Liputan6.com, Jakarta Buku adalah hal penting untuk menumbuhkan kebiasaan membaca bagi anak-anak. Tidak seperti di perkotaan, buku sangat sulit untuk sampai ke daerah pedalaman sehingga butuh usaha keras untuk menyebarkannya. Penduduk pun rela membuat jembatan baru agar pendistribusiannya makin lancar. Inilah salah satu cerita yang disampaikan Nila Tanzil saat membuka perpustakaan Taman Bacaan Pelangi di Flores, Nusa Tenggara Timur.
“Saat membuka perpustakaan baru di kawasan Flores, kami menggunakan sebuah mobil untuk sampai ke lokasi perpustakaan. Lalu kami melewati sebuah jembatan yang cukup untuk dilewati mobil dengan nyaman dan terbuat dari bambu. Tak disangka, jembatan itu ternyata inisiatif dari para warga,” ungkap Nina Tanzil, Pendiri dan CEO Taman Bacaan Pelangi dan Travel Sparks.
Nila baru mengetahui bahwa masyarakat rela membuat jembatan tersebut setelah acara pembukaan perpustakaan berlangsung. Ternyata, sehari sebelum kedatangannya, para penduduk berembuk bagaimana caranya dapat membantu Nila bisa datang dengan selamat dan membuka perpustakaan. Maka para penduduk selama sehari penuh bergotong royong untuk membuat sebuah jembatan.
Advertisement
“Tidak hanya itu, saya selalu ingin menangis ketika membuka perpustakaan baru. Salah satu contohnya adalah seorang petani yang memberanikan diri berbicara di muka umum. Dia bilang sebagai sebagai seorang petani, ia tidak mampu untuk membelikan buku bagi anaknya. Karena itu, dia sangat bahagia ketika ada orang lain yang membawakan buku untuk anaknya supaya menjadi lebih pintar,” ungkap Nila pada BukaTalks, Bukalapak akhir pekan lalu.
Seluruh cerita mengharukan ini, Nila dapatkan ketika membina perpustakaan Taman Bacaan Pelangi di kawasan Indonesia Timur. Bahkan hingga saat ini, Taman Bacaan Pelangi sudah tersebar di berbagai daerah NTT, Maluku, hingga Papua. Fokus untuk menumbuhkan minat membaca buku untuk siswa SD. Nila juga terus berjuang agar anak-anak di bagian timur Indonesia bisa mendapat kesempatan baca yang sama.
"Riset menunjukkan bahwa 1 banding 3 orang belum bisa membaca dan kemampuan membaca anak-anak di Indonesia Timur hanya 46 persen dibanding dengan anak-anak di Pulau Jawa atau Bali yang sudah mencapai 78 persen. Anak-anak ini memerlukan uluran tangan kita semua agar mereka mendapat kesempatan yang sama dengan yang tinggal di kota-kota besar di Indonesia,” ungkap Nila. (*)