Liputan6.com, Jakarta - Dalam kehidupan sehari-hari, setiap individu berusaha untuk menjaga kebersihan diri, terutama bagi mereka yang sedang mengalami haid. Pembalut menjadi hal yang sangat penting bagi wanita untuk menjaga kebersihan selama periode haid.
Beberapa wanita merasa perlu mencuci pembalut bekas haid sebelum membuangnya, dengan alasan untuk menjaga kebersihan dan mengurangi pencemaran lingkungan.
Advertisement
Sementara, sebagian lainnya berpendapat bahwa hal itu tidak wajib, apalagi mengingat pembalut tersebut dirancang untuk sekali pakai dan langsung dibuang.
Advertisement
Baca Juga
Untuk menyikapi perbedaan ini, mengutip dari berbagai sumber, berikut ulasan selengkapnya mengenai pemahaman yang lebih jelas dari sudut pandang ahli dan ulama.
Melalui pemahaman secara menyeluruh, kita diharapkan dapat mengambil sikap yang bijak, dengan tetap mengedepankan kebersihan, kesehatan, serta berpegang pada petunjuk yang telah diajarkan oleh syariat.
Saksikan Video Pilihan ini:
Perubahan dalam Penggunaan Pembalut oleh Wanita Haid
Mengutip dari bincangmuslimah.com, pada zaman Rasulullah, perempuan yang sedang haid menggunakan pembalut berupa kain khusus atau terkenal dengan istilah izaar. Kain ini berfungsi sebagai bawahan yang menutupi tubuh dari pusar hingga ke bawah. Sebagaimana dalam sebuah hadis:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: “كَانَ إِذَا حَاضَتْ إِحْدَانَا أَمَرَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ تَتَّزِرَ فِي فَوْرِ حَيْضَتِهَا ثُمَّ يُبَاشِرُهَا” (رواه مسلم)
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Apabila salah seorang di antara kami sedang haid, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk memakai kain izaar (kain bawahan menutupi bagian tubuh dari pusar ke bawah).” (HR. Muslim)
Namun, dengan semakin canggihnya teknologi, terdapat berbagai macam pembalut yang beredar di pasaran baik dari perbedaan jenis, ukuran, hingga daya serap. Pemilihah jenis pembalut tergantung kenyamanan masing-masing perempuan yang menggunakan.
Advertisement
Penjelasan Ahli Tentang Mencuci Pembalut
Melansir dari yoona.id, pada dasarnya, tidak ada aturan khusus mengenai apakah pembalut harus dicuci terlebih dahulu atau tidak. Namun, kamu harus mengetahui apakah pembalut yang kamu gunakan adalah pembalut sekali pakai atau pembalut berbahan kain.
Menurut dr. Wisniaty Condro, pembalut sekali pakai tidak harus dicuci setelah digunakan karena pembalut jenis ini menggunakan bahan disposable yang berfungsi untuk menyerap darah menstruasi dan dirancang untuk bisa dibuang secara langsung setelah pemakaian.
Meskipun demikian, beberapa wanita mungkin memilih untuk mencuci pembalut terlebih dahulu karena alasan kebersihan, dan ini juga merupakan pilihan yang sah-sah saja. Namun, yang terpenting, pastikan kamu membuang pembalut dengan cara yang benar.
Hukum Islam Mengenai Pembalut yang Tidak Dicuci
Lalu, bagaimana pandangan Islam terkait hukum pembalut yang tidak dicuci? Mengutip dari konsultasisyariah.com, pertanyaan yang sama pernah disebutkan dalam Fatwa Islam.
Keterangan yang disampaikan adalah bahwasanya tidak dijumpai satupun ulama yang diakui keilmuannya yang memberikan menjelaskan bahwa para wanita dianjurkan untuk membersihkan bekas pembalut yang menampung darah haid ketika hendak dibuang dan tidak lagi digunakan.
Bahkan yang nampak dari perbuatan para sahabat wanita, mereka tidak mencuci pembalut itu, padahal bisa dipastikan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memahaminya. Dan tidak dijumpai riwayat beliau melarang mereka.
Advertisement
Menyikapi Perbedaan Pandangan dengan Bijak
Merangkum dari dalamislam.com, menambah sedikit penegasan dari penjelasan sebelumnya bahwa hal yang seharusnya wajib dilakukan adalah membersihkan darah haid yang menempel pada pakaian atau tubuh ketika hendak melakukan sholat, baik sholat fardhu maupun sholat sunnah.
Lantas, bagaimana kita menyikapinya hal ini? Segala macam perbuatan boleh dilakukan selama belum ada dalil yang mengharamkannya. Karena itu, jika ada sebagian perempuan yang meyakini bahwa membuang pembalut bekas haid tanpa dicuci terlebih dahulu adalah hal yang tidak dilarang maka harus dihormati.
Umumnya mereka mendasarkan perbuatannya pada perbuatan para sahabat perempuan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan tidak ada dalil yang menganjurkan atau melarang perbuatan tersebut.
Begitu pula sebaliknya. Jika ada sebagian perempuan yang meyakini bahwa mencuci pembalut bekas haid sebelum dibuang adalah hal yang tidak dilarang maka harus dihormati pula. Mereka beralasan bahwa mencuci pembalut bekas haid sebelum dibuang bertujuan untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Jika alasan ini yang dikedepankan maka mencuci pembalut bekas haid sebelum dibuang adalah perbuatan yang lebih baik dilakukan.
