Liputan6.com, Jakarta - Rasulullah merupakan sosok yang selalu memikirkan umatnya. Beban yang ditanggungnya begitu besar, sehingga ada saat di mana beliau mengalami kesumpekan. Namun, bagaimana cara Rasulullah menghadapi perasaan tersebut?
Dalam sebuah pengajian, ulama ahli tafsir KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha mengisahkan bagaimana Rasulullah mencari cara untuk mengatasi kesumpekan yang dirasakannya. Hal ini berkaitan dengan banyaknya hal yang harus dipikirkan oleh Nabi, termasuk keselamatan umatnya di akhirat.
Menurut Gus Baha, ketika merasa sumpek, Rasulullah akan mencari sahabat-sahabat yang memiliki sifat santai dan humoris. Sebab, sahabat seperti Abu Bakar dan Umar cenderung terlalu serius dan sopan, sehingga tidak bisa membuat Rasulullah tertawa.
Advertisement
"Bahkan ketika sumpek itu kelihatan karena yang dipikir banyak, tentu Rasulullah termasuk mikir nyafaati umatnya," ujar Gus Baha dalam sebuah ceramah, yang dilansir dari kanal YouTube @masnawir.
Rasulullah tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, tetapi juga umatnya yang memiliki amal yang pas-pasan. Dalam keadaan seperti itu, beliau menangis dan memohon kepada Allah agar diberikan hak syafaat bagi umatnya.
Dengan nada bercanda, Gus Baha menyebut bahwa Rasulullah pasti lebih sumpek ketika memikirkan bagaimana memberikan syafaat kepada umatnya yang kurang memiliki bekal amal.
"Kalau nyafaati saya sih enggak ribet, wong orang hafal Al-Qur’an itu sudah dapat porsi sendiri. Tapi yang lain ini bagaimana? yang kaya sampean ini," ujar Gus Baha, yang disambut gelak tawa para jamaah.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Sampean Ikut 'Partai Lemah' Saja
Gus Baha lalu menjelaskan bahwa beberapa orang memiliki keistimewaan yang dapat menjadi alasan untuk mendapatkan syafaat Rasulullah.
"Kalau Habib Husein ya karena cucunya Nabi, kalau Ustadz Khairudin karena ustadz, kalau mbak-mbak karena kaum lemah," kata Gus Baha sambil tersenyum.
Namun, bagi sebagian orang yang tidak memiliki keistimewaan khusus, Gus Baha bercanda bahwa mereka bisa ikut “partai lemah” agar mendapatkan syafaat.
"Kalau yang lain, atas nama apa? Ya sudah diikutkan partai lemah aja," ucapnya yang langsung disambut tawa para jamaah.
Gus Baha menjelaskan bahwa syafaat Rasulullah adalah bukti kasih sayang Nabi kepada umatnya. Rasulullah tidak hanya memikirkan diri sendiri, tetapi juga berusaha memastikan umatnya mendapatkan jalan menuju surga.
Hal ini menunjukkan bahwa setiap Muslim harus terus berusaha memperbaiki amal dan berdoa agar mendapat syafaat Rasulullah di akhirat nanti.
Menurut Gus Baha, sumpek yang dirasakan Rasulullah bukan karena urusan duniawi, melainkan karena tanggung jawab besar sebagai rahmatan lil ‘alamin.
Advertisement
Nabi Muhammad SAW Selalu Memikirkan Umatnya
Dengan gaya khasnya, Gus Baha juga menekankan bahwa Rasulullah adalah pribadi yang penuh kasih dan tidak ingin ada umatnya yang celaka di akhirat.
"Tidak ada yang lebih memikirkan umat dibandingkan Rasulullah. Sampai di hari kiamat pun beliau masih mengusahakan keselamatan umatnya," kata Gus Baha.
Mendengar kisah ini, para jamaah tampak terharu sekaligus terhibur dengan penyampaian Gus Baha yang ringan dan humoris.
Gus Baha mengingatkan bahwa meskipun Rasulullah telah berusaha memberikan syafaat, umat Islam tetap harus berusaha meningkatkan keimanan dan ketakwaan.
Selain itu, umat Islam juga diajarkan untuk meneladani Rasulullah dalam menghadapi kesumpekan, yakni dengan mencari kebahagiaan bersama orang-orang yang bisa menghibur.
Rasulullah mengajarkan bahwa meskipun hidup penuh tantangan, tetap ada cara untuk mengatasi beban dan menjaga semangat.
Gus Baha pun menutup ceramahnya dengan nasihat agar setiap Muslim terus berbuat baik, karena pada akhirnya, amal kebaikanlah yang akan menjadi penyelamat di akhirat.
Ceramah tersebut memberikan pemahaman mendalam tentang kasih sayang Rasulullah serta bagaimana cara beliau menghadapi tekanan dalam hidupnya.
Dengan gaya penyampaian yang ringan dan penuh humor, Gus Baha sukses membuat jamaahnya tertawa, sekaligus menyadarkan mereka tentang pentingnya amal dan syafaat di akhirat nanti.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
