Liputan6.com, Jakarta Hujan ringan hingga lebat terus mengiringi perjalanan saya dan rombongan Strategy Insight Public Relations dari Bukittinggi menuju Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Minggu (7/2/2016). Untung bentangan panorama alam nan rupawan menghiasi hati yang risau sepanjang perjalanan akibat derasnya hujan. Perbukitan, lembah, ngarai, serta hamparan sawah menghijau menjadikan perjalanan 1 jam tak membosankan.
Tujuan perjalanan kami adalah ke Kabupaten Agam, tepatnya di Kecamatan Tanjung Raya, sekitar 43 km dari kota Bukittingi, untuk melihat secara langsung Danau Maninjau yang terkenal dengan warna airnya yang eksotik, berkilau biru kehitaman.
Danau kedua terbesar yang dimiliki oleh Sumatera Barat menjadi destinasi terakhir perjalanan selama 4 hari di Sumatera Barat. Danau seluas 99,5 kilometer persegi serta kedalaman maksimum 495 meter ini telah memikat hati siapa saja yang melancong ke Sumatera Barat, sehingga ada kalimat ‘nge-hits’ yang mengatakan belum ke Sumatera Barat, jika tak ke Danau Maninjau.
Advertisement
Karena itu kunjungan yang hanya 4 hari ke tanah Minang ini mau tidak mau memasukkan Danau Maninjau dalam itinerary perjalanan.
Rupanya Tanah Minang tak hanya memiliki Danau Maninjau saja, masih ada 4 danau lainnya yang menjadi obyek wisata andalannya yaitu Danau Singkarak, Danau Atas, Danau Bawah, dan Danau Talang. Dalam perjalanan singkat saya ke Tanah Minang, hanya 2 danau yang sempat saya kunjungi yakni yakni Danau Singkarak dan Danau Maninjau. Karena itu, saya hanya akan bercerita tentang kedua danau ini.
1. Danau Maninjau yang Eksotis
Hujan masih mengguyur saat bus yang mengantar saya mulai memasuki Desa Matur. Kabut tebal putih menggantung menutupi apa pun yang ada dibawahnya tak terkecuali Danau Maninjau yang hendak kami datangi.
Sebelum sampai ke Maninjau, sopir membawa kami ke Puncak Lawang atau Lawang Empat. Kedua bukit ini merupakan spot yang bagus untuk menyaksikan panorama danau Maninjau. Apabila cuaca cerah, pengunjung bisa melihat secara utuh danau yang dikepung oleh bukit-bukit. Airnya yang bening terlihat biru dan ketika terkena pantulan cahaya matahari akan tampak kehitaman.
Sayang sekali, kabut tebal terus menggantung dan enggan beranjak. Akhirnya sopir urung mengantar kami ke Bukit Lawang Ampat dan memilih menuju hotel tempat kami menginap, karena kebetulan hari sudah menjelang sore.
Nuansa Maninjau Resort adalah hotel tempat kami menginap. Memiliki fasilitas balkon yang dapat digunakan tamu untuk menyaksikan Danau Maninjau dari ketinggian. Karena lokasi hotel yang berada tepat di atas Danau Maninjau, tamu dapat leluasa menyaksikan kemolekan danau. Rasa kecewa saya karena batal ke Bukit Lawang Ampat pun akhirnya terobati.
Tak puas hanya menikmati Danau Maninjau dari hotel, esok harinya kami melanjutkan perjalanan menuju situs Danau Maninjau. Untuk sampai kesana, kami harus melewati jalanan menurun dengan banyak kelokan atau tikungan. Tak tanggung-tanggung sebanyak 44 tikungan harus dilewati. Karenanya jalanan ini dikenal dengan nama Kelok Ampat-Ampat. Pada tiap kelokannya ditandai dengan angka menurun 44-1.
Keseruan terjadi saat bus mulai menuruni kelok 44. Jalanan tak hanya membuat kami pusing dan mual tetapi pemandangan yang tersaji juga membuat beberapa kawan pecinta fotografi ‘blingsatan’. Danau yang hanya beriak saat perahu nelayan melewatinya ini dipagari bukit-bukit hijau yang menjulang. Di tepian danau terlihat hamparan tanaman padi berwarna hijau dan kuning. Sungguh perpaduan warna yang eksotis.
Tiba di tepian danau, kami tak lupa untuk mencoba makanan khas Maninjau yaitu Palai Rinuak, Rinuak Goreng, Pensi, Bada Masiak, dan Bada Goreng. Ada yang siap dimakan sambil menikmati pemandangan alam Danau Maninjau, ada pula ikan asin sebagai buah tangan. Semuanya adalah jenis ikan tawar yang hanya hidup di Danau Maninjau. Sehingga hanya bisa dibeli di sepanjang jalan Lintas Maninjau – Lubuak Basuang – Gasang.
2. Danau Singkarak yang Melegenda
Masih ingat pelajaran sejarah tentang Perang Padri? Sebuah perang perlawanan para pahlawan negeri Malin Kundang melawan para penjajah Belanda di Sumatera Barat. Danau Singkarak menjadi saksi bisu peperangan ini. Di balik sejarah kelam perang Padri saat itu, Danau Singkarak tetap mempesona hingga kini. Bahkan gaungnya pun telah sampai ke pelosok dunia. Tour de Singkarak adalah buktinya.
Danau yang terdapat di wilayah Solok, Tanah Datar Sumatra Barat, kini telah menjadi ikon pariwisata dunia. Setiap tahun selalu menjadi tuan rumah dalam ajang balap sepeda Internasional.
Gaung danau terbesar di Sumatra Barat dengan luas 107,8 meter persegi ini tak melulu karena Tour de Singkarak, namun pesona keindahanan alam serta airnya yang biru tanpa riak akan selalu memukau dan mengundang rasa penasaran. Itulah mengapa, danau ini selalu ramai dikunjungi baik di hari biasa maupun saat musim liburan.
Datang ke Singkarak tak lengkap jika tak mencoba Ikan Bilih. Ikan ini merupakan salah satu species ikan yang hanya hidup di danau ini, dan menjadikannya sebagai makanan khas Danau Singkarak. Cara pengolahannya cukup sederhana yakni dengan cara digoreng.
Menikmati ikan bilih goreng cukup dengan mencocolkannya pada saus sambal atau sambal tomat. Rasanya yang gurih dan renyah dipadu pedas akan membuat mulut terus menguyah dan sulit berhenti. Hmmm, nikmatnya!