Liputan6.com, Jakarta - Rezeki adalah karunia dari Allah kepada makhluk ciptaan-Nya. Tidak hanya manusia, hewan melata pun diberikan rezeki oleh-Nya. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an,
Artinya: “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh)." [Q.S. Hud: 6).
Ulama kharismatik Nahdlatul Ulama KH Ahmad Bahaudin Nursalim alias Gus Baha dalam salah satu kajiannya menerangkan tentang cara menyikapi rezeki dalam pandangan Islam.
Advertisement
Baca Juga
"Faktanya hewan itu makan, orang miskin makan, maling, makan, pencopet, makan. Dari segi rezeki itu, semuanya makan. Pencopet makannya hasil dari nyopet, orang sholeh dari kesholehannya," kata Gus Baha dikutip dari YouTube Madrasah Aswaja, Senin (28/10/2024).
Artinya, pada dasarnya semua makhluk selama masih hidup pasti diberikan rezeki oleh Allah. Tidak perlu lagi mengkhawatirkan atas rezekinya.
Saksikan Vidio Pilihan Ini:
Menafakuri Rezeki
Menurut Gus Baha, muslim yang baik adalah yang menafakuri rezeki yang telah diberikan oleh Allah.
"Ya Allah saya sangat bersyukur, karena rezeki saya bukan dari perkara haram," ujar Gus Baha mencontohkan.
Mengapa penting menafakuri rezeki yang telah dikaruniakan Allah? Jika seorang muslim tidak pernah menafakuri nikmatnya, maka kata Gus Baha, siklus pencarian rezekinya hanya sekadar urusan duniawi.
"Semisal begini, dia punya tabungan 40 juta lebih dan masih pengen punya lebih. Jadi, dunia untuk menambah dunia, menambah dunia (dan seterusnya)," ujar Gus Baha.
Gus Baha menggambarkan dalam urusan makanan. Ia mengutip salah satu ayat Al-Qur'an.
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكُمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوٰى(٨٠) كُلُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا رَزَقْنٰكُمْۙ وَلَا تَطْغَوْا فِيْهِ فَيَحِلَّ عَلَيْكُمْ غَضَبِيْۚ وَمَنْ يَّحْلِلْ عَلَيْهِ غَضَبِيْ فَقَدْ هَوٰى (٨١ )
Artinya: " ... dan (kami) menurunkan kepadamu manna dan salwa. Makanlah sebagian yang baik-baik dari rezeki yang telah Kami anugerahkan kepadamu. Janganlah melampaui batas yang menyebabkan kemurkaan-Ku akan menimpamu. Siapa yang ditimpa kemurkaan-Ku, maka sungguh binasalah dia." [QS Thaha: 80-81].
"Urusan makanan, kalian ini sudah Aku (Allah) beri rezeki makan. Makanlah yang baik. Namun jangan tersesat karena makanan, nanti kemurkaan-Ku akan menimpamu," jelas Gus Baha menafsirkan.
Advertisement
Rezeki dan Rahmat Allah
Gus Baha mencontohkan kebiasaan orang yang jauh dari Tuhan. Mereka makan agar tidur nyenyak, istirahat nyaman, kemudian bekerja lagi untuk mendapatkan rezeki.
"Dia makan demi membuat nyaman tidur, jika tidur enak, istirahatnya cukup. Nanti bisa kerja dengan enak. Kerja enak dapat duit banyak buat beli makan enak. Siklusnya berputar pada dirinya sendiri," kata Gus Baha.
Menurut Gus Baha, dalam menyikapi rezeki agar selalu cukup harus didasari bahwa rezeki itu berasal dari rahmat Allah SWT.
"Jadi, pertama berangkat dari rahmat-rahmat-Nya Allah. Itulah yang disebut dalam surat Ar-Rahman," jelas Gus Baha.
Jika didasari dengan demikian, maka akan mudah menghadirkan rasa syukur yang telah Allah karuniakan. Itulah konsep rezeki yang disampaikan Gus Baha.