Orang Islam Bekerja kepada Nonmuslim Jangan Kecil Hati, Begini Kata Gus Baha

Gus Baha menegaskan bahwa kerja keras untuk mencari nafkah halal merupakan ibadah yang diperintahkan oleh Allah SWT

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Jan 2025, 00:30 WIB
Diterbitkan 25 Jan 2025, 00:30 WIB
Gus Baha tiktok
KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) (SS TikTok)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang lebih dikenal dengan Gus Baha, pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA Rembang, Jawa Tengah, memberikan tausiyah yang penuh hikmah tentang pandangan Islam terhadap bekerja dan status sosial.

Menurut Gus Baha, seorang muslim yang menjalankan sholat dan mencari nafkah halal tidak perlu merasa kalah, meskipun secara sosial ekonomi terlihat lebih rendah.

Gus Baha menyampaikan, "Ketika kita secara sosial ekonomi kalah, mungkin secara apa saja kalah, meskipun kita tidak ingin kalah, jangan pakai ukuran itu. Jangan-jangan ketika kita kalah kaya sama nuwunsewu nonmuslim atau kalah kaya sama orang yang tidak sholat, kita tetap tidak perlu merasa kalah." Ceramah ini dirangkum dari tayangan video di kanal YouTube @takmiralmukmin.

Ia menegaskan bahwa kerja keras untuk mencari nafkah halal merupakan ibadah yang diperintahkan oleh Allah SWT. Menurutnya, status seseorang sebagai pekerja atau buruh tidak akan merendahkan derajatnya di hadapan Allah.

"Ketika Anda kerja dan tholabul halal, itu perintah Allah. Jadi Anda tidak pernah buruh di mata Allah, melainkan distatuskan sebagai orang yang mencari nafkah halal dan itu ibadah," ujar Gus Baha.

Ia juga menjelaskan bahwa Islam hanya mengakui hukum Allah sebagai dasar kehidupan. Hal ini menjadi pedoman agar setiap muslim tidak merasa rendah, meskipun dalam pandangan manusia terlihat kurang beruntung secara materi.

Dalam ceramahnya, Gus Baha menceritakan kisah Sayidina Ali karamallah wajah, yang pernah bekerja pada seorang Yahudi. Meskipun bekerja di bawah orang yang berbeda keyakinan, Sayidina Ali tidak merasa hina, karena memahami bahwa mencari nafkah halal adalah perintah Allah.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Contohkan Kisah Sayidina Ali, juga Kisah Nabi Muhammad SAW

Ali bin Abi Thalib (SS: YT. Abot Story)
Ali bin Abi Thalib (SS: YT. Abot Story)... Selengkapnya

"Dulu Sayidina Ali pernah kerja pada orang Yahudi, tapi tidak merasa hina, karena tholabul halal itu perintah Allah," jelas Gus Baha.

Ia juga mengingatkan bahwa Nabi Muhammad SAW sendiri pernah menghadapi situasi sulit secara ekonomi. Hal ini, menurut Gus Baha, menjadi pelajaran berharga bahwa kesederhanaan bukanlah sesuatu yang memalukan.

"Dulu Nabi juga pernah tidak punya uang. Alhamdulillah, ini ditiru banyak umatnya. Kalau tidak punya uang, itu banyak Alhamdulillah," katanya sambil tersenyum.

Gus Baha menekankan pentingnya niat yang tulus dalam bekerja, terutama bagi mereka yang menjalani profesi sebagai guru atau dosen. Ia berharap, profesi tersebut dijalankan bukan semata-mata karena ingin mendapatkan uang, melainkan karena niat untuk mengajar dan menyebarkan ilmu.

"Semoga jangan karena ingin punya uang ingin jadi dosen. Kalau ingin jadi guru, semoga itu karena ingin ngajar, bukan semata-mata uang," ujar Gus Baha.

Dalam kisah lain yang diceritakan Gus Baha, Nabi Muhammad SAW pernah berhutang kepada seorang Yahudi untuk membeli makanan. Ketika ditanya tentang jaminannya, Nabi memberikan jawaban yang menunjukkan kepercayaan dirinya sebagai utusan Allah.

"Nabi sempat berkata, 'Saya ini dipercaya langit, masa kamu tidak percaya sama saya?'" tutur Gus Baha mengisahkan.

Kisah Orang Yahudi Minta Jaminan

Bisa melihat Nabi Muhammad SAW dalam mimpi
Ilustrasi lafaz Nabi Muhammad SAW (Sumber: Pinterest.com/kalbarsatu id)... Selengkapnya

Namun, orang Yahudi itu tetap meminta jaminan. Akhirnya, Nabi Muhammad SAW menggadaikan rompi perangnya sebagai bentuk tanggung jawab. Kisah ini menunjukkan bagaimana Nabi menjalani muamalah dengan orang berbeda keyakinan tanpa merasa hina.

"Walhasil, Nabi menggadaikan rompi perang sebagai jaminan. Kalau kapan-kapan tidak kuat bayar, ya muamalah dengan orang Yahudi," jelas Gus Baha.

Menurut Gus Baha, kisah-kisah tersebut mengajarkan bahwa kerja keras, kesederhanaan, dan tanggung jawab adalah nilai-nilai utama dalam Islam. Seorang muslim tidak perlu merasa rendah diri hanya karena status sosial atau materi.

Ia juga menekankan bahwa dalam Islam, kekayaan bukanlah ukuran utama kebahagiaan. Yang terpenting adalah bagaimana seseorang menjalani hidupnya dengan tetap menjaga hubungan dengan Allah SWT.

"Jangan merasa kalah hanya karena secara duniawi terlihat kurang. Ukuran utama adalah bagaimana kita taat kepada Allah," kata Gus Baha.

Gus Baha juga mengingatkan bahwa menjalani hidup dengan penuh keikhlasan adalah kunci ketenangan. Dengan niat yang benar dan usaha yang halal, seorang muslim akan mendapatkan keberkahan dalam hidupnya.

Ia menutup ceramahnya dengan mengajak umat Islam untuk tetap bersyukur dan berprasangka baik kepada Allah SWT, meskipun menghadapi ujian dalam hidup.

"Syukuri apa yang kita miliki, karena itu adalah anugerah dari Allah. Jangan pernah merasa kalah, karena Allah selalu bersama kita," pungkas Gus Baha.

Dengan pesan-pesan tersebut, Gus Baha mengajak umat Islam untuk terus menjaga semangat dalam beribadah dan bekerja. Ia menekankan bahwa setiap usaha yang dilakukan dengan niat yang ikhlas akan selalu mendapatkan pahala di sisi Allah SWT.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya