Bolehkah Puasa Asyura tapi Tidak Puasa Tasu’a? Ini Kata Buya Yahya

Puasa Tasu’a dan Asyura adalah amalan yang saling melengkapi. Pertanyaannya, apakah boleh puasa Asyura tapi tidak puasa Tasu’a? Simak berikut penjelasan Buya Yahya.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 11 Jul 2024, 12:30 WIB
Diterbitkan 11 Jul 2024, 12:30 WIB
buya yahya 222
Buya Yahya (TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Puasa Tasu’a dan Asyura menjadi amalan sunnah yang dapat dilakukan muslim pada bulan Muharram. Puasa Tasu’a dilaksanakan pada 9 Muharram, sedangkan Asyura pada 10 Muharram.

Puasa Tasu’a dan Asyura adalah amalan yang saling melengkapi. Keduanya dilakukan secara berurutan agar mendapat keutamaannya.

Sebagaimana kata Rasulullah SAW, jika melaksanakan puasa Asyura, sebaiknya juga puasa sehari setelah atau sebelumnya agar tidak menyerupai orang Yahudi.

“Puasalah kalian pada hari Asyura dan bedakan dengan kaum Yahudi, puasalah kalian sehari sebelum atau sesudahnya.” (HR Ahmad)

Pertanyaannya, apakah boleh puasa Asyura tapi tidak puasa Tasu’a? Simak berikut penjelasan Pengasuh LPD Al Bahjah, KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan Ini:


Penjelasan Buya Yahya

Pengasuh LPD Al Bahjah KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya
Pengasuh LPD Al Bahjah KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya. (Tangkap layar YouTube Al Bahjah TV)

Buya Yahya menjelaskan, puasa yang paling utama di bulan Muharram adalah puasa Asyura yang dikerjakan pada 10 Muharram. Keutamaan menjalankan puasa ini adalah dapat menjadi pelebur dosa setahun yang lalu.

Sebelum puasa Asyura, umat Islam juga disunnahkan melaksanakan puasa Tasu’a pada tanggal 9 Muharram. Puasa ini dilakukan agar berbeda dari puasanya orang Yahudi pada 10 Muharram, tepat di hari Asyura.

Buya Yahya mengutip suatu riwayat bahwa Nabi Muhammad SAW pernah berkata, “Kalau aku hidup tahun depan, aku akan puasa tanggal 9 (Muharram).” Namun, nabi tidak sempat berpuasa tanggal 9 karena nabi sudah wafat waktu itu.

“Tapi, nabi pernah berkeinginan untuk berpuasa tanggal 9 (Muharram), maka ulama mengatakan sunnah memberikan mukaddimah tanggal 9 untuk kesempurnaan tanggal 10 (Muharram) nanti. Jadi, agar berbeda dengan orang Yahudi karena orang Yahudi dahulu berpuasa di tanggal 10,” jelasnya dikutip dari YouTube Buya Yahya, Rabu (10/7/2024).


Tetap Puasa Asyura

KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya
Pengasuh LPD Al Bahjah, KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya. (Foto: staialbahjah.ac.id)

Buya Yahya mengatakan, bagi muslim yang terlanjur tidak puasa pada hari Tasu’a, maka tetap berpuasa di hari Asyura. Jangan gara-gara tidak berpuasa tanggal 9 Muharram, lalu tidak berpuasa tanggal 10 Muharram. 

“Kalau Anda tidak berpuasa tanggal 9 (Muharram), besok puasa pun puasa lah. Kemudian jika Anda ingin naik pangkat, tambah tanggal 11 kalau memang Anda tidak sempat tanggal 9,” tutur Buya Yahya.

“Tapi ingat, tanggal 11 (Muharram) pun sunnah. Bukan sesuatu yang wajib. Setelah tanggal 10 Anda berpuasa, puasa lah tanggal 11 kalau bisa agar berbeda dengan orang Yahudi,” jelasnya.

Setelah berpuasa tanggal 10 dan 11 Muharram, muslim dapat menyempurnakan dengan mengerjakan puasa di hari lain yang pasti masih bulan Muharram, sehingga bisa melaksanakan puasa tiga hari di bulan Muharram.

“Di antara satu bulan (Muharram) yang paling istimewa adalah tanggal 10, ditambah 9, ditambah 11. Kalau bisa tiga, Anda akan mendapat pahala puasa 10 Muharram, 9 Muharram agar berbeda dengan Yahudi, dan 11 Muharram untuk menyempurnakan agar kita termasuk orang yang berpuasa dalam satu bulan tiga hari,” kata Buya Yahya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya