah Jawa seperti Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang, yang menyebarkan Islam dengan pendekatan seni, budaya, dan keteduhan. Lewat rengeng-rengeng atau lirihnya suara hati, umat diajak untuk lebih dekat kepada Allah, dengan cara yang lembut dan menyentuh.

Acara malam itu berhasil menyatukan masyarakat dari berbagai usia dan latar belakang dalam satu ruang kebersamaan. Di tengah pasar, mereka menemukan kembali kedekatan dengan Tuhan dan sesama.

Pengajian semacam ini menjadi oase spiritual, sekaligus pengingat bahwa agama bisa hadir dengan cara yang menyejukkan, merangkul, dan penuh cinta. Dan mungkin, dari sebuah pasar yang ramai, pesan-pesan kebaikan itu bisa mengalir jauh ke hati-hati yang rindu kedamaian.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya