Liputan6.com, Jakarta Selain destinasi wisata, belakangan Yogyakarta diburu karena berbagai hotel dengan desain menarik dan instagramable. Namun bukan berarti hotel yang sudah lebih dulu dibangun, apalagi punya lokasi super strategis menjadi kehilangan daya tariknya.
Advertisement
Hal itu yang Liputan6.com rasakan saat staycation di Hotel Ibis Yogyakarta Malioboro. Hotel yang terletak di Jalan Malioboro No. 52-58, Sosromenduran ini selalu ramai oleh wisatawan di tengah gempuran penginapan kekinian.
Letaknya memang tidak di pinggir jalan raya, agak masuk sedikit dari jalan Malioboro. Tetapi menjadi satu-satunya hotel yang terintegrasi dengan Mall Malioboro yang terletak di pinggir jalan kesohor Malioboro.
Hanya selangkah, kami sudah bisa menikmati keelokan budaya Yogyakarta di jalan Malioboro namun tetap terkoneksi dengan gaya hidup kaum urban di Mall Malioboro. Asyik, kan? Enggak perlu ongkos tambahan untuk bisa menikmati Malioboro seharian, begitu juga dengan berbagai destinasi wisata yang bisa dijangkau dengan jalan kaki dari sini.
Kamar Hotel
Bagaimana dengan kamar hotelnya? Ternyata Hotel Bintang tiga ini juga mempunyai kamar yang cukup luas. Rupanya Hotel Ibis Yogyakarta Malioboro ini sudah berbenah dengan merenovasi kamar tidurnya. Segalanya memang terlihat baru, begitu juga dengan kasurnya yang tinggi dan nyaman.
Meja kerjanya cukup besar dengan space yang lega di belakangnya. View dari jendela mengarah ke keramaian jalan Malioboro yang tak pernah tidur selama 24 jam. Paling dekat ada jejeran angkringan dan kedai gelato yang sudah melegenda. Asli cuma selangkah dari hotel, Jogja memang surga kuliner enak.
Tengkleng Solo dan Sop Buntut
Bermalam di sini kurang lengkap kalau belum coba makanan racikan chef Hotel Ibis Yogyakarta Malioboro. Serius, kami ketagihan Tengkleng Solo yang memang enggak bohong enaknya. Meski enggak terlalu suka kambing, tapi olahan dagingnya sama sekali tidak terasa baunya.
Apalagi dagingnya yang empuk, bagian favorit sih, menggigit daging langsung dari tulangnya. Kuahnya sampai ludes tidak bersisa karena gurih dan lezat. Harus disantap selagi panas, atau tunggu dulu sampai hangat (kalau enggak kuat panas).
Ditambah acar dan kerupuk makin menambah sensasi makan Tengkleng Solo. Nah, satu lagi signature dish di Hotel Ibis adalah Sop Buntut. Rasanya sama dengan yang pernah kami makan di Jakarta. Quality Control dan kesamaan rasa di setiap hotel patut diacuingi jempol.
Harganya pun ramah di kantong. Mulai dari Rp 75 ribu, kita bisa menikmati olahan masakan tradisional berbahan daging khas Indonesia. Resto di Hotel Ibis Yogyakarta Malioboro pun segera akan direnovasi, maka kami pun mengabadikan potret mural hitam putih yang melukiskan beberapa spot autentik Jogya seperti Tugu dan Malioboro sendiri.
Setelah memanjakan perut, saat bikin chill pikiran. Ada satu pojokan yang jadi salah satu spot favorit di Kafe Kokila yang terletak di samping kanan lobi. Anda bisa bersantai sambil menikmati kopi khas atau minuman favorit yang membantu bikin relaks sambil main biliard.
Malam tak pernah terasa larut di jalan Malioboro yang tak pernah terlelap ini. Maka ajakan untuk menjelajah Malioboro (meski tubuh lelah) tetap dijabani. Ada deretan makanan lokal seperti bakmi Djawa dan angkringan yang memang buka mulai jam 11 malam. Masuk dalam 50 daftar kuliner wajib coba rekomendasi orang lokal dan wisatawan.
Takut gemuk? Bakar saja kalori yang mengendap esok paginya dengan berenang di pool yang disediakan Hotel Ibis Yogyakarta Malioboro. Atau bisa sambil jalan pagi sambil ke Keraton atau Taman Sari. Kalau sudah capek, ya, panggil saja Bapak Becak atau naik andong kembali ke hotel. Hehehe...
Kalau dibilang Jogja ngangeni yang enggak salah lagi. Segera jika kembali lagi ke Kota Gudeg, kami akan kembali menyambangi dan bermalam di hotel yang dalam selangkah bisa menginjak Malioboro. Dengan segala keramahan dan senyuman para pegawai yang bikin makin kerasan.
Â