Liputan6.com, Jakarta KBRI Oslo menggelar "Sprak-og Kulturfestivalen" (Festival bahasa dan Budaya) yang diselenggarakan di pusat keramaian Fridtjof Nansens Plass, dekat Gedung Balai Kota Oslo, Norwegia, akhir pekan kemarin. Bersama empat kedutaan besar anggota ASEAN di Oslo, yaitu Filipina, Myanmar, Thailand, dan Vietnam dalam satu anjungan, festival ini merupakan bentuk promosi bersama sebagai satu kesatuan ASEAN, selain juga dalam rangka memperingati HUT ke-50 ASEAN.
Festival tahunan Sprak-og Kulturfestivalen merupakan puncak dari berbagai kegiatan lomba bagi anak, seperti lomba puisi, lomba menyanyi, dan lomba melukis yang diselenggarakan oleh Asosiasi Budaya dan Pendidikan Oslo (OKUF) bekerja sama dengan organisasi Mangfold Huset (Diversity House) dan organisasi masyarakat keturunan Turki. Konsep festival ini adalah untuk menjembatani keragaman budaya dan bahasa dalam masyarakat Norwegia yang semakin multikultural. Tahun 2017 merupakan tahun ke-11 dari festival ini.
“Pada saat ini, di berbagai negara, kesadaran multikultur sedang diuji coba dengan banyaknya tindak kekerasan yang cenderung memojokkan sejumlah golongan masyarakat, dan dikhawatirkan akan melunturkan rasa dan keterbukaan terhadap masyarakat multikultural. Oleh karena itu, KBRI Oslo dan Kedutaan Besar negara ASEAN lainnya di Oslo sangat mengapresiasi dan mendukung upaya Pemerintah Norwegia untuk terus memperkuat kesadaran multikultur dan toleransi warganya, melalui festival-festival seperti ini. Melalui festival ini, masyarakat di Norwegia, khususnya di Oslo dapat melihat secara langsung dan merasakan istimewanya menjadi bagian dari masyarakat multikultural,” ucap Duta Besar RI untuk Kerajaan Norwegia, Yuwono A Putranto menurut informasi yang diterima Liputan6.com, Senin (22/5/2017).
Festival tersebut juga digunakan ASEAN Committee in Oslo (ACO), sebagai tindak lanjut komitmen ACO untuk semakin meningkatkan kehadiran ASEAN di Norwegia dan juga untuk mengkampanyekan Masyarakat ASEAN dan HUT ASEAN yang ke-50 kepada publik Norwegia dan kepada komunitas asing yang berada di Norwegia.
”Dengan partisipasi bersama seperti ini, kita dapat menunjukkan kepada masyarakat Norwegia bahwa ASEAN merupakan suatu masyarakat multikultur yang dapat hidup berdampingan secara damai dan bekerja sama dengan baik, sesuai visi ASEAN ‘one caring and sharing community’,” lanjut Dubes Yuwono.
Anjungan ASEAN pada festival ini mengusung berbagai koleksi seni dan budaya dari kelima Kedutaan Besar negara ASEAN di Oslo, serta mempromosikan potensi wisata masing-masing melalui brosur-brosur dan banner.
Anjungan ASEAN dipadati pengunjung bahkan dari sebelum acara dimulai hingga pada akhir acara. Sejumlah penganan dan minuman yang ditawarkan kepada pengunjung sebagai upaya promosi kuliner ASEAN juga habis tidak bersisa. Indonesia sendiri menawarkan salah satu produk kopi rasa buah dan rempah, permen asam, permen kopi dan dodol.
ACO juga semakin memeriahkan festival bahasa dan budaya ini dengan pertunjukan tari tradisional di panggung utama yang mendapatkan sambutan hangat dari para hadirin. Tim Indonesia sendiri membawakan dua macam tarian, yaitu tari Pakarena dari Sulawesi Selatan, yang dibawakan oleh tim tari di bawah asuhan KBRI Oslo, ‘Anak Indonesia’, dan tari Pendet dari Bali, yang dibawakan oleh tim tari organisasi ‘Krama Bali Norwegia’, sebuah organisasi masyarakat Bali yang berdomisili di Norwegia yang seringkali turut serta aktif mempromosikan seni dan budaya Indonesia di berbagai tempat di Norwegia. Para penari tari Pendet itu anak-anak campuran keturunan Indonesia-Norwegia.
Selain ASEAN, festival ini juga diramaikan oleh lebih dari 50 perwakilan negara lainnya, diantaranya Algeria,Bangladesh, Bulgaria, Brazil, Chili, Estonia, Georgia, Hungaria, India, Kazakhstan, Kolombia, Latvia, Lithuania, Meksiko, Moroko, Nepal, Pakistan, Paraguay, Rumania, Rwanda, Rusia, RRT, Sri Lanka, Senegal, Sudan, Serbia, Tunisia, Ukraina, Venezuela.