Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat Indonesia begitu suka cita merayakan hari kemerdekaannya yang ke-79 tahun pada Sabtu, (17/8/2024). Peringatan HUT ke-79 RI digelar meriah dan penuh makna di berbagai daerah, dari pelosok hingga pusat kota.
Peringatan HUT RI adalah momentum untuk kembali meningkatkan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah mengaruniakan kemerdekaan untuk masyarakat Indonesia. Sebab, kemerdekaan yang diraih tidak lepas dari campur tangan-Nya.
Selain itu, hari kemerdekaan juga mengingatkan pada perjuangan para pahlawan yang pantang menyerah. Bahkan, mereka rela kehilangan orang-orang tersayangnya agar generasi penerusnya tak lagi merasakan kejamnya masa penjajahan.
Advertisement
Baca Juga
Kisah Bung Karno Sowan ke Mbah Kholil Bangkalan sebelum Proklamasi Kemerdekaan RI, Didoakan hingga Kepalanya Diusap
Bung Karno dan Fatmawati, Kisah Cinta Sejoli Aktivis Muhammadiyah-Aisyiyah Pengawal Kemerdekaan
5 Habib Pejuang Kemerdekaan RI, Pencipta Lagu Hari Merdeka hingga Perancang Lambang Garuda
Ada begitu banyak pejuang kemerdekaan, baik yang tercatat sebagai pahlawan nasional maupun tidak. Di antara pejuang kemerdekaan adalah dari kalangan pesantren seperti kiai dan santri.
Ulama asal Bangkalan, Syaikhona Kholil adalah salah satu kiai yang melahirkan santri pejuang kemerdekaan. Mengutip situs resmi Pesantren Syaichona Moh. Cholil, berikut santri-santri Mbah Kholil Bangkalan dan peranannya dalam mengawal kemerdekaan RI.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Santri Mbah Kholil Pejuang Kemerdekaan
1. KH Hasyim Asy'ari
Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari merupakan seorang ulama sekaligus pejuang kemerdekaan Republik Indonesia. Ia juga salah satu pahlawan nasional dari kalangan ulama.
Saat masa perjuangan, Mbah Hasyim mengeluarkan fatwa Resolusi Jihad. Resolusi Jihad merupakan gerakan bagi para ulama dan santri di berbagai penjuru Tanah Air yang mewajibkan setiap muslim membela dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dari serangan penjajah.
2. KH Zainul Arifin Pohan
KH Zainul Arifin dikenal sebagai ulama, polisi, dan pejuang 1945. Ia pernah menjadi panglima tentara militer Hizbullah Masyumi.
Kemudian pasca proklamasi kemerdekaan ia bertugas mewakili partai Masyumi di Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP), cikal bakal DPR-MPR, sambil terus memegang tampuk pimpinan Hizbullah yang sudah menjelma menjadi pasukan bersenjata.
Selama masa revolusi, ia mengikuti sidang-sidang BP KNIP yang berpindah-pindah tempat karena kegawatan situasi. Ia pernah memimpin gerakan-gerakan gerilya Laskar Hizbullah di Jawa Tengah dan Jawa Timur selama Agresi Militer I dan II. Hingga akhirnya diangkat menjadi pahlawan kemerdekaan nasional pada 4 maret 1963.
Advertisement
Santri Mbah Kholil Pejuang Kemerdekaan
3. KH Abdul Wahab Hasbullah
KH Abdul Wahab Hasbullah termasuk pejuang kemerdekaan Republik Indonesia yang diangkat sebagai pahlawan nasional. Ia pernah menjadi Panglima Laskar Mujahidin (Hizbullah) ketika melawan penjajah Jepang. Ia juga tercatat sebagai anggota DPA bersama Ki Hajar Dewantara.
4. Ir. Soekarno
Soekarno adalah sang proklamator kemerdekaan Indonesia. Ia menjadi Presiden Republik Indonesia pertama yang didampingi Moh. Hatta sebagai wakilnya.
Jasa-jasa Bung Karno dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Ia merupakan tokoh intelektual kharismatik yang terlibat dalam peristiwa-peristiwa penting pergerakan nasional.
Dengan orasi-orasinya Soekarno berhasil membangkitkan semangat juang rakyat Indonesia untuk terbebas dari penjajahan. Karena itulah Bung Karno mendapat julukan ‘Singa Podium’.
Menurut penuturan KH. R. As’ad Syamsul Arifin, meskipun Bung Karno bukan resmi sebagai murid, namun ketika Bung Karno sowan ke Bangkalan, Syaikhona Kholil memegang kepala presiden pertama itu sambil meniupkan ubun-ubunnya.
5. KH Romli Tamim
KH Romli Tamim termasuk seorang santri Syaikhona Kholil yang jadi pejuang kemerdekaan Indonesia. Anugerah karomah yang Allah SWT berikan ia gunakan untuk melawan penjajah.
Salah satu karomah KH Muhammad Romli Tamim yang banyak diriwayatkan oleh para kiai di antaranya adalah saat berkecamuknya perang melawan sekutu yang diboncengi NICA pada bulan November 1945.
Alkisah, di zaman pertempuran melawan sekutu berkecamuk kembali di Tanah Air, tepatnya pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, beliau menggerakkan santri-santri untuk maju perang di barisan komando KH Hasyim Asy’ari, yang juga guru sekaligus mertua beliau.
Beliau sendiri turut terjun ke medan tempur saat itu. Sebelumnya para santri diberi minuman dan dibekali kepalan-kepalan tanah liat yang telah diasma’i.
Konon, setiap kepalan tanah liat itu dilemparkan akan bereaksi seperti bom yang meluluhlantakkan musuh. Kemenangan pun berhasil diraih para pejuang Hizbullah kala itu.
Selain nama-nama di atas, tentunya masih banyak lagi santri Syaikhona Kholil yang menjadi pejuang kemerdekaan. Semoga dengan ini dapat meningkatkan semangat untuk berkontribusi terhadap bangsa terutama para santri yang menimba ilmu agama di pesantren.