Liputan6.com, Cilacap - Syafaat secara harfiah adalah pertolongan atau bantuan. Dalam konteks Islam, syafaat diartikan sebagai pertolongan bagi seseorang untuk memperoleh keselamatan.
Dengan demikian, syafaat Rasulullah SAW ialah karunia atau keistimewaan yang diberikan Allah SWT kepada Rasulullah sehingga bisa memberikan pertolongan kepada umatnya.
Advertisement
Sebenarnya, menurut KH Ahmad Bahauddin (Gus Baha), awalnya hak syafaat Rasulullah SAW ini tidak ada.
Advertisement
Baca Juga
Namun menjadi ada sebab ini merupakan permintaan khusus dari Rasulullah SAW sendiri supaya bisa memberikan syafaat kepada umatnya.
Simak Video Pilihan Ini:
Awalnya Tidak Ada Syafaat Rasulullah
Gus Baha menjelaskan bahwa syafaat itu awalnya tidak ada. Gus Baha membeberkan alasannya dengan mengutip Surat An-Najm ayat 39 yang menerangkan bahwa manusia hanya mendapatkan dari apa yang diusahakannya, bukan mendapatkan dari sesuatu yang diusahakan orang lain.
“Syafaat itu aslinya tidak ada karena aturannya, wa anlaisa lilinsaani illa maa sa’a,” terangnya dikutip dari tayangan YouTube Demen Gus Baha, Minggu (10/11/2024).
Adapun bunyi Surat An-Najm ayat 39 beserta terjemahnya adalah sebagai berikut:
وَاَنْ لَّيْسَ لِلْاِنْسَانِ اِلَّا مَا سَعٰىۙ ٣٩
"Bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya."
Advertisement
Rasulullah Tahu Kebutuhan Umatnya
Hak syafaat tidak serta diberikan Allah kepada Rasulullah SAW, namun ada upaya sungguh-sungguh dari Rasulullah SAW untuk mendapatkan anugerah agung ini, yakni dengan memohon kepada Allah SWT.
“Lalu Nabi mohon-mohon sama Allah SWT” terangnya.
Upaya ini dilakukan Rasulullah SAW karena beiau memang tahu betul kondisi umatnya yang tidak semuanya berperdikat soleh.
“nabi itu tahu sekali umatnya, mengandalkan amalnya bakal tidak berhasil, jadi penceramah juga untuk profesi, ha..ha..ha..” kelakarnya.
Permohonan Rasulullah SAW ini dikabulkan Allah SWT namun ada syarat yang harus dipenuhi oleh Rasulullah SAW, yakni melaksanakan sholat Tahajud.
“Akhirnya Nabi memohon, yaitu disuruh sholat tahajud," paparnya.
Penulis: Khazim Mahrur/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul