Apa Arti Tawadhu, Memahami Esensi Kerendahan Hati dalam Islam

Pelajari makna mendalam tawadhu dalam Islam, keutamaannya, dan cara menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari untuk meraih ridha Allah SWT.

oleh Ayu Isti Prabandari Diperbarui 17 Apr 2025, 18:02 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2025, 18:02 WIB
apa arti tawadhu
apa arti tawadhu ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Tawadhu merupakan salah satu akhlak mulia yang sangat dianjurkan dalam ajaran Islam. Sikap rendah hati ini memiliki makna dan nilai yang mendalam, serta membawa banyak keutamaan bagi seorang muslim yang menerapkannya dengan sungguh-sungguh. Artikel ini akan mengupas tuntas tentang apa arti tawadhu, keutamaannya, serta bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Definisi dan Makna Tawadhu

Secara etimologi, kata tawadhu berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata, yaitu "ta" dan "wadha'a". "Ta" merupakan awalan yang menunjukkan perbuatan, sedangkan "wadha'a" memiliki arti meletakkan atau menempatkan diri pada posisi yang rendah. Jadi, secara harfiah tawadhu dapat diartikan sebagai tindakan merendahkan atau menempatkan diri pada posisi yang lebih rendah.

Dalam terminologi Islam, tawadhu memiliki makna yang lebih dalam dari sekadar merendahkan diri. Para ulama mendefinisikan tawadhu dengan beragam penjelasan:

  • Imam Al-Ghazali memaknai tawadhu sebagai sikap mengesampingkan kedudukan diri sendiri dan mengakui keutamaan orang lain di atas dirinya.
  • Syaikh Mahmud Al-Mishri menjelaskan tawadhu sebagai tindakan menunjukkan kerendahan martabat kepada orang yang ingin mengagungkannya.
  • Hasan Al-Bashri menyatakan bahwa tawadhu adalah ketika seseorang keluar rumah dan tidak berjumpa dengan seorang muslim melainkan ia memandangnya lebih utama dibandingkan dirinya sendiri.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa esensi tawadhu adalah sikap rendah hati yang tulus, tidak merasa lebih baik atau lebih tinggi dari orang lain, serta menyadari bahwa segala kelebihan dan pencapaian yang dimiliki merupakan anugerah dari Allah SWT. Tawadhu bukanlah sikap merendahkan diri secara berlebihan hingga kehilangan harga diri, melainkan menempatkan diri secara proporsional dengan tetap menjaga kehormatan sebagai hamba Allah.

Dalil-Dalil Tentang Tawadhu dalam Al-Quran dan Hadits

Anjuran untuk bersikap tawadhu banyak disebutkan dalam Al-Quran dan hadits Nabi Muhammad SAW. Beberapa dalil yang menunjukkan pentingnya tawadhu antara lain:

  1. Al-Quran Surat Al-Furqan ayat 63:

    "Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan 'salam'."

  2. Al-Quran Surat Luqman ayat 18:

    "Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri."

  3. Hadits Riwayat Muslim:

    "Tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat (derajat)nya." (HR. Muslim)

  4. Hadits Riwayat Abu Dawud:

    "Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku agar kalian bersikap rendah hati sehingga tidak ada seorang pun yang menyombongkan diri kepada yang lain dan tidak ada yang berbuat aniaya kepada yang lain." (HR. Abu Dawud)

Dalil-dalil tersebut menunjukkan bahwa tawadhu merupakan sifat yang sangat dianjurkan dalam Islam dan membawa banyak keutamaan bagi orang yang mengamalkannya.

Ciri-Ciri dan Indikator Sikap Tawadhu

Untuk lebih memahami bagaimana wujud nyata dari sikap tawadhu, berikut adalah beberapa ciri dan indikator yang menunjukkan seseorang memiliki sifat rendah hati:

  1. Tidak suka membanggakan diri atau pencapaiannya
  2. Menghargai pendapat dan pemikiran orang lain
  3. Mudah menerima kritik dan saran
  4. Tidak merasa lebih baik atau lebih tinggi dari orang lain
  5. Bersedia mengakui kesalahan dan meminta maaf
  6. Menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda
  7. Tidak membeda-bedakan dalam bergaul
  8. Bersedia melakukan pekerjaan yang dianggap rendah
  9. Tidak suka mencari popularitas atau pujian
  10. Selalu bersyukur atas nikmat yang diterima

Ciri-ciri tersebut dapat menjadi tolok ukur bagi seseorang untuk mengevaluasi diri, sejauh mana ia telah menerapkan sikap tawadhu dalam kehidupannya sehari-hari.

Keutamaan dan Manfaat Tawadhu

Sikap tawadhu membawa banyak keutamaan dan manfaat, baik bagi diri sendiri maupun dalam hubungan sosial. Beberapa keutamaan tawadhu antara lain:

  1. Diangkat derajatnya oleh Allah SWT

    Sebagaimana disebutkan dalam hadits, orang yang merendahkan diri karena Allah akan diangkat derajatnya. Ini menunjukkan bahwa tawadhu justru membawa kemuliaan bagi pelakunya.

  2. Dicintai dan dihormati sesama manusia

    Sikap rendah hati membuat seseorang lebih mudah diterima dalam pergaulan dan mendapat penghormatan dari orang-orang di sekitarnya.

  3. Terhindar dari sifat sombong

    Tawadhu merupakan lawan dari sifat sombong yang sangat dibenci Allah SWT. Dengan bersikap rendah hati, seseorang akan terjaga dari kesombongan yang dapat menjerumuskan ke dalam dosa.

  4. Mendapat ketenangan jiwa

    Orang yang tawadhu cenderung memiliki jiwa yang lebih tenang karena tidak terbebani oleh keinginan untuk selalu tampil lebih baik atau lebih unggul dari orang lain.

  5. Lebih mudah menerima ilmu dan nasihat

    Sikap rendah hati membuat seseorang lebih terbuka dalam menerima ilmu dan nasihat dari orang lain, sehingga ia akan terus berkembang dan memperbaiki diri.

Manfaat-manfaat tersebut menunjukkan betapa pentingnya sikap tawadhu dalam membentuk kepribadian seorang muslim yang berakhlak mulia.

Cara Menerapkan Tawadhu dalam Kehidupan Sehari-hari

Untuk dapat mengamalkan sikap tawadhu dengan baik, diperlukan upaya dan latihan yang konsisten. Berikut beberapa cara praktis untuk menerapkan tawadhu dalam kehidupan sehari-hari:

  1. Selalu mengingat kebesaran Allah SWT

    Dengan menyadari keagungan Allah, kita akan menyadari betapa kecil dan lemahnya diri kita sebagai makhluk ciptaan-Nya.

  2. Introspeksi diri secara rutin

    Evaluasi diri secara berkala akan membantu kita mengenali kekurangan dan kelemahan diri, sehingga tidak mudah merasa lebih baik dari orang lain.

  3. Belajar mendengarkan orang lain

    Melatih diri untuk lebih banyak mendengarkan pendapat dan pemikiran orang lain, tanpa terburu-buru menyanggah atau membantah.

  4. Berlapang dada menerima kritik

    Menerima kritik dan saran dengan lapang dada, bahkan mengucapkan terima kasih kepada orang yang mengkritik kita.

  5. Menghindari pamer dan mencari pujian

    Berusaha untuk tidak memamerkan kelebihan atau pencapaian yang kita miliki, serta tidak mencari-cari pujian dari orang lain.

  6. Bersikap ramah kepada semua orang

    Memperlakukan semua orang dengan ramah dan sopan, tanpa membeda-bedakan status sosial atau kedudukan.

  7. Mengakui kesalahan dan meminta maaf

    Tidak segan untuk mengakui kesalahan yang kita perbuat dan meminta maaf dengan tulus kepada orang yang dirugikan.

  8. Bersyukur atas nikmat yang diterima

    Senantiasa bersyukur atas segala nikmat dan karunia yang Allah berikan, sekecil apapun itu.

Dengan menerapkan langkah-langkah tersebut secara konsisten, diharapkan sikap tawadhu akan semakin tertanam dalam diri kita dan menjadi bagian dari kepribadian seorang muslim yang berakhlak mulia.

Tantangan dalam Menerapkan Tawadhu

Meskipun memiliki banyak keutamaan, menerapkan sikap tawadhu bukanlah hal yang mudah. Terdapat beberapa tantangan yang sering dihadapi dalam upaya mengamalkan sikap rendah hati ini:

  1. Godaan riya dan ujub

    Terkadang seseorang bersikap rendah hati justru untuk mendapatkan pujian atau pengakuan dari orang lain. Ini adalah bentuk riya yang dapat menghapuskan pahala tawadhu.

  2. Lingkungan yang kurang mendukung

    Berada di lingkungan yang cenderung materialistis dan kompetitif dapat membuat seseorang tergoda untuk menonjolkan diri dan berlomba-lomba dalam kemewahan.

  3. Kesalahpahaman tentang tawadhu

    Sebagian orang salah memahami tawadhu sebagai sikap merendahkan diri secara berlebihan hingga kehilangan harga diri, padahal ini bukanlah makna tawadhu yang sebenarnya.

  4. Pengaruh media sosial

    Budaya pamer di media sosial dapat mendorong seseorang untuk selalu menampilkan sisi terbaik dirinya dan mencari pengakuan publik.

  5. Kesulitan menerima kritik

    Bagi sebagian orang, menerima kritik atau koreksi dari orang lain bukanlah hal yang mudah dan dapat memicu reaksi defensif.

Menyadari tantangan-tantangan tersebut dapat membantu kita untuk lebih waspada dan terus berupaya memperbaiki diri dalam menerapkan sikap tawadhu.

Perbedaan Tawadhu dengan Rendah Diri

Penting untuk membedakan antara sikap tawadhu (rendah hati) dengan rendah diri. Meskipun keduanya sama-sama berkaitan dengan sikap merendahkan diri, namun terdapat perbedaan mendasar di antara keduanya:

  1. Motivasi

    Tawadhu didasari oleh kesadaran akan kebesaran Allah dan keinginan untuk mendapat ridha-Nya. Sementara rendah diri lebih didasari oleh perasaan tidak mampu atau inferior.

  2. Dampak psikologis

    Tawadhu membawa ketenangan jiwa dan kepercayaan diri yang sehat. Sedangkan rendah diri justru menimbulkan kecemasan dan ketidakpercayaan diri.

  3. Sikap terhadap potensi diri

    Orang yang tawadhu tetap menyadari dan mengembangkan potensi dirinya, namun tidak membanggakannya. Sementara orang yang rendah diri cenderung meremehkan kemampuan dirinya sendiri.

  4. Hubungan sosial

    Tawadhu membuat seseorang lebih mudah diterima dalam pergaulan. Sebaliknya, rendah diri dapat menghambat interaksi sosial karena takut atau malu.

  5. Penerimaan kritik

    Orang yang tawadhu lebih terbuka menerima kritik sebagai sarana perbaikan diri. Sedangkan orang yang rendah diri cenderung sensitif terhadap kritik dan mudah tersinggung.

Memahami perbedaan ini penting agar kita dapat menerapkan sikap tawadhu yang sehat dan seimbang, tanpa terjebak dalam perasaan rendah diri yang justru merugikan.

Teladan Tawadhu dari Rasulullah SAW dan Para Sahabat

Rasulullah Muhammad SAW dan para sahabatnya telah memberikan teladan yang sempurna dalam menerapkan sikap tawadhu. Beberapa contoh sikap rendah hati mereka antara lain:

  1. Rasulullah SAW

    Meskipun sebagai pemimpin umat, Rasulullah tetap melakukan pekerjaan rumah tangga sendiri, seperti menjahit pakaiannya yang sobek atau memperbaiki sandalnya. Beliau juga tidak segan untuk makan bersama dengan para budak dan pembantu.

  2. Abu Bakar Ash-Shiddiq

    Ketika diangkat menjadi khalifah, Abu Bakar berkata, "Aku diangkat sebagai pemimpin kalian, padahal aku bukanlah yang terbaik di antara kalian. Jika aku berbuat baik, maka bantulah aku. Dan jika aku berbuat salah, maka luruskanlah aku."

  3. Umar bin Khattab

    Saat menjadi khalifah, Umar pernah terlihat menunggangi unta dengan posisi terbalik (menghadap ke belakang) sambil berkata, "Aku melakukan ini agar tidak lupa bahwa aku hanyalah seorang hamba Allah."

  4. Ali bin Abi Thalib

    Ali pernah berkata, "Barangsiapa yang menginginkan kemuliaan dunia dan akhirat, hendaklah ia bertakwa kepada Allah." Ini menunjukkan bahwa ia tidak menganggap jabatan atau kekuasaan sebagai sumber kemuliaan.

  5. Salman Al-Farisi

    Meskipun menjadi gubernur, Salman tetap hidup sederhana dan sering terlihat membawa barang-barangnya sendiri di pasar.

Teladan-teladan ini menunjukkan bahwa sikap tawadhu tidak mengurangi wibawa atau kehormatan seseorang, justru semakin meninggikan derajatnya di mata Allah dan manusia.

Kesimpulan

Tawadhu merupakan sikap rendah hati yang memiliki makna mendalam dalam ajaran Islam. Lebih dari sekadar merendahkan diri, tawadhu adalah kesadaran akan keagungan Allah SWT dan penempatan diri secara proporsional dalam hubungan dengan Sang Pencipta dan sesama makhluk. Sikap ini membawa banyak keutamaan, baik di dunia maupun di akhirat.

Menerapkan tawadhu dalam kehidupan sehari-hari memang bukan hal yang mudah, terutama di tengah tantangan zaman modern yang cenderung mendorong sikap individualis dan materialistis. Namun, dengan pemahaman yang benar dan upaya yang konsisten, sikap tawadhu dapat dilatih dan menjadi bagian dari kepribadian seorang muslim.

Teladan sempurna dalam hal tawadhu telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Kita sebagai umatnya sudah sepatutnya berusaha meneladani akhlak mulia tersebut. Dengan menghiasi diri dengan sikap tawadhu, insya Allah kita akan meraih kemuliaan di sisi Allah SWT dan mendapat penghormatan dari sesama manusia.

Semoga pembahasan tentang apa arti tawadhu ini dapat menjadi renungan dan motivasi bagi kita semua untuk senantiasa memperbaiki diri dan menghiasi kepribadian dengan akhlak yang mulia. Wallahu a'lam bishawab.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya